Tingkat Kemahiran High Proficiency EF EPI 2017
A
A
A
JAKARTA - Tahun ini, EF meluncurkan laporan tahunan indeks kecakapan bahasa Inggris (EF English Proficiency Index/EF EPI) yang ketujuh. EF EPI merupakan kajian terbesar di dunia yang mengukur kecakapan bahasa Inggris orang dewasa diantara mereka yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris.
Laporan ini disusun dengan menganalisa data dari EF Standard English Test (EF SET) suatu tes bahasa Inggris gratis online pertama di dunia. Lebih dari satu juta orang di seluruh dunia, dari 80 negara turut berpartisipasi pada EF EPI tahun ini.
Laporan EF EPI 2017 dipublikasikan bersamaan dengan sesi diskusi dan jumpa pers yang disampaikan oleh Senior Director, Research & Academic Partnership of EF Education First, Minh N. Tran dan pakar Sumber Daya Manusia, Eileen Rahman dengan mengangkat tema “Speeding-Up Your English”, pada Selasa (12/12) di hotel Pullman, Senayan Jakarta.
Peringkat Indonesia tahun 2017 turun dari peringkat 32 dan tingkat Kemahiran Menengah pada tahun lalu, menjadi peringkat 39 dan tingkat Kemahiran Rendah tahun ini. Mereka dengan tingkat Kemahiran Rendah dapat mengerti email yang sederhana dan terlibat dalam pembicaraan yang ringan. Terkait dengan peringkat tersebut Tran mengatakan, “Negara dengan kemampuan Bahasa Inggris tingkat rendah menunjukan kemampuan bangsa tersebut masih dalam tahap mengkonsumsi dan belum mampu melakukan negosiasi, mediasi maupun melobi, bahkan berkompetisi dengan negara lain dalam bahasa Inggris.
Laporan tahunan EF EPI 2017 juga mengukur peringkat kawasan, dimana Eropa masih berada pada peringkat pertama, sementara Asia berada di peringkat kedua. Tahun ini EF EPI juga mencakup kawasan Afrika sebagai suatu kawasan yang baru dan berbeda, yang menduduki peringkat ketiga, yang kemudian disusul oleh Amerika Latin peringkat keempat dan kawasan Timur tengah pada peringkat kelima dan terakhir.
Kemampuan bahasa Inggris masyarakat merupakan modal suatu negara untuk mampu bersaing dalam dunia perekonomian yang lebih luas, seperti salah satunya pada komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), jelas Eileen Rahman. Dengan dibentuknya MEA pada tahun 2015 menjadi sebuah kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan dan membuktikan daya saing masyarakat Indonesia dalam memenangkan persaingan ekonomi global. Namun untuk mencapainya, tentunya diperlukan kesiapan dari sisi sumber daya manusia atau tenaga kerja.
“Jangan sampai kesempatan untuk berkompetisi ini berubah menjadi sebuah ancaman, sebagai akibat tidak siapnya profesionalisme dari sumber daya atau tenaga kerja di Indonesia”. Jelas Eillen. Salah satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan masyarakat global. Terbatasnya kemampuan berkomunikasi dapat membuat kemampuan bersaing individu menjadi kurang dan pada akhirnya dapat mengakibatkan peluang karir dan bisnis menjadi terhambat. Dalam skala yang lebih luas seperti dalam komunitas MEA, keterbatasan ini tentunya menjadi hambatan dalam melakukan kerjasama bahkan bersaing dengan negara lain.
Data EF EPI 2017 menunjukkan nilai kecakapan bahasa Inggris rata-rata Negara Asia adalah 53,60. Sebagai bahan perbandingan, nilai rata-rata kecakapan bahasa Inggris di Indonesia adalah 52,15 yaitu masih di bawah angka rata-rata kecakapan bahasa Inggris di kawasan Asia. Sementara untuk kawasan Asia Tenggara, Singapura mempunyai tingkat kecakapan tertinggi dengan nilai 66.03 dan menempati peringkat 5 di seluruh dunia dengan tingkat Kemahiran Very High Proficiency, diikuti secara ketat oleh Malaysia ( peringkat 13 dengan nilai 61,07) kemudian Filipina (peringkat 15 dengan nilai 60,59) pada tingkat Kemahiran High Proficiency.
Merujuk pada hasil EF EPI 2017, menunjukan bahwa ada banyak ruang untuk meningkatkan kecakapan berbahasa Inggris di Indonesia, terutama di kalangan pekerja profesional. Dengan wawasan terhadap negara-negara dalam satu kawasan, EF EPI 2017 menyediakan pemahaman yang lebih mendalam terhadap inisiatif yang dilakukan oleh negara-negara tetangga Indonesia untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.
“EF EPI 2017 merupakan upaya EF untuk ikut serta meningkatkan kecakapan bahasa Inggris suatu Negara. Selanjutnya, Negara dengan kecakapan bahasa Inggris yang cukup akan mampu bersaing dalam sebuah dunia yang lebih luas, dimana bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi semakin beragam dan tanpa batas. Di masa kini, masyarakat dituntut untuk mampu bersaing di dunia tanpa batas, untuk bekerja sama dan berkompetisi satu dengan yang lainnya, baik sebagai individu dan dalam lingkup hidup bermasyarakat. Mereka yang mampu berkompetisi adalah yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan berbagai budaya dan bangsa dan siap untuk menjadi warga dunia.” Pungkas Tran.
Laporan ini disusun dengan menganalisa data dari EF Standard English Test (EF SET) suatu tes bahasa Inggris gratis online pertama di dunia. Lebih dari satu juta orang di seluruh dunia, dari 80 negara turut berpartisipasi pada EF EPI tahun ini.
Laporan EF EPI 2017 dipublikasikan bersamaan dengan sesi diskusi dan jumpa pers yang disampaikan oleh Senior Director, Research & Academic Partnership of EF Education First, Minh N. Tran dan pakar Sumber Daya Manusia, Eileen Rahman dengan mengangkat tema “Speeding-Up Your English”, pada Selasa (12/12) di hotel Pullman, Senayan Jakarta.
Peringkat Indonesia tahun 2017 turun dari peringkat 32 dan tingkat Kemahiran Menengah pada tahun lalu, menjadi peringkat 39 dan tingkat Kemahiran Rendah tahun ini. Mereka dengan tingkat Kemahiran Rendah dapat mengerti email yang sederhana dan terlibat dalam pembicaraan yang ringan. Terkait dengan peringkat tersebut Tran mengatakan, “Negara dengan kemampuan Bahasa Inggris tingkat rendah menunjukan kemampuan bangsa tersebut masih dalam tahap mengkonsumsi dan belum mampu melakukan negosiasi, mediasi maupun melobi, bahkan berkompetisi dengan negara lain dalam bahasa Inggris.
Laporan tahunan EF EPI 2017 juga mengukur peringkat kawasan, dimana Eropa masih berada pada peringkat pertama, sementara Asia berada di peringkat kedua. Tahun ini EF EPI juga mencakup kawasan Afrika sebagai suatu kawasan yang baru dan berbeda, yang menduduki peringkat ketiga, yang kemudian disusul oleh Amerika Latin peringkat keempat dan kawasan Timur tengah pada peringkat kelima dan terakhir.
Kemampuan bahasa Inggris masyarakat merupakan modal suatu negara untuk mampu bersaing dalam dunia perekonomian yang lebih luas, seperti salah satunya pada komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), jelas Eileen Rahman. Dengan dibentuknya MEA pada tahun 2015 menjadi sebuah kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan dan membuktikan daya saing masyarakat Indonesia dalam memenangkan persaingan ekonomi global. Namun untuk mencapainya, tentunya diperlukan kesiapan dari sisi sumber daya manusia atau tenaga kerja.
“Jangan sampai kesempatan untuk berkompetisi ini berubah menjadi sebuah ancaman, sebagai akibat tidak siapnya profesionalisme dari sumber daya atau tenaga kerja di Indonesia”. Jelas Eillen. Salah satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan masyarakat global. Terbatasnya kemampuan berkomunikasi dapat membuat kemampuan bersaing individu menjadi kurang dan pada akhirnya dapat mengakibatkan peluang karir dan bisnis menjadi terhambat. Dalam skala yang lebih luas seperti dalam komunitas MEA, keterbatasan ini tentunya menjadi hambatan dalam melakukan kerjasama bahkan bersaing dengan negara lain.
Data EF EPI 2017 menunjukkan nilai kecakapan bahasa Inggris rata-rata Negara Asia adalah 53,60. Sebagai bahan perbandingan, nilai rata-rata kecakapan bahasa Inggris di Indonesia adalah 52,15 yaitu masih di bawah angka rata-rata kecakapan bahasa Inggris di kawasan Asia. Sementara untuk kawasan Asia Tenggara, Singapura mempunyai tingkat kecakapan tertinggi dengan nilai 66.03 dan menempati peringkat 5 di seluruh dunia dengan tingkat Kemahiran Very High Proficiency, diikuti secara ketat oleh Malaysia ( peringkat 13 dengan nilai 61,07) kemudian Filipina (peringkat 15 dengan nilai 60,59) pada tingkat Kemahiran High Proficiency.
Merujuk pada hasil EF EPI 2017, menunjukan bahwa ada banyak ruang untuk meningkatkan kecakapan berbahasa Inggris di Indonesia, terutama di kalangan pekerja profesional. Dengan wawasan terhadap negara-negara dalam satu kawasan, EF EPI 2017 menyediakan pemahaman yang lebih mendalam terhadap inisiatif yang dilakukan oleh negara-negara tetangga Indonesia untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.
“EF EPI 2017 merupakan upaya EF untuk ikut serta meningkatkan kecakapan bahasa Inggris suatu Negara. Selanjutnya, Negara dengan kecakapan bahasa Inggris yang cukup akan mampu bersaing dalam sebuah dunia yang lebih luas, dimana bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi semakin beragam dan tanpa batas. Di masa kini, masyarakat dituntut untuk mampu bersaing di dunia tanpa batas, untuk bekerja sama dan berkompetisi satu dengan yang lainnya, baik sebagai individu dan dalam lingkup hidup bermasyarakat. Mereka yang mampu berkompetisi adalah yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan berbagai budaya dan bangsa dan siap untuk menjadi warga dunia.” Pungkas Tran.
(wbs)