Adopsi Teknologi Artificial Intelligent Bantu Konsumen Ambil Keputusan
A
A
A
JAKARTA - Teknologi Artificial Intelligent (AI) dan machine learning kian akrab dengan dunia eCommerce. Adopsi AI dan machine learning membantu pembeli mengambil keputusan yang lebih cepat, terutama bagi produk fesyen.
Sementara di sisi penjual, juga membantu mereka dalam menawarkan aktifitas promosi yang tepat. Yuna sebagai aplikasi fashion match making di Indonesia pun turut mengadopsi teknologi tersebut.
CEO Yuna Winzendy Tedja menjelaskan, melalui chatbot, Yuna mempelajari gaya fashion, preferensi pengguna dan memadankannya dengan item-item yang ditawarkan oleh merek-merek fashion.
"Berbasis chat message, mulai proses awal pendaftaran, pemilihan gaya yang sesuai, hingga memandu ke brand yang sesuai, chatbot Yuna cukup aktif tampil di aplikasi, membantu pengguna layaknya asisten pribadi yang sesungguhnya," ungkap Winzendy Tedja, dalam keterangan resminya (15/12/2017).
Pria yang akrab disapa Zendy itu menciptakan Yuna bersama Antonius Murdhani (CXO) dan Roy Prawira (CTO) pada Oktober 2016, Ketiganya percaya untuk mendorong diri mereka dengan inovasi teknologi, pengalaman pengguna (user experience) dan model bisnis, membawa pemikiran baru untuk menjembatani kesenjangan yang ada dalam kategori menggunakan kreativitas.
Tercatat, saat setidaknya sudah ada sebanyak 32 merek yang bergabung Yuna. Lebih dari 500.000 SKU’s memungkinkan jutaan mix and match yang cocok. Ditargetkan pada kuartal kedua 2018 mendatang, Yuna bisa mendapatkan sekitar 100 brand lokal dan asing yang terdaftar.
Sementara di sisi penjual, juga membantu mereka dalam menawarkan aktifitas promosi yang tepat. Yuna sebagai aplikasi fashion match making di Indonesia pun turut mengadopsi teknologi tersebut.
CEO Yuna Winzendy Tedja menjelaskan, melalui chatbot, Yuna mempelajari gaya fashion, preferensi pengguna dan memadankannya dengan item-item yang ditawarkan oleh merek-merek fashion.
"Berbasis chat message, mulai proses awal pendaftaran, pemilihan gaya yang sesuai, hingga memandu ke brand yang sesuai, chatbot Yuna cukup aktif tampil di aplikasi, membantu pengguna layaknya asisten pribadi yang sesungguhnya," ungkap Winzendy Tedja, dalam keterangan resminya (15/12/2017).
Pria yang akrab disapa Zendy itu menciptakan Yuna bersama Antonius Murdhani (CXO) dan Roy Prawira (CTO) pada Oktober 2016, Ketiganya percaya untuk mendorong diri mereka dengan inovasi teknologi, pengalaman pengguna (user experience) dan model bisnis, membawa pemikiran baru untuk menjembatani kesenjangan yang ada dalam kategori menggunakan kreativitas.
Tercatat, saat setidaknya sudah ada sebanyak 32 merek yang bergabung Yuna. Lebih dari 500.000 SKU’s memungkinkan jutaan mix and match yang cocok. Ditargetkan pada kuartal kedua 2018 mendatang, Yuna bisa mendapatkan sekitar 100 brand lokal dan asing yang terdaftar.
(wbs)