Albertus Januardy Tak Mau Sia-Siakan Kesempatan
A
A
A
KEMENANGAN Albertus Januardy dalam kompetisi yang dihelat NASA ternyata memberikan impian baru baginya. Bidang luar angkasa yang sudah lama menarik perhatiannya itu mulai sekarang ingin terus digeluti. "Saya ingin bisa terlibat lebih jauh lagi dengan bidang space exploration lain. Saya berharap proyek bersama NASA ini bisa menjadi batu loncatan untuk ke depannya," sebut Albertus.
NASA tampaknya sangat puas dengan hasil kerja Albertus. Hal itu terbukti dari employer feedback yang ada pada profilnya di Freelancer.com. NASA memberi bintang lima kepada lelaki kelahiran Jakarta ini. Tanda bintang tersebut sangat berguna sebagai penilaian yang dapat dilihat pihak-pihak perusahaan yang ingin menggunakan jasa Albertus kelak.
Sebelumnya NASA telah menyelesaikan 29 kontes di Freelancer.com dengan lebih dari 6.800 entri yang masuk dari para freelancer di 123 negara. Kalau yang diikuti Albertus adalah membuat origami 3D, pada kesempatan lain NASA juga pernah menggelar kompetisi dengan tema berbeda. Misalnya membuat dummy 3D untuk melatih sistem pengenalan image bagi astronot robot dan mendesain program antarmuka smartwatch untuk dipergunakan para astronot ataupun tema lain, yakni mendesain lengan robot untuk Astrobee, generasi berikutnya dari free flying robot, di stasiun luar angkasa internasional.
Seusai berjaya di kompetisi NASA, Albertus jadi lebih tertarik untuk membuat karya yang bertemakan science fiction daripada tema lain. Beruntung, di tempatnya bekerja saat ini, pria berkacamata itu cukup mendapat kesempatan untuk mengerjakan tema tersebut. Albertus memang mengambil setiap kesempatan yang ada.
Misalnya kesempatan tinggal sementara di Malaysia untuk mengambil pengalaman serta belajar sebanyak-banyaknya sebagai 3D artist di bidang environment dan proyek-proyek internasional. Sebab, menurut dia, di Indonesia sangat disayangkan peluang untuk itu sangat terbatas dibandingkan negara ASEAN lain.
Menjadi seniman 3D environment termasuk jarang di Indonesia. Diakui Albertus, profesi tersebut tidak banyak dilakoni seperti halnya animator di industri serial animasi. "Saya pribadi menilai lebih menantang dan menarik kalau membuat cerita dengan benda mati (environment) daripada yang lain," ungkapnya ketika ditanya alasan memilih menjadi 3D environment artist.
Hal tersebut juga membersitkan keinginan Albertus untuk membagi ilmu serta pengalaman yang sudah ia dapatkan selama ini di luar negeri untuk penerusnya di Tanah Air. "Impian jauh saya, bisa membuka startup studio game triple A sendiri di Indonesia. Sekarang karena kesempatannya masih ada, jadi di Malaysia dulu mengerjakan beberapa proyek," ucapnya.
(Baca Juga: Albertus Januardy Berjaya di Kompetisi NASA(amm)
NASA tampaknya sangat puas dengan hasil kerja Albertus. Hal itu terbukti dari employer feedback yang ada pada profilnya di Freelancer.com. NASA memberi bintang lima kepada lelaki kelahiran Jakarta ini. Tanda bintang tersebut sangat berguna sebagai penilaian yang dapat dilihat pihak-pihak perusahaan yang ingin menggunakan jasa Albertus kelak.
Sebelumnya NASA telah menyelesaikan 29 kontes di Freelancer.com dengan lebih dari 6.800 entri yang masuk dari para freelancer di 123 negara. Kalau yang diikuti Albertus adalah membuat origami 3D, pada kesempatan lain NASA juga pernah menggelar kompetisi dengan tema berbeda. Misalnya membuat dummy 3D untuk melatih sistem pengenalan image bagi astronot robot dan mendesain program antarmuka smartwatch untuk dipergunakan para astronot ataupun tema lain, yakni mendesain lengan robot untuk Astrobee, generasi berikutnya dari free flying robot, di stasiun luar angkasa internasional.
Seusai berjaya di kompetisi NASA, Albertus jadi lebih tertarik untuk membuat karya yang bertemakan science fiction daripada tema lain. Beruntung, di tempatnya bekerja saat ini, pria berkacamata itu cukup mendapat kesempatan untuk mengerjakan tema tersebut. Albertus memang mengambil setiap kesempatan yang ada.
Misalnya kesempatan tinggal sementara di Malaysia untuk mengambil pengalaman serta belajar sebanyak-banyaknya sebagai 3D artist di bidang environment dan proyek-proyek internasional. Sebab, menurut dia, di Indonesia sangat disayangkan peluang untuk itu sangat terbatas dibandingkan negara ASEAN lain.
Menjadi seniman 3D environment termasuk jarang di Indonesia. Diakui Albertus, profesi tersebut tidak banyak dilakoni seperti halnya animator di industri serial animasi. "Saya pribadi menilai lebih menantang dan menarik kalau membuat cerita dengan benda mati (environment) daripada yang lain," ungkapnya ketika ditanya alasan memilih menjadi 3D environment artist.
Hal tersebut juga membersitkan keinginan Albertus untuk membagi ilmu serta pengalaman yang sudah ia dapatkan selama ini di luar negeri untuk penerusnya di Tanah Air. "Impian jauh saya, bisa membuka startup studio game triple A sendiri di Indonesia. Sekarang karena kesempatannya masih ada, jadi di Malaysia dulu mengerjakan beberapa proyek," ucapnya.
(Baca Juga: Albertus Januardy Berjaya di Kompetisi NASA(amm)