Pemerintah Perlu Prioritaskan Pengembangan Fiber Optic

Minggu, 26 November 2017 - 16:47 WIB
Pemerintah Perlu Prioritaskan Pengembangan Fiber Optic
Pemerintah Perlu Prioritaskan Pengembangan Fiber Optic
A A A
JAKARTA - Sejumlah kalangan, yakni asosiasi industri dan pengamat teknologi informasi meminta pemerintah untuk memprioritaskan pengembangan infrastruktur internet untuk mewujudkan revolusi digital.
Prioritas pengembangan infrastruktur mencakup fix acces dan mobile broadband guna mendukung pemerataan keterjangkauan internet di daerah dan mengakselerasi ekonomi digital.

Ketua Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) Lukman Adjam berharap momentum Hari Internet Sedunia menjadi titik tolak prioritas pemerintah untuk membenahi infrastruktur internet di Indonesia.

"Peran internet makin penting. Sekarang dunia berubah ke arah digital ekonomi, kita harus bersiap bersaing dengan bangsa lain. Jangan sampai terlambat mempersiapkan, apalagi Indonesia akan memperoleh bonus demografi pada 2020-2030," ujarnya kepada pers di Jakarta, Minggu (26/11/2017).

Sebenarnya, lanjut dia, pemerintah sudah memiliki program pita lebar dalam Keppres No 96 Tahun 2014, sebagai hasil kesepakatan stakeholders industri ICT kala itu. "Namun, itu program saat pemerintahan sebelumnya, harapan kami itu juga menjadi prioritas Presiden Jokowi," ucapnya.

Lukman menuturkan, dalam Keppres No 96 tahun 2014, telah dicanangkan target pengembangan infrastruktur industri ICT hingga 2019. Untuk infrastruktur berbasis mobile, pada 2019 sudah harus meng-cover 100% daerah perkotaan dengan kapasitas 1 Mbps, sedangkan untuk fix broadband 71% menjangkau rumah tangga dengan kapasitas 20 Mbps.

Sementara di daerah pedesaan, target 2019 dalam Keppres itu mobile broadband dapat menjangkau 100% dengan kapasitas 512 Kbps dan 49% rumah tangga pedesaan dengan kapasitas 10 Mbps. Namun, pencapaian saat ini secara rata-rata nasional mobile broadband baru 93%.

Semua kota besar sudah tercover jaringan mobile 3G, sedangkan level kabupaten sudah 98% tercover jaringan mobile 3G. Sedangkan jaringan mobile broadband 4G di kota baru 40%, bahkan di pedesaan hanya 14%. "Nah sekarang yang fix broadband secara nasional hanya 6% seluruhnya," papar Lukman.

Dengan momentum Hari Internet Sedunia beberapa waktu lalu, dia berharap Presiden Jokowi segera menerbitkan instruksi presiden untuk percepatan pembangunan jaringan fiber optik. "Fiber optik ini ibarat jalan tol, Palapa Ring belum cukup. Itu kan backbone-nya, yang diperlukan fishbone untuk menjangkau ke gedung-gedung. Percepatannya ya fiber optic, perizinan dan dukungan di daerah," ucapnya.

Senada dengan Lukman, praktisi dan pengamat ICT Hermawan Sutanto menilai percepatan pengembangan infrastruktur internet di Indonesia sudah selayaknya didorong untuk meningkatkan daya saing nasional.

"Sebagai perbandingan, kecepatan rata-rata internet di Indonesia adalah 6,4 Mbps, masih jauh dari kecepatan pita lebar di Korea yang memimpin dengan 26,3 Mbps. Ini memperlihatkan daya saing kita masih di bawah Korea," tutur dia.

Ketika seluruh pembangunan infrastruktur selesai, maka masyarakat di seluruh Indonesia akan terhubung secara internet hanya melalui telepon pintar. Maka, perlu disiapkan berbagai regulasi untuk mengatur kondisi ini saat seluruh jaringan infrastruktur internet tetapi juga jangan kebanyakan regulasi yang justru dapat membingungkan.

Tren pemakaian jaringan fiber optic mewabah di seluruh dunia baik di Negara maju maupun yang sedang berkembang karena sejumlah keunggulannya dibanding layanan data seluler yang menggunakan radio. Secara teknologi fiber optic dapat menyalurkan data hingga kecepatan 10 Gbps tanpa adanya gangguan interferensi radio seperti yang terjadi di teknologi seluler.

Infrastruktur dan layanan fiber optic dapat bertahan lebih dari 10 tahun secara konsisten tanpa gangguan berarti dari cuaca, gangguan listrik atau kondisi lingkungan lainnya seperti yang terjadi di teknologi seluler dan teknologi data lainnya.

Melihat kebutuhan masyarakat modern akan komunikasi data internet yang cepat dan stabil, teknologi fiber optic yang awalnya digelar hanya untuk melayani segmen korporasi saja, saat ini teknologi canggih ini sudah merambah ke segmen retail khususnya kompleks perumahan yang dikenal dengan teknologi Fiber to The Home (FTTH).

Dengan keunggulan tersebut, FTTH mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat modern yang mempunyai kebutuhkan akan akses internet untuk mengakomodir kehidupan digital mereka.

Salah satu operator telekomunikasi yang siap mengakselerasi pertumbuhan FTTH adalah GIG by Indosat Ooredoo. Bahkan GIG telah merangkul mitra internasional untuk memanfaatkan potensi pasar FTTH.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0421 seconds (0.1#10.140)