Pengawasan Pengguna Lebih Efektif Tangkal Hoax
A
A
A
JAKARTA - Keberadaan media sosial (Medsos) bak pedang bermata dua. Bila dipergunakan dengan bijak, Medsos tentu dapat memberikan dampak positif begitupun sebaliknya.
Memang tidak dapat dipungkiri, keberadaan Medsos belakangan mulai meresahkan karena beredarnya hal-hal negatif. Akan tetapi pada dasarnya, pengguna medsos sendiri yang dituntut untuk lebih bijak dalam menyaring informasi.
"Sebenarnya secara alamiah bila masyarakat merasa bahwa di media sosial adalah berada di ruang publik, maka kontrol diri akan jauh lebih besar," ujar Agung Yudha, Project Policy Lead Twitter Indonesia dalam seminar yang digelar Indonesia Technology Forum (ITF), di Balai Kertini, Jakarta, Senin (28/8/2017).
Lebih lanjut, Yudha menjelaskan, seperti dikatakan Anthony Rotolo, profesor media sosial dari Syracuse University School of Information, Amerika Serikat bahwa ada tiga jenis posting yang menyebalkan dan sebaiknya dihindari yaitu menyindir (samar-samar atau pasif dan agresif di media sosial) dengan membicarakan keburukan seseorang, gosip tak bertuan, dan sebagainya. Kedua, merasa jadi korban sehingga kalau ingin menegur teman yang berperilaku buruk sebaiknya dilakukan di kehidupan nyata bukan di media sosial. Ketiga, jangan mengumbar informasi pribadi secara berlebihan di media sosial karena media sosial bukan pengumuman atas masalah yang kita miliki.
Untuk hal pencegahan konten negatif, Yudha mengatakan, Twitter memiliki sistem yang dapat menyaring hal-hal negatif. Meskipun tetap diperlukan masukan dari para pengguna bila ada informasi yang dianggap tidak pantas ataupun menggangu.
“Kami berkomitmen meredam dan mencegah konten media sosial yang negatif. Kami memiliki sistem filterisasi konten, sehingga konten negatif tidak beredar. Bagi yang menggunakan sosial media untuk tujuan yang kreatif dan membangun, jelas kami dukung,” tukasnya
Memang tidak dapat dipungkiri, keberadaan Medsos belakangan mulai meresahkan karena beredarnya hal-hal negatif. Akan tetapi pada dasarnya, pengguna medsos sendiri yang dituntut untuk lebih bijak dalam menyaring informasi.
"Sebenarnya secara alamiah bila masyarakat merasa bahwa di media sosial adalah berada di ruang publik, maka kontrol diri akan jauh lebih besar," ujar Agung Yudha, Project Policy Lead Twitter Indonesia dalam seminar yang digelar Indonesia Technology Forum (ITF), di Balai Kertini, Jakarta, Senin (28/8/2017).
Lebih lanjut, Yudha menjelaskan, seperti dikatakan Anthony Rotolo, profesor media sosial dari Syracuse University School of Information, Amerika Serikat bahwa ada tiga jenis posting yang menyebalkan dan sebaiknya dihindari yaitu menyindir (samar-samar atau pasif dan agresif di media sosial) dengan membicarakan keburukan seseorang, gosip tak bertuan, dan sebagainya. Kedua, merasa jadi korban sehingga kalau ingin menegur teman yang berperilaku buruk sebaiknya dilakukan di kehidupan nyata bukan di media sosial. Ketiga, jangan mengumbar informasi pribadi secara berlebihan di media sosial karena media sosial bukan pengumuman atas masalah yang kita miliki.
Untuk hal pencegahan konten negatif, Yudha mengatakan, Twitter memiliki sistem yang dapat menyaring hal-hal negatif. Meskipun tetap diperlukan masukan dari para pengguna bila ada informasi yang dianggap tidak pantas ataupun menggangu.
“Kami berkomitmen meredam dan mencegah konten media sosial yang negatif. Kami memiliki sistem filterisasi konten, sehingga konten negatif tidak beredar. Bagi yang menggunakan sosial media untuk tujuan yang kreatif dan membangun, jelas kami dukung,” tukasnya
(wbs)