Strategi Lazada Hasilkan Pertumbuhan Transaksi Ramadhan Lebih 200%
A
A
A
JAKARTA - Di tengah kelesuan daya beli masyarakat, namun Lazada, destinasi belanja online di Indonesia dan Asia Tenggara, meraih pertumbuhan yang signifikan di bulan Ramadhan 2017. Total transaksi bahkan mencapai 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan Ramadhan 2016. Ini menunjukkan kesuksesan kampanye Ramadhan 2017 yang berlangsung selama sebulan penuh dari 19 Mei – 25 Juni 2017.
Co-CEO Lazada Indonesia Florian Holm, menyampaikan pihaknya berterima kasih kepada seluruh konsumen atas antusiasme yang luar biasa. Hal ini menjadikan Lazada sebagai destinasi belanja online utama di Indonesia untuk kebutuhan bulan puasa dan Lebaran. “Kami juga ingin memberikan apresiasi atas partisipasi para seller dan partner selama kampanye ramadhan tahun ini, sehingga menjadikan kampanye Ramadhan tahun ini salah satu kampanye Lazada dengan jumlah transaksi tertinggi dibandingkan kampanye Ramadhan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Holm dalam siaran pers kemarin di Jakarta.
Berdasarkan data Lazada, ditemukan peningkatan dari sisi pertumbuhan order juga diimbangi dengan peningkatan distribusi order yang meliputi seluruh wilayah Indonesia. Meskipun kontribusi terbesar masih bersumber dari pulau Jawa dan Sumatera. Dari tingkat kunjungan ke situs maupun aplikasi Lazada selama periode kampanye juga mengalami peningkatan rata-rata lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, dimana minggu pertama dan kedua bulan Ramadhan mengalami peningkatan tertinggi.“Kami percaya berbagai penawaran, diskon, promosi, hadiah, hingga layanan Pengiriman Gratis (Free Shipping) seluruh Indonesia pembelian turut mendorong peningkatan pertumbuhan ini,” tambah Florian.
Lazada menutup strategi promosi dengan rangkaian kampanye pemenang hadiah perjalanan Umrah yang dimenangkan oleh Bapak Totok Ariyanto dari Bekasi dan Bapak Budi Setiawan dari Tanggerang. Setiap pemenang berhak atas paket hadiah Umrah yang termasuk tiket PP, biaya pengurusan visa, dan serta akomodasi selama Umrah.
Tercatat dari sisi barang favorit konsumen selama program Ramadhan ada 5 kategori produk paling popular tahun ini meliputi kategori fashion; disusul oleh kesehatan dan kecantikan; aksesoris elektronik; dan terakhir jam tangan, kacamata, dan perhiasan. “Hal ini menunjukkan tingkat adopsi dan pemahaman akan kenyamanan dan keamanan berbelanja online di situs Lazada Indonesia semakin tinggi, terutama di kalangan masyarakat perkotaan yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengakui adanya penurunan daya beli di masyarakat. Meski begitu, Mendag menilai penurunan daya beli tersebut dikarenakan masyarakat yang sudah lebih cerdas dalam mengalokasikan belanjanya.
"Masyarakat tidak spending semua uang sekaligus. Dengan menabung, mereka mengatur pola belanja," ujarnya di Jakarta baru-baru ini.
Enggar melanjutkan, jika mengacu pada data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan ritel memang turun sejak awal tahun hingga bulan Ramadan kemarin. Namun, data Aprindo tersebut hanya data penjualan di toko fisik. "Data yang masuk dari Aprindo itu yang offline, belum digabung dengan penjualan online. Kalau mau ditanya jujur, berapa besar penjualan online, karena masih belum terintegrasi tetapi sebagai indikasi awal kecenderungan penjualan online meningkat," ungkapnya.
Menurut dia, meski belum memiliki angka riil penjualan ritel online, ada kecenderungan peningkatan pada penjualan online. "Kalau dikombinasikan maka secara relatif penurunan itu tidak signifikan," imbuhnya.
Co-CEO Lazada Indonesia Florian Holm, menyampaikan pihaknya berterima kasih kepada seluruh konsumen atas antusiasme yang luar biasa. Hal ini menjadikan Lazada sebagai destinasi belanja online utama di Indonesia untuk kebutuhan bulan puasa dan Lebaran. “Kami juga ingin memberikan apresiasi atas partisipasi para seller dan partner selama kampanye ramadhan tahun ini, sehingga menjadikan kampanye Ramadhan tahun ini salah satu kampanye Lazada dengan jumlah transaksi tertinggi dibandingkan kampanye Ramadhan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Holm dalam siaran pers kemarin di Jakarta.
Berdasarkan data Lazada, ditemukan peningkatan dari sisi pertumbuhan order juga diimbangi dengan peningkatan distribusi order yang meliputi seluruh wilayah Indonesia. Meskipun kontribusi terbesar masih bersumber dari pulau Jawa dan Sumatera. Dari tingkat kunjungan ke situs maupun aplikasi Lazada selama periode kampanye juga mengalami peningkatan rata-rata lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, dimana minggu pertama dan kedua bulan Ramadhan mengalami peningkatan tertinggi.“Kami percaya berbagai penawaran, diskon, promosi, hadiah, hingga layanan Pengiriman Gratis (Free Shipping) seluruh Indonesia pembelian turut mendorong peningkatan pertumbuhan ini,” tambah Florian.
Lazada menutup strategi promosi dengan rangkaian kampanye pemenang hadiah perjalanan Umrah yang dimenangkan oleh Bapak Totok Ariyanto dari Bekasi dan Bapak Budi Setiawan dari Tanggerang. Setiap pemenang berhak atas paket hadiah Umrah yang termasuk tiket PP, biaya pengurusan visa, dan serta akomodasi selama Umrah.
Tercatat dari sisi barang favorit konsumen selama program Ramadhan ada 5 kategori produk paling popular tahun ini meliputi kategori fashion; disusul oleh kesehatan dan kecantikan; aksesoris elektronik; dan terakhir jam tangan, kacamata, dan perhiasan. “Hal ini menunjukkan tingkat adopsi dan pemahaman akan kenyamanan dan keamanan berbelanja online di situs Lazada Indonesia semakin tinggi, terutama di kalangan masyarakat perkotaan yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengakui adanya penurunan daya beli di masyarakat. Meski begitu, Mendag menilai penurunan daya beli tersebut dikarenakan masyarakat yang sudah lebih cerdas dalam mengalokasikan belanjanya.
"Masyarakat tidak spending semua uang sekaligus. Dengan menabung, mereka mengatur pola belanja," ujarnya di Jakarta baru-baru ini.
Enggar melanjutkan, jika mengacu pada data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan ritel memang turun sejak awal tahun hingga bulan Ramadan kemarin. Namun, data Aprindo tersebut hanya data penjualan di toko fisik. "Data yang masuk dari Aprindo itu yang offline, belum digabung dengan penjualan online. Kalau mau ditanya jujur, berapa besar penjualan online, karena masih belum terintegrasi tetapi sebagai indikasi awal kecenderungan penjualan online meningkat," ungkapnya.
Menurut dia, meski belum memiliki angka riil penjualan ritel online, ada kecenderungan peningkatan pada penjualan online. "Kalau dikombinasikan maka secara relatif penurunan itu tidak signifikan," imbuhnya.
(wbs)