Pelajaran Koding harus Ada Sejak Dini
A
A
A
JAKARTA - Banyaknya perusahaan startup tidak diikuti dengan pengembangan mata pelajaran koding di Indonesia. Pemerintah didesak adanya pelajaran koding sejak usia dini.
Pakar Pendidikan dari Eduspec Indra Charismiadji mengatakan, sudah banyak perusahaan startup di Indonesia namun sayangnya programmernya kebanyakan orang asing. Padahal potensi sumber daya manusia dibidang koding ini menurutnya sangat potensial untuk dikembangkan. ‘’Saat ini ada 88 juta pengguna internet. Namun orang yang bisa menjadi programmer masih sangat kurang,’’ katanya saat ditemui di lomba Kiddohack Kodekiddo di Jakarta.
Indra menjelaskan, pihaknya sudah mendekati pemerintah yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan juga Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) agar pelajaran koding bisa diajarkan sejak usia dini. Dia mengatakan, anak-anak menjadi sasaran karena mempelajari bahasa pemprograman dapat menjadi sesuatu yang baru dan menyenangkan bagi anak.
Terlebih, kata dia, anak usia dini masih memiliki pikiran yang lebih dinamis sehingga bisa lebih cepat menyerap ilmu pemprograman komputer ini. Dia menjelaskan, edukasi akan teknologi dunia digital sejak ini penting sehingga anak tidak hanya menikmati informasi namun juga terlibat didalam pengerjaannya. ‘’Koding saat ini menjadi trend di dunia karena mereka belajar kreatif. Koding memberikan pelajaran akan sesuatu ilmu yang tidak terbatas,’’ jelasnya.
Indra mengatakan, pengembangan pelajaran koding di sekolah tidak sulit asalkan pemerintah punya kemauan yang kuat. Untuk sarana prasarana juga pemerintah sudah menyediakan yakni sudah adanya fasilitas komputer di sekolah yang Ujian Nasionalnya memakai komputer (UNBK). Diketahui, pada UN tahun ini ada 28.381 sekolah yang melaksanakan UNBK.
Dorongan kepada pemerintah ini, kata dia, bukan tanpa masalah. Sebab untuk menggabungkan visi antara Kemendikbud dan Kemenkominfo masih sangat sulit. Namun dia berharap pemerintah memperhatikan hal ini terutama Kemenkominfo yang mempunyai program Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital. ‘’Untuk membangun sebuah startup membutuhkan programer. Maka kita harus ciptakan tenaga itu agar lahan kerjanya tidak dikuasai orang asing,’’ jelasnya.
Sementara Co Founder of KodeKiddo Meilani Hendrawidjaja mengatakan, belajar koding tadinya dianggap hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Namun kini programing bisa dipelajari sejak usia dini untuk melatih cara berpikir logika dan memecahkan masalah dan dianggap berguna untuk semua profesi di era teknologi ini. Dia mengaku, pihaknya mendesain khusus aplikasi pemrograman yang sesuai dengan usia anak-anak.
Meilani menjelaskan, lomba Kiddohack terinspirasi dari Hackathon kegiatan para programer yang menciptakan program software dalam waktu singkat biasanya dalam waktu 24 jam. Kegiatan ini sudah jamak di Amerika Serikat. Dengan ikut Kiddohack, katanya, anak bisa belajar kolaborasi, berpikir cepat, kreativ, komunikatif dan menciptakan sesuatu yang baru. ‘’’Mini hackathon ini dilaksanakan dalam waktu lima jam. Diperuntukkan bagi anak umur 9-15 tahun,’’ jelasnya.
Nathanael siswa kelas X Sekolah Stella Maris Jakarta mengatakan, dia mendalami koding sejak umur sembilan tahun saat bersekolah di Skotlandia. Nathanael mengaku sangat senang belajar koding karena dia bisa membuat game sendiri. Belajar di Skotlandia pun semakin intens karena disana koding dijadikan mata pelajaran sendiri. ‘’Saya bisa didepan komputer seharian untuk membuat koding agar game saya bisa segera dimainkan,’’ katanya.
Pakar Pendidikan dari Eduspec Indra Charismiadji mengatakan, sudah banyak perusahaan startup di Indonesia namun sayangnya programmernya kebanyakan orang asing. Padahal potensi sumber daya manusia dibidang koding ini menurutnya sangat potensial untuk dikembangkan. ‘’Saat ini ada 88 juta pengguna internet. Namun orang yang bisa menjadi programmer masih sangat kurang,’’ katanya saat ditemui di lomba Kiddohack Kodekiddo di Jakarta.
Indra menjelaskan, pihaknya sudah mendekati pemerintah yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan juga Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) agar pelajaran koding bisa diajarkan sejak usia dini. Dia mengatakan, anak-anak menjadi sasaran karena mempelajari bahasa pemprograman dapat menjadi sesuatu yang baru dan menyenangkan bagi anak.
Terlebih, kata dia, anak usia dini masih memiliki pikiran yang lebih dinamis sehingga bisa lebih cepat menyerap ilmu pemprograman komputer ini. Dia menjelaskan, edukasi akan teknologi dunia digital sejak ini penting sehingga anak tidak hanya menikmati informasi namun juga terlibat didalam pengerjaannya. ‘’Koding saat ini menjadi trend di dunia karena mereka belajar kreatif. Koding memberikan pelajaran akan sesuatu ilmu yang tidak terbatas,’’ jelasnya.
Indra mengatakan, pengembangan pelajaran koding di sekolah tidak sulit asalkan pemerintah punya kemauan yang kuat. Untuk sarana prasarana juga pemerintah sudah menyediakan yakni sudah adanya fasilitas komputer di sekolah yang Ujian Nasionalnya memakai komputer (UNBK). Diketahui, pada UN tahun ini ada 28.381 sekolah yang melaksanakan UNBK.
Dorongan kepada pemerintah ini, kata dia, bukan tanpa masalah. Sebab untuk menggabungkan visi antara Kemendikbud dan Kemenkominfo masih sangat sulit. Namun dia berharap pemerintah memperhatikan hal ini terutama Kemenkominfo yang mempunyai program Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital. ‘’Untuk membangun sebuah startup membutuhkan programer. Maka kita harus ciptakan tenaga itu agar lahan kerjanya tidak dikuasai orang asing,’’ jelasnya.
Sementara Co Founder of KodeKiddo Meilani Hendrawidjaja mengatakan, belajar koding tadinya dianggap hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Namun kini programing bisa dipelajari sejak usia dini untuk melatih cara berpikir logika dan memecahkan masalah dan dianggap berguna untuk semua profesi di era teknologi ini. Dia mengaku, pihaknya mendesain khusus aplikasi pemrograman yang sesuai dengan usia anak-anak.
Meilani menjelaskan, lomba Kiddohack terinspirasi dari Hackathon kegiatan para programer yang menciptakan program software dalam waktu singkat biasanya dalam waktu 24 jam. Kegiatan ini sudah jamak di Amerika Serikat. Dengan ikut Kiddohack, katanya, anak bisa belajar kolaborasi, berpikir cepat, kreativ, komunikatif dan menciptakan sesuatu yang baru. ‘’’Mini hackathon ini dilaksanakan dalam waktu lima jam. Diperuntukkan bagi anak umur 9-15 tahun,’’ jelasnya.
Nathanael siswa kelas X Sekolah Stella Maris Jakarta mengatakan, dia mendalami koding sejak umur sembilan tahun saat bersekolah di Skotlandia. Nathanael mengaku sangat senang belajar koding karena dia bisa membuat game sendiri. Belajar di Skotlandia pun semakin intens karena disana koding dijadikan mata pelajaran sendiri. ‘’Saya bisa didepan komputer seharian untuk membuat koding agar game saya bisa segera dimainkan,’’ katanya.
(wbs)