Bukalapak Ajak Generasi Muda Geluti Bisnis e-Commerce
A
A
A
SOLO - Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky mengajak anak-anak muda di Kota Solo untuk terjun ke bisnis e-commerce. Peluang usaha dinilai sangat menjanjikan dan mampu merekrut banyak tenaga kerja.
"Saya ingin Solo maju dan lapangan pekerjaan terbuka luas," kata Zaky usai menjadi pembicara Seminar for Young Entreprenuer di Kota Solo, Minggu (21/5/2017).
Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Profesor Sri Adiningsih yang juga Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Saat ini, semangat generasi muda untuk berkarier sejak dini dinilai semakin besar.
Sebagai pemula, mereka membutuhkan bimbingan serta motivasi untuk menghilangkan keraguan saat merintis bisnis. Sehingga, hal itu dapat membuat mereka menjadi lebih yakin.
Jumlah produsen maupun pedagang yang bergabung dengan Bukalapak tercatat telah mencapai puluhan ribu orang. Melalui kerja sama dengan pemerintah, pihaknya juga berupaya mendidik para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk masuk di e-commerce. Di antaranya dengan memfasilitasi peningkatan kualitas produk, hingga cara memotret hasil produksi yang akan dipajang.
Berbeda dengan pedagang, sentuhan untuk produsen dari UKM memang berbeda. Alumni SMA Negeri 1 Solo ini mengungkapkan, jumlah transaksi di Bukalapak mencapai Rp50 miliar/bulan, dan setahun bisa menembus Rp1 triliun.
Saat Ramadan dan Lebaran, jumlah transaksi biasanya naik dua kali lipat dan produk yang paling diburu adalah fashion. Kenaikan transaksi salah satu penyebabnya adalah tunjangan hari raya (THR) yang diterima para pekerja sebelum Lebaran.
Ketua Watimpres Profesor Sri Adiningsih mengatakan, peluang bisnis e-commerce ke depan akan semakin meningkat. Sebab saat ini posisinya baru sekitar 2% dari perdagangan di Indonesia. Sedangkan di negara maju, separuh perdagangan telah melalui e-commerce. Potensi e-commerce sangat besar sekali, ke depan dalam memasarkan produk lebih banyak menggunakan e-commmerce.
Dilihat dari tiga tahun terakhir, perkembangan e-commerce sangat pesat. Bahkan beberapa bisnis raksasa juga mulai masuk. "Mereka tidak mendirikan baru, tetapi masuk dengan membeli yang telah ada," ujarnya.
Sehingga, dalam lima tahun ke depan pasti sudah ada kemajuan pesat. Sebagaimana diungkapkan CEO Bukalapak, pertumbuhannya bisa mencapai tiga hingga empat kali dalam setahun. Jika terus terjadi, maka lima tahun ke depan angkanya mencapai 10% dari perdagangan di Indonesia.
Sehingga, nilai transaksi e-commerce yang kini berkisar Rp60 triliun sampai Rp70 triliun, dalam lima tahun ke depan bisa menembus Rp300 triliun. Maka, ke depan e-commerce merupakan bisnis menjanjikan.
Hal tersebut terbukti dengan terus munculnya pelaku bisnis e-commerce setiap hari dan terus tumbuh berkembang. Selain menggunakan platform e-commerce yang resmi, banyak juga yang melalui jalur tak resmi. Seperti melalui facebook dan instagram. "Dan itu lumayan laku," ujar dia.
"Saya ingin Solo maju dan lapangan pekerjaan terbuka luas," kata Zaky usai menjadi pembicara Seminar for Young Entreprenuer di Kota Solo, Minggu (21/5/2017).
Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Profesor Sri Adiningsih yang juga Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Saat ini, semangat generasi muda untuk berkarier sejak dini dinilai semakin besar.
Sebagai pemula, mereka membutuhkan bimbingan serta motivasi untuk menghilangkan keraguan saat merintis bisnis. Sehingga, hal itu dapat membuat mereka menjadi lebih yakin.
Jumlah produsen maupun pedagang yang bergabung dengan Bukalapak tercatat telah mencapai puluhan ribu orang. Melalui kerja sama dengan pemerintah, pihaknya juga berupaya mendidik para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk masuk di e-commerce. Di antaranya dengan memfasilitasi peningkatan kualitas produk, hingga cara memotret hasil produksi yang akan dipajang.
Berbeda dengan pedagang, sentuhan untuk produsen dari UKM memang berbeda. Alumni SMA Negeri 1 Solo ini mengungkapkan, jumlah transaksi di Bukalapak mencapai Rp50 miliar/bulan, dan setahun bisa menembus Rp1 triliun.
Saat Ramadan dan Lebaran, jumlah transaksi biasanya naik dua kali lipat dan produk yang paling diburu adalah fashion. Kenaikan transaksi salah satu penyebabnya adalah tunjangan hari raya (THR) yang diterima para pekerja sebelum Lebaran.
Ketua Watimpres Profesor Sri Adiningsih mengatakan, peluang bisnis e-commerce ke depan akan semakin meningkat. Sebab saat ini posisinya baru sekitar 2% dari perdagangan di Indonesia. Sedangkan di negara maju, separuh perdagangan telah melalui e-commerce. Potensi e-commerce sangat besar sekali, ke depan dalam memasarkan produk lebih banyak menggunakan e-commmerce.
Dilihat dari tiga tahun terakhir, perkembangan e-commerce sangat pesat. Bahkan beberapa bisnis raksasa juga mulai masuk. "Mereka tidak mendirikan baru, tetapi masuk dengan membeli yang telah ada," ujarnya.
Sehingga, dalam lima tahun ke depan pasti sudah ada kemajuan pesat. Sebagaimana diungkapkan CEO Bukalapak, pertumbuhannya bisa mencapai tiga hingga empat kali dalam setahun. Jika terus terjadi, maka lima tahun ke depan angkanya mencapai 10% dari perdagangan di Indonesia.
Sehingga, nilai transaksi e-commerce yang kini berkisar Rp60 triliun sampai Rp70 triliun, dalam lima tahun ke depan bisa menembus Rp300 triliun. Maka, ke depan e-commerce merupakan bisnis menjanjikan.
Hal tersebut terbukti dengan terus munculnya pelaku bisnis e-commerce setiap hari dan terus tumbuh berkembang. Selain menggunakan platform e-commerce yang resmi, banyak juga yang melalui jalur tak resmi. Seperti melalui facebook dan instagram. "Dan itu lumayan laku," ujar dia.
(izz)