Indonesia Berada di Era Kebangkitan e-Commerce

Rabu, 22 Maret 2017 - 10:04 WIB
Indonesia Berada di Era Kebangkitan e-Commerce
Indonesia Berada di Era Kebangkitan e-Commerce
A A A
JAKARTA - Berdasarkan pernyataan McKinsey and Co., sebuah perusahaan riset pasar global, Indonesia merupakan salah satu pasar e-commerce yang bertumbuh paling pesat di dunia. Pada 2025, setidaknya Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diprediksi bertambah sekitar 2.000 triliun rupiah (150 miliar dolar AS) dari sektor ekonomi digital.

Saat ini, perusahaan e-commerce besar memperhatikan pasar e-commerce yang lebih besar seperti Tiongkok dan India sebagai blueprint untuk membuat pasar Indonesia bertumbuh lebih cepat. Cara ini dikenal oleh investor dan stakeholder sebagai teori ‘time capsule’.

Kini, e-commerce mewakili lebih dari 10 persen keseluruhan ritel di Tiongkok. Sementara Indonesia dalam beberapa tahun telah menunjukkan situasi pasar yang serupa dengan mencuatnya tren e-shopping.

Lazada Group yang dimiliki Alibaba pun melihat, Hingga kini, Indonesia merupakan pasar terbesar dan terpenting di Asia Tenggara dan para ahli memprediksi bahwa online shopping akan menyumbangkan 7-8 persen pasar ritel lokal pada tahun 2020, naik dari angka sekitar 1 persen saat ini.

Selain itu, terdapat beberapa persamaan sifat antara pasar e-commerce Tiongkok dan Indonesia. Faktanya, kedua negara merupakan pasar yang luar biasa besar untuk transaksi pembelian melalui telepon genggam dan tablet, dengan kata lain potensi besar untuk usaha mobile commerce (m-commerce). Kemiripan lainnya antara Tiongkok dan Indonesia terletak pada fakta bahwa pasar e-commerce di kedua negara cukup tersentralisasi

Akan tetapi, tentu saja tetap ada perbedaan diantara kedua negara dan hal ini yang akan menjadi tantangan bagi pasar e-commerce Indonesia. Salah satu tantangan terbesarnya adalah e-payment belum banyak digunakan dan belum ada pemain besar yang mendominasi, walaupun terdapat banyak perusahaan dan bank-bank besar yang meluncurkan e-wallet di seluruh area nusantara dengan versinya masing-masing. Oleh karena itu, pengembang e-commerce di Indonesia masih harus terus menawarkan berbagai alternatif metode pembayaran, termasuk fasilitas bayar di tempat (cash-on-delivery/COD) dan transfer bank untuk beberapa tahun ke depan.

"Lazada dikenal sebagai salah satu situs belanja online terbesar di Asia Tenggara. Dengan kurang lebih 55.000 seller aktif di seluruh Asia Tenggara melalui Lazada, kami dapat memberikan kesempatan bagi para seller kami untuk menjadi sukses dan mengembangkan bisnisnya. Kami memastikan bahwa seluruh rangkaian kunjungan mendukung seller kami untuk mendapatkan informasi dan belajar dari kesuksesan seller lain, dan juga mendapat masukan untuk membantu mereka mengembangkan bisnis mereka di masa depan," ujar Co-CEO Lazada Indonesia, Florian Holm, dalam keterangan resminya, Selasa (21/3/2017).

Melihat pemaparan yang ada, maka dapat dikatakan bahwa Indonesia berada dalam era kebangkitan e-commerce seperti yang telah dicapai Tiongkok belum lama ini. Namun demikian, Lazada percaya bahwa mengaplikasikan pendekatan ‘time capsule’ di Indonesia akan membuahkan hasil, dengan sejumlah adaptasi lokal untuk mengatasi berbagai tantangan unik yang muncul dari ruang lingkup lokal.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7193 seconds (0.1#10.140)