Foxconn Tolak Bangun Pabrik iPhone di Indonesia
A
A
A
NEW YORK - Niat Donald Trump agar Apple untuk memindahkan pabrik Apple dari Taiwan ke Amerika Serikat (AS) mendapatkan perlawanan. Bahkan Foxconn perusahan yang memproduksi iPhone dengan tegas menolak meneken kontrak, dan Foxconn menegaskan tak punya niat membangun pabrik di Indonesia
Menanggapi rencana Trump, pendiri dan chairman Foxconn, Terry Gou, menulis surat terbuka yang bertulisan perpindahan pabrik perakitan ke AS yang dirasa berpotensi merugikan Foxconn karena bisa memakan biaya yang sangat mahal. Bahkan, disebut-sebut biaya produksi bisa meningkat dua kali lipat.
Adapun isi surat terbuka tersebut secara garis besar bertuliskan:
Kepada Trump, Gou memberikan beberapa masukan yang harus dipertimbangkan.
Pertama, menurut Gou, rencana Trump untuk memindahkan pabrik perakitan iPhone ke Negeri Paman Sam bukanlah solusi untuk menciptakan lahan pekerjaan. Anda seharusnya mengacu pola pikir di mana bisa membuat orang-orang bisa menciptakan lahan pekerjaannya sendiri.
Deretan wilayah yang berpontensi akan dibangun pabrik iPhone tersebut diungkap Gou karena memiliki antusiasme pasar yang tinggi dengan iPhone. yakni Brazil, India, China dan Indonesia " Hanya saja, hingga detik ini pihaknya kemungkinan tidak berniat membangun pabrik perakitan di Indonesia. Saya tidak akan membangun satu pabrik iPhone di Indonesia dan mungkin tidak akan pernah," tulis Gou seperti dilansir dari NDTV, Jumat (9/12/2016)
Selain itu, pria yang sudah berkecimpung pada bidang manufaktur perangkat teknologi sejak 1974 silam ini mengaku, pihaknya telah memperoleh pemasukan miliaran dolar pada tahun lampau berkat Apple. Tecatat, Foxconn mendulang pemasukan USD 75 miliar atau setara dengan Rp 996 miliar.
“Jika Anda ingin iPhone diproduksi di AS, saya sebetulnya bisa saja mengabulkannya. Ya, semacam saya bisa membangun pabrik perakitan di dalam Trump Tower, tapi biayanya pasti bakal sangat amat besar,"
Saya harus meng-cover biaya untuk pabrik, transport, dan tenaga kerja,” papar Gao.
“Saya bisa mempekerjakan robot di AS, tapi butuh waktu berbulan-bulan untuk melatihnya, manusia hanya butuh waktu dalam hitungan jam. Dan lebih dari satu robot bakal membunuh pekerjaan manusia pastinya.”
Sebelum menutup kalimatnya, Gao mengatakan kepada Trump bila meningkatkan tarif impor, tak akan mengubah hal terlalu banyak. Ini malah akan melemparkan momok bagi Foxconn di mana terbebani pajak, subsidi untuk karyawan, biaya listrik, dan masih lebih dari satu lagi.
“Ingatlah Trump, seperti dinding besar yang ingin Anda bangun, akan ada harga yang harus dibayar dan itu bukanlah saya, perlu Anda camkan,” pungkas Gou.
Menanggapi rencana Trump, pendiri dan chairman Foxconn, Terry Gou, menulis surat terbuka yang bertulisan perpindahan pabrik perakitan ke AS yang dirasa berpotensi merugikan Foxconn karena bisa memakan biaya yang sangat mahal. Bahkan, disebut-sebut biaya produksi bisa meningkat dua kali lipat.
Adapun isi surat terbuka tersebut secara garis besar bertuliskan:
Kepada Trump, Gou memberikan beberapa masukan yang harus dipertimbangkan.
Pertama, menurut Gou, rencana Trump untuk memindahkan pabrik perakitan iPhone ke Negeri Paman Sam bukanlah solusi untuk menciptakan lahan pekerjaan. Anda seharusnya mengacu pola pikir di mana bisa membuat orang-orang bisa menciptakan lahan pekerjaannya sendiri.
Deretan wilayah yang berpontensi akan dibangun pabrik iPhone tersebut diungkap Gou karena memiliki antusiasme pasar yang tinggi dengan iPhone. yakni Brazil, India, China dan Indonesia " Hanya saja, hingga detik ini pihaknya kemungkinan tidak berniat membangun pabrik perakitan di Indonesia. Saya tidak akan membangun satu pabrik iPhone di Indonesia dan mungkin tidak akan pernah," tulis Gou seperti dilansir dari NDTV, Jumat (9/12/2016)
Selain itu, pria yang sudah berkecimpung pada bidang manufaktur perangkat teknologi sejak 1974 silam ini mengaku, pihaknya telah memperoleh pemasukan miliaran dolar pada tahun lampau berkat Apple. Tecatat, Foxconn mendulang pemasukan USD 75 miliar atau setara dengan Rp 996 miliar.
“Jika Anda ingin iPhone diproduksi di AS, saya sebetulnya bisa saja mengabulkannya. Ya, semacam saya bisa membangun pabrik perakitan di dalam Trump Tower, tapi biayanya pasti bakal sangat amat besar,"
Saya harus meng-cover biaya untuk pabrik, transport, dan tenaga kerja,” papar Gao.
“Saya bisa mempekerjakan robot di AS, tapi butuh waktu berbulan-bulan untuk melatihnya, manusia hanya butuh waktu dalam hitungan jam. Dan lebih dari satu robot bakal membunuh pekerjaan manusia pastinya.”
Sebelum menutup kalimatnya, Gao mengatakan kepada Trump bila meningkatkan tarif impor, tak akan mengubah hal terlalu banyak. Ini malah akan melemparkan momok bagi Foxconn di mana terbebani pajak, subsidi untuk karyawan, biaya listrik, dan masih lebih dari satu lagi.
“Ingatlah Trump, seperti dinding besar yang ingin Anda bangun, akan ada harga yang harus dibayar dan itu bukanlah saya, perlu Anda camkan,” pungkas Gou.
(wbs)