Sonar Siap Mengembangkan Sayapnya ke Asia dan Timur Tengah
A
A
A
JAKARTA - Sonar, platform analitik dan monitoring media sosial dan digital berbasis Indonesia, telah mengumumkan bahwa pihaknya akan mengembangkan layanan mereka di Filipina, dan segera memulai ekspansi pasar baru di Singapura, Malaysia, dan Australia. Platform Sonar berfungsi sebagai sebuah platform canggih yang dipakai berbagai konglomerat bisnis di Indonesia untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan pasar secara online.
Alhasil, ini memudahkan para bisnis dan perusahaan untuk memformulasikan strategi pemasaran dan menjangkau publik. Sonar juga merupakan mitra kerjasama Telkom Indonesia dan Microsoft. Founder dan CEO Sonar, Amien Krisna, mengungkapkan bahwa produknya cukup beruntung karena telah diadopsi cukup awal oleh pemain besar di Indonesia seperti XL Axiata, Heineken (Multibintang Indonesia), dan lainnya ketika memulai Sonar pada Januari 2014.
“Saya memulai sebagai developer di tahun 2002, bekerja untuk situs e-commerce dan games yang mulai bermunculan saat itu. Saya belajar banyak hal dalam waktu yang singkat, bukan hanya hal teknis, namun juga bisnis ‘digital’ yang belum terkenal waktu itu,” ungkap Krisna, Rabu (19/10/2016).
Ia lalu menjelaskan bagaimana karirnya sebagai freelance membantunya membangun agensi perancangan dan pengembangan web yang pada akhirnya mendapatkan exit dengan bergabung dengan perusahaan periklanan digital pada 2012. “Saya mengumpulkan ilmu yang saya pelajari dari perusahaan-perusahaan tersebut, dan pada akhirnya mengembangkan versi awal platform Sonar pada tahun 2013”, tambahnya.
Menurut Krisna, dengan bantuan Sonar, perusahaan-perusahaan bisa dengan mudah menemukan persepsi internet terhadap mereka, melakukan riset pasar langsung, dan menemukan tren yang sedang hangat dalam masing-masing industri. Menurut Krisna, jumlah data sosial lokal dan manca-negara yang besar sangat mustahil untuk digarap secara manual.
“Semakin banyak perusahaan yang aktif secara digital membuat indutrinya semakin ‘digital’. Hal ini meningkatkan kebutuhan untuk melakukan monitoring, analisis, dan mengumpulkan informasi penting,” ujar Krisna.
Bagian yang paling menarik dari Sonar adalah kemampuannya untuk menjelaskan apa yang sedang hangat atau viral dalam sebuah industri. Para marketer bisa memanfaatkan informasi ini untuk menggapai perhatian pasar yang lebih luas dalam dunia digital. Pada awal 2016, Sonar masuk ke dalam program akselerator Indigo milik Telkom Indonesia.
Dalam pasar internasional, Sonar berkompetisi dengan perusahaan seperti Brandtology, Radian6 milik Salesforce, dan Sysomos. Kelebihan Sonar, menurut Krisna, adalah kemampuannya untuk beradaptasi dan memahami pasar lokal dengan lebih cepat dan efisien.
“Kami ingin menjadi ‘orang lokal’ dalam setiap pasar yang kami hadiri. “Secara lokal, kami percaya bahwa kami merupakan platform yang paling maju, karena berbasis teknologi, memiliki algoritma yang lebih cepat dan akurat, serta siap untuk berkembang. Kebanyakan pemain lokal merupakan bisnis berbasis konsultasi dan prosesnya manual,” ujarnya.
Sonar telah bekerjasama dengan Twitter untuk mengumpulkan semua cuitan publik. Pada saat yang bersamaan, Sonar juga memindai Facebook, lebih dari 80 media-media, lima forum besar, Instagram, dan blog pada Blogspot dan Wordpress. Ini membantu Sonar mendapatkan gambaran holistik tentang persepsi masyarakat untuk merk tertentu.
Sonar mendapatkan penghasilan dengan model subscription, dimana pengguna mendapatkan akses tak terbatas untuk laman dashboard dan analitik, namun terbatas dari segi topik, merk, dan data yang digarap. Ada juga pelayanan tambahan seperti laporan custom, workshop, dan juga sesi pelatihan.
Setelah menguasai pasar di Nusantara, Sonar berencana untuk menjadi pemimpin pasar di bidang analitik data sosial di Asia dan Timur Tengah pada tahun 2021. “Kami tengah berencana membangun pasar di Filipina, dan kemudian dikembangkan ke Malaysia, Singapura, dan Australia pada tahun 2017,” kata Krisna.
Alhasil, ini memudahkan para bisnis dan perusahaan untuk memformulasikan strategi pemasaran dan menjangkau publik. Sonar juga merupakan mitra kerjasama Telkom Indonesia dan Microsoft. Founder dan CEO Sonar, Amien Krisna, mengungkapkan bahwa produknya cukup beruntung karena telah diadopsi cukup awal oleh pemain besar di Indonesia seperti XL Axiata, Heineken (Multibintang Indonesia), dan lainnya ketika memulai Sonar pada Januari 2014.
“Saya memulai sebagai developer di tahun 2002, bekerja untuk situs e-commerce dan games yang mulai bermunculan saat itu. Saya belajar banyak hal dalam waktu yang singkat, bukan hanya hal teknis, namun juga bisnis ‘digital’ yang belum terkenal waktu itu,” ungkap Krisna, Rabu (19/10/2016).
Ia lalu menjelaskan bagaimana karirnya sebagai freelance membantunya membangun agensi perancangan dan pengembangan web yang pada akhirnya mendapatkan exit dengan bergabung dengan perusahaan periklanan digital pada 2012. “Saya mengumpulkan ilmu yang saya pelajari dari perusahaan-perusahaan tersebut, dan pada akhirnya mengembangkan versi awal platform Sonar pada tahun 2013”, tambahnya.
Menurut Krisna, dengan bantuan Sonar, perusahaan-perusahaan bisa dengan mudah menemukan persepsi internet terhadap mereka, melakukan riset pasar langsung, dan menemukan tren yang sedang hangat dalam masing-masing industri. Menurut Krisna, jumlah data sosial lokal dan manca-negara yang besar sangat mustahil untuk digarap secara manual.
“Semakin banyak perusahaan yang aktif secara digital membuat indutrinya semakin ‘digital’. Hal ini meningkatkan kebutuhan untuk melakukan monitoring, analisis, dan mengumpulkan informasi penting,” ujar Krisna.
Bagian yang paling menarik dari Sonar adalah kemampuannya untuk menjelaskan apa yang sedang hangat atau viral dalam sebuah industri. Para marketer bisa memanfaatkan informasi ini untuk menggapai perhatian pasar yang lebih luas dalam dunia digital. Pada awal 2016, Sonar masuk ke dalam program akselerator Indigo milik Telkom Indonesia.
Dalam pasar internasional, Sonar berkompetisi dengan perusahaan seperti Brandtology, Radian6 milik Salesforce, dan Sysomos. Kelebihan Sonar, menurut Krisna, adalah kemampuannya untuk beradaptasi dan memahami pasar lokal dengan lebih cepat dan efisien.
“Kami ingin menjadi ‘orang lokal’ dalam setiap pasar yang kami hadiri. “Secara lokal, kami percaya bahwa kami merupakan platform yang paling maju, karena berbasis teknologi, memiliki algoritma yang lebih cepat dan akurat, serta siap untuk berkembang. Kebanyakan pemain lokal merupakan bisnis berbasis konsultasi dan prosesnya manual,” ujarnya.
Sonar telah bekerjasama dengan Twitter untuk mengumpulkan semua cuitan publik. Pada saat yang bersamaan, Sonar juga memindai Facebook, lebih dari 80 media-media, lima forum besar, Instagram, dan blog pada Blogspot dan Wordpress. Ini membantu Sonar mendapatkan gambaran holistik tentang persepsi masyarakat untuk merk tertentu.
Sonar mendapatkan penghasilan dengan model subscription, dimana pengguna mendapatkan akses tak terbatas untuk laman dashboard dan analitik, namun terbatas dari segi topik, merk, dan data yang digarap. Ada juga pelayanan tambahan seperti laporan custom, workshop, dan juga sesi pelatihan.
Setelah menguasai pasar di Nusantara, Sonar berencana untuk menjadi pemimpin pasar di bidang analitik data sosial di Asia dan Timur Tengah pada tahun 2021. “Kami tengah berencana membangun pasar di Filipina, dan kemudian dikembangkan ke Malaysia, Singapura, dan Australia pada tahun 2017,” kata Krisna.
(dol)