Inovasi Teknologi Indikator Suksesnya OTT Video Roll Out di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Indonesia saat ini tengah menuju pada titik revolusi digital, hal ini dapat terlihat dimana pengguna sosial media, teknologi mobile dan digital telah menyebar secara luas dalam negeri. Bahkan orang Indonesia saat ini lebih suka menonton dan melihat konten media melalui platform digital melalui ujung jari.
Suatu perubahan signifikan dalam tata cara orang Indonesia dalam mengkonsumsi berbagai konten di media, hal ini diungkapkan Desmond Poon, CTO, PT Link Net. Penggunaan smartphone di Indonesia diperkirakan akan melonjak dari 55 juta di 2015 menjadi 92 juta di 2019, dan pengguna multi-screen menggunakan gadget mereka, antara lain smartphone, tablet dan laptop lebih banyak 23% dari sesama pengguna di negara Asia Pasifik lainnya.
Hal ini sangat krusial bagi mereka untuk selalu menggunakan teknologi yang baru dan inovatif. Ini tentunya sangat vital agar tetap bisa mengikuti permintaan pemirsa atau pelanggan terhadap konten media serta hiburan on-the-go yang sifatnya instan dan terpercaya.
Desmond yakin dengan merangkul dan berinvestasi dalam teknologi yang bisa saling melengkapi dengan jasa televisi saat ini yaitu Over-The-Top (OTT) dan Internet of Things (IoT) adalah suatu strategi yang tepat bagi para operator untuk bisa memanfaatkan semua peluang untuk bisa tumbuh dan maju.
"Sebagai penyedia internet dan layanan TV berbayar, salah satu keunggulan kami adalah kemampuan kami untuk bisa menawarkan serangkai layanan terpadu bagi pelanggan. Selain layanan Personal Video Recorder (PVR), Video on Demand (VOD), dan Catch-Up TV yang kami sediakan kepada program linear TV kami," ujar Desmond.
Desmond juga menambahkan bahwa dengan adanya layanan bundling TV kabel, OTT serta broadband mereka mampu melayani pelanggan di rumah dan dimana pun berada dengan sangat mudah.
Sementara itu dirinya melihat, dengan populasi Indonesia yang begitu luas, banyak sekali rumah tangga yang belum terhubung dengan internet. Oleh karenanya, TV siaran biasa dilihat masih akan tetap menjadi pilihan umum dalam waktu yang lama.
Namun Desmond tetap optimistis dan yakin dengan adanya peningkatan investasi di infrastruktur dan konektivitas, layanan over-the-top akan melonjak dalam waktu yang akan datang.
"Indonesia adalah negara paling padat ke empat di dunia dan di huni oleh lebih dari 250 juta orang. Dengan demikian demografis Indonesia memberikan banyak peluang bagi para pendatang baru di pasar layanan over-the-top video. Seiring dengan semakin luas jaringan broadband yang dibangun serta penawaran paket menarik dari para operator situasi ini diharapkan bisa membaik kedepannya," ucap Desmond.
Suatu perubahan signifikan dalam tata cara orang Indonesia dalam mengkonsumsi berbagai konten di media, hal ini diungkapkan Desmond Poon, CTO, PT Link Net. Penggunaan smartphone di Indonesia diperkirakan akan melonjak dari 55 juta di 2015 menjadi 92 juta di 2019, dan pengguna multi-screen menggunakan gadget mereka, antara lain smartphone, tablet dan laptop lebih banyak 23% dari sesama pengguna di negara Asia Pasifik lainnya.
Hal ini sangat krusial bagi mereka untuk selalu menggunakan teknologi yang baru dan inovatif. Ini tentunya sangat vital agar tetap bisa mengikuti permintaan pemirsa atau pelanggan terhadap konten media serta hiburan on-the-go yang sifatnya instan dan terpercaya.
Desmond yakin dengan merangkul dan berinvestasi dalam teknologi yang bisa saling melengkapi dengan jasa televisi saat ini yaitu Over-The-Top (OTT) dan Internet of Things (IoT) adalah suatu strategi yang tepat bagi para operator untuk bisa memanfaatkan semua peluang untuk bisa tumbuh dan maju.
"Sebagai penyedia internet dan layanan TV berbayar, salah satu keunggulan kami adalah kemampuan kami untuk bisa menawarkan serangkai layanan terpadu bagi pelanggan. Selain layanan Personal Video Recorder (PVR), Video on Demand (VOD), dan Catch-Up TV yang kami sediakan kepada program linear TV kami," ujar Desmond.
Desmond juga menambahkan bahwa dengan adanya layanan bundling TV kabel, OTT serta broadband mereka mampu melayani pelanggan di rumah dan dimana pun berada dengan sangat mudah.
Sementara itu dirinya melihat, dengan populasi Indonesia yang begitu luas, banyak sekali rumah tangga yang belum terhubung dengan internet. Oleh karenanya, TV siaran biasa dilihat masih akan tetap menjadi pilihan umum dalam waktu yang lama.
Namun Desmond tetap optimistis dan yakin dengan adanya peningkatan investasi di infrastruktur dan konektivitas, layanan over-the-top akan melonjak dalam waktu yang akan datang.
"Indonesia adalah negara paling padat ke empat di dunia dan di huni oleh lebih dari 250 juta orang. Dengan demikian demografis Indonesia memberikan banyak peluang bagi para pendatang baru di pasar layanan over-the-top video. Seiring dengan semakin luas jaringan broadband yang dibangun serta penawaran paket menarik dari para operator situasi ini diharapkan bisa membaik kedepannya," ucap Desmond.
(dol)