Robo-Bee, Drone Paling Kecil di Dunia
A
A
A
LONDON - Kemunculan drone kini semakin menjadi tren, apalagi pesawat tanpa awak ini mempunyai jenis dan ukuran bermacam-macam. Mulai dari yang memiliki ukuran besar yang mampu mengangkut barang, hingga paling kecil dengan fungsi yang berbeda.
Seperti dilansir dari Ubergizmo, Sabtu (21/5/2016), kini ada drone yang memiliki kemampuan seperti serangga, bernama Robo-bee. Drone mungil ini bisa dikatakan mempunyai ukuran terkecil di dunia. Pasalnya mempunyai ukuran sama uang koin.
Robo-bee bisa terbang dan diklaim mampu hinggap seperti lebah sungguhnya. Bila dilihat dari kemampuannya, drone ini dapat digunakan untuk operasi pencarian atau penyelamatan. Kemampuan ini berkat adanya adhesi elektrostatik, merupakan proses yang sama pada balon statis-dibebankan yang memungkinkan menempel pada dinding.
Direktur Aerial Robotics Laboratory, Dr Mirko Kovac dari Imperial College, London, drone tersebut saat ini sedang menjalani uji coba dalam pemantauan lingkungan dan upaya bantuan bencana.
Namun yang menjadi pertanyaan dengan kemampuan terbang dan ukuran yang sangat kecil, drone ini tidak memiliki persediaan listrik yang banyak, sehingga melayang di sekitar tidak akan terlalu efisien dalam jangka panjang. Apalagi bebannya yang ringan akan mudah terbawa angin saat terbang dan akan menggangu proses navigasi.
Gagasan bisa bertengger atau hinggap merupakan ide yang menarik, karena menyediakan solusi penghematan energi untuk menyelesaikan tantangan. Kita tunggu perkembangannya apakah akan diproduksi masal.
Seperti dilansir dari Ubergizmo, Sabtu (21/5/2016), kini ada drone yang memiliki kemampuan seperti serangga, bernama Robo-bee. Drone mungil ini bisa dikatakan mempunyai ukuran terkecil di dunia. Pasalnya mempunyai ukuran sama uang koin.
Robo-bee bisa terbang dan diklaim mampu hinggap seperti lebah sungguhnya. Bila dilihat dari kemampuannya, drone ini dapat digunakan untuk operasi pencarian atau penyelamatan. Kemampuan ini berkat adanya adhesi elektrostatik, merupakan proses yang sama pada balon statis-dibebankan yang memungkinkan menempel pada dinding.
Direktur Aerial Robotics Laboratory, Dr Mirko Kovac dari Imperial College, London, drone tersebut saat ini sedang menjalani uji coba dalam pemantauan lingkungan dan upaya bantuan bencana.
Namun yang menjadi pertanyaan dengan kemampuan terbang dan ukuran yang sangat kecil, drone ini tidak memiliki persediaan listrik yang banyak, sehingga melayang di sekitar tidak akan terlalu efisien dalam jangka panjang. Apalagi bebannya yang ringan akan mudah terbawa angin saat terbang dan akan menggangu proses navigasi.
Gagasan bisa bertengger atau hinggap merupakan ide yang menarik, karena menyediakan solusi penghematan energi untuk menyelesaikan tantangan. Kita tunggu perkembangannya apakah akan diproduksi masal.
(dol)