Indonesia Bisa Bicara Banyak di Bisnis TIK
A
A
A
JAKARTA - Indonesia diyakini bisa berbicara banyak di bisnis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) global dan regional karena memiliki sumber daya dan kekuatan finansial.
“Bicara bisnis TIK, ini kan padat modal dan karya. Indonesia bisa berbicara banyak di sektor ini asalkan mendapat dukungan regulasi, pemodalan, dan ekosistem. Buktinya, Telkom saja sudah go regional dan global dengan ekspansinya. Belum lagi, sejumlah hasil karya anak bangsa yang membanggakan, seperti solusi 4G dari Profersor Khoirul Anwar,” ungkap Founder IndoTelko Forum, Doni Ismanto Darwin di Jakarta, Rabu (16/6/2015).
Menurutnya, tak mudah bagi sebuah perusahaan atau perorangan untuk Go Global karena standar yang diterapkan kala berkompetisi di pasar internasional sangat tinggi.
“Misal, Telkom bisa mendapatkan tanah di Data Center Park di Jurong Park, Singapura. Itu tak mudah, tanah di sana kan sulit sekali, kompetisi ketat. Nah, proposal dari Telin Singapura (Anak usaha Telkom) yang pertama disetujui, kita harusnya bangga, artinya bisa mengalahkan pemain internasional karena pasti yang ikut bidding pemain top, Singapura kan salah satu Hub Internet internasional,” paparnya.
Apalagi, lanjut Doni, sejak tujuh tahun berdiri Telin Singapura telah memiliki dua Data Center di negeri itu dan selama ini melayani perusahaan multinasional. “Kalau saya lihat,Telin Singapura ini memang bentuk nyata ekspansi Telkom. Bermain di luar dan melayani pasar luar negeri. Artinya, Telkom bukan jago kandang. Semoga ini menjadi inspirasi bagi pemain lainnya,” paparnya.
Sebelumnya, Telkom menyatakan investasi yang dilakukan melalui pembangunan data center di Singapura difokuskan untuk menarik pendapatan dari pelanggan korporasi di Singapura. Diharapkan pelanggan tersebut dapat ditawarkan mirroring layanan ke Indonesia sehingga nantinya bisa dilayani dari Indonesia. Hingga akhirnya, Indonesia dapat menjadi hub untukkomunikasi Internet/data ke berbagai negara.
Isu Keamanan
Sementara itu, Advisor Indonesian Cloud Forum Mochammad James Falahuddin mengatakan hal yang wajar dalam mengembangkan bisnis teknologi informasi pemain seperti Telkom menggandeng mitra yang ahli di bidang itu.
“Telkom kan selama ini kuat di infrastruktur, sementara arahnya kalau bermain Teknologi Informasi itu di solusi. Biar catch up cepat, harus digandeng pemain yang sudah ahli. Implementasi strategi itu bisa dilihat di pembentukan TelkomTelstra dan tak lama lagi kabarnya dengan SingTel untuk menggarap pasar aplikasi,” katanya.
Menurutnya, hal yang perlu diperhatikan dalam pendirian perusahaan patungan tersebut dengan mitraa asing adalah isu keamanan dari solusi. Namun, hal ini bisa diatasi jika sejak perusahaan didirikan kedua pemegang saham menunjukan komitmen soal transparansi.
“Isu keamanan bisa dinyatakan sejak awal. Biasanya aplikasi itu kan disesuaikan dengan pasar yang dituju, tentu keamanan harus diperhatikan. Isu keamanan ini paling krusial di orang yang menjalankan, lihat saja NSA, bolongnya kan karena Edward Snowden bicara,” jelasnya.
Sebelumnya, Telkom berencana membentuk perusahaan patungan dengan Singapore Telecommunication Limited (SingTel) untuk menggarap pasar solusi TI di berbagai sektor usaha dengan memanfaatkan kapasitas data center di Indonesia yang sudah dimiliki Telkom, dimana saat ini sudah mencapai 70.000 m2.
Pemilihan SingTel sebagai mitra dikarenakan perusahaan ini sudah memiliki pengalaman dalam penyediaan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan oleh perusahan-perusahaan multi nasional.
“Bicara bisnis TIK, ini kan padat modal dan karya. Indonesia bisa berbicara banyak di sektor ini asalkan mendapat dukungan regulasi, pemodalan, dan ekosistem. Buktinya, Telkom saja sudah go regional dan global dengan ekspansinya. Belum lagi, sejumlah hasil karya anak bangsa yang membanggakan, seperti solusi 4G dari Profersor Khoirul Anwar,” ungkap Founder IndoTelko Forum, Doni Ismanto Darwin di Jakarta, Rabu (16/6/2015).
Menurutnya, tak mudah bagi sebuah perusahaan atau perorangan untuk Go Global karena standar yang diterapkan kala berkompetisi di pasar internasional sangat tinggi.
“Misal, Telkom bisa mendapatkan tanah di Data Center Park di Jurong Park, Singapura. Itu tak mudah, tanah di sana kan sulit sekali, kompetisi ketat. Nah, proposal dari Telin Singapura (Anak usaha Telkom) yang pertama disetujui, kita harusnya bangga, artinya bisa mengalahkan pemain internasional karena pasti yang ikut bidding pemain top, Singapura kan salah satu Hub Internet internasional,” paparnya.
Apalagi, lanjut Doni, sejak tujuh tahun berdiri Telin Singapura telah memiliki dua Data Center di negeri itu dan selama ini melayani perusahaan multinasional. “Kalau saya lihat,Telin Singapura ini memang bentuk nyata ekspansi Telkom. Bermain di luar dan melayani pasar luar negeri. Artinya, Telkom bukan jago kandang. Semoga ini menjadi inspirasi bagi pemain lainnya,” paparnya.
Sebelumnya, Telkom menyatakan investasi yang dilakukan melalui pembangunan data center di Singapura difokuskan untuk menarik pendapatan dari pelanggan korporasi di Singapura. Diharapkan pelanggan tersebut dapat ditawarkan mirroring layanan ke Indonesia sehingga nantinya bisa dilayani dari Indonesia. Hingga akhirnya, Indonesia dapat menjadi hub untukkomunikasi Internet/data ke berbagai negara.
Isu Keamanan
Sementara itu, Advisor Indonesian Cloud Forum Mochammad James Falahuddin mengatakan hal yang wajar dalam mengembangkan bisnis teknologi informasi pemain seperti Telkom menggandeng mitra yang ahli di bidang itu.
“Telkom kan selama ini kuat di infrastruktur, sementara arahnya kalau bermain Teknologi Informasi itu di solusi. Biar catch up cepat, harus digandeng pemain yang sudah ahli. Implementasi strategi itu bisa dilihat di pembentukan TelkomTelstra dan tak lama lagi kabarnya dengan SingTel untuk menggarap pasar aplikasi,” katanya.
Menurutnya, hal yang perlu diperhatikan dalam pendirian perusahaan patungan tersebut dengan mitraa asing adalah isu keamanan dari solusi. Namun, hal ini bisa diatasi jika sejak perusahaan didirikan kedua pemegang saham menunjukan komitmen soal transparansi.
“Isu keamanan bisa dinyatakan sejak awal. Biasanya aplikasi itu kan disesuaikan dengan pasar yang dituju, tentu keamanan harus diperhatikan. Isu keamanan ini paling krusial di orang yang menjalankan, lihat saja NSA, bolongnya kan karena Edward Snowden bicara,” jelasnya.
Sebelumnya, Telkom berencana membentuk perusahaan patungan dengan Singapore Telecommunication Limited (SingTel) untuk menggarap pasar solusi TI di berbagai sektor usaha dengan memanfaatkan kapasitas data center di Indonesia yang sudah dimiliki Telkom, dimana saat ini sudah mencapai 70.000 m2.
Pemilihan SingTel sebagai mitra dikarenakan perusahaan ini sudah memiliki pengalaman dalam penyediaan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan oleh perusahan-perusahaan multi nasional.
(dmd)