Pakar Cyber: Anggota Pansel KPK Rawan Disadap
A
A
A
JAKARTA - Pemilihan pansel KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) mengundang beragam tanggapan. Muncul pro kontra di masyarakat, apakah anggota pansel yang seluruhnya wanita tersebut sanggup menghadapi tekanan berat memilih pimpinan KPK yang mumpuni atau tidak.
Pakar keamanan cyber Pratama Persadha menilai ancaman terbesar pada anggota pansel KPK bukan karena seluruhnya wanita, tapi keamanan privasi mereka.
“Contohnya yang masih hangat tim sembilan yang berupaya menyelesaikan kisruh KPK-POLRI sebelumnya, mereka ramai karena mengaku disadap,” ungkapnya dalam keterengan tertulis kepada Sindonews, Minggu (24/5/2015).
Pratama juga menggaris bawahi bahwa informasi yang ada di pansel KPK sangat penting dan rahasia, patut dilindungi. Bila mudah tersebar keluar akan menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Anggota pansel harus tahu bahwa mereka benar-benar aman dalam berkomunikasi.
“Bukan hanya soal sadap telepon saja. Anggota pansel KPK ini harus bebas dari segala bentuk gangguan komunikasi,” terang Ketua Lembaga Riset Keamanan Cyber CISSReC ini.
Pratama menambahkan, setiap anggota pansel harus mawas diri. Minimal tahu setiap telepon selulernya aman dari Trojan dan Malware. “Ponsel yang disusupi Trojan khusus bisa berkirim SMS sendiri tanpa pemiliknya tahu, bahkan setiap panggilan dan SMS yang keluar masuk bisa dipantau oleh orang yang mengendalikan virus tersebut,” tegasnya.
Menurut pria asal Cepu, Jawa Tengah ini, pemerintah harus memberikan pengamanan khusus pada anggota pansel. Mulai dari penyisiran rumah dan kantor dari segala bentuk alat yang memungkinkan penyadapan dan pengambilan informasi secara illegal.
“Presiden Jokowi bisa membuat sebuah terobosan baru. Para anggota pansel KPK dilindungi privasi mereka dari segala bentuk ancaman yang ada. Kita punya Lembaga Sandi Negara maupun produk lokal yang bisa mengamankan dari segala bentuk penyadapan dan pencurian informasi,” jelas Pratama.
Menurut pria yang puluhan tahun bergelut di dunia intelejen ini, faktor paling penting adalah kesadaran dari anggota pansel sendiri. “Jangan sampai pemerintah sudah beri pengamanan, tapi semua data penting malah disimpan di email dan cloud gratisan buatan asing. Jadi, anggota pansel harus mawas diri, jangan sembarangan menaruh data penting,” tegasnya.
Pakar keamanan cyber Pratama Persadha menilai ancaman terbesar pada anggota pansel KPK bukan karena seluruhnya wanita, tapi keamanan privasi mereka.
“Contohnya yang masih hangat tim sembilan yang berupaya menyelesaikan kisruh KPK-POLRI sebelumnya, mereka ramai karena mengaku disadap,” ungkapnya dalam keterengan tertulis kepada Sindonews, Minggu (24/5/2015).
Pratama juga menggaris bawahi bahwa informasi yang ada di pansel KPK sangat penting dan rahasia, patut dilindungi. Bila mudah tersebar keluar akan menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Anggota pansel harus tahu bahwa mereka benar-benar aman dalam berkomunikasi.
“Bukan hanya soal sadap telepon saja. Anggota pansel KPK ini harus bebas dari segala bentuk gangguan komunikasi,” terang Ketua Lembaga Riset Keamanan Cyber CISSReC ini.
Pratama menambahkan, setiap anggota pansel harus mawas diri. Minimal tahu setiap telepon selulernya aman dari Trojan dan Malware. “Ponsel yang disusupi Trojan khusus bisa berkirim SMS sendiri tanpa pemiliknya tahu, bahkan setiap panggilan dan SMS yang keluar masuk bisa dipantau oleh orang yang mengendalikan virus tersebut,” tegasnya.
Menurut pria asal Cepu, Jawa Tengah ini, pemerintah harus memberikan pengamanan khusus pada anggota pansel. Mulai dari penyisiran rumah dan kantor dari segala bentuk alat yang memungkinkan penyadapan dan pengambilan informasi secara illegal.
“Presiden Jokowi bisa membuat sebuah terobosan baru. Para anggota pansel KPK dilindungi privasi mereka dari segala bentuk ancaman yang ada. Kita punya Lembaga Sandi Negara maupun produk lokal yang bisa mengamankan dari segala bentuk penyadapan dan pencurian informasi,” jelas Pratama.
Menurut pria yang puluhan tahun bergelut di dunia intelejen ini, faktor paling penting adalah kesadaran dari anggota pansel sendiri. “Jangan sampai pemerintah sudah beri pengamanan, tapi semua data penting malah disimpan di email dan cloud gratisan buatan asing. Jadi, anggota pansel harus mawas diri, jangan sembarangan menaruh data penting,” tegasnya.
(dmd)