Saya Bertanya ke AI ChatGPT tentang Bahaya AI Terhadap Manusia, Ini Jawabannya…
loading...
A
A
A
JAKARTA - Belakangan ChatGPT memang sedang ramai diperbincangkan di media sosial seperti Twitter dan Facebook.
ChatGPT merupakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) atau AI. Setelah masuk dan log in di OpenAI, pengguna bisa bertanya kepada ChatGPT tentang berbagai hal. Sama seperti mengetikkan kueri di Google. Bedanya, yang menjawab adalah AI. Bisa dalam bahasa Inggris, bisa juga dalam bahasa Indonesia.
Di media sosial, pengguna memanfaatkan kecerdasan buatan ini untuk membuat banyak hal. Mulai membuat perencanaan marketing, esai tulisan, dan lainnya.
OpenAI sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan kecerdasan buatan. Dua produknya yakni DALL-E dan GPT.
DALL-E adalah AI yang bisa menghasilkan gambar atau lukisan dari sepotong kalimat, sementara untuk GPT adalah AI dalam pembuatan teks.
Jawaban-jawaban dari ChatGPT terhadap pertanyaan sulit sendiri sangat luar biasa dan komprehensif. Bahkan sulit dibedakan dengan tulisan manusia biasa. Ini membuat AI menjadi sesuatu yang “mengerikan” di masa depan.
Karena itu, SINDONews mencoba bertanya tentang bahaya AI kepada ChatGPT, dan ini jawabannya:
1. Kehilangan pekerjaan
Saat AI menjadi lebih maju, AI mungkin dapat melakukan banyak tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia, yang berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan secara luas dan gangguan ekonomi.
2. Diskriminasi dan bias
Sistem AI dapat dilatih pada data yang bias, mengarahkan mereka untuk membuat keputusan yang diskriminatif atau tidak adil. Ini dapat menimbulkan konsekuensi serius. Terutama di bidang-bidang seperti peradilan pidana dan perawatan kesehatan.
3. Risiko keamanan
Sistem AI rentan terhadap peretasan dan bentuk serangan dunia maya lainnya, yang berpotensi menyebabkan pelanggaran data, hilangnya informasi sensitif, dan risiko keamanan lainnya.
4. Kehilangan privasi
Sistem AI yang mampu mengumpulkan dan memproses data dalam jumlah besar dapat menimbulkan ancaman terhadap privasi individu, terutama jika data tersebut tidak ditangani secara aman.
5. Senjata otonom
Beberapa ahli khawatir terhadap pengembangan senjata bertenaga AI yang dapat membuat keputusan yang tepat kapan harus menggunakan kekuatan mematikan tanpa campur tangan manusia. Hal ini dapat menyebabkan risiko konflik dan eskalasi lebih besar.
Secara keseluruhan, bahaya AI sangat bergantung pada bagaimana teknologi digunakan dan diatur. Penting bagi peneliti, pengembang, dan pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan potensi risiko secara hati-hati dan mengambil langkah-langkah untukmemitigasinya.
ChatGPT merupakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) atau AI. Setelah masuk dan log in di OpenAI, pengguna bisa bertanya kepada ChatGPT tentang berbagai hal. Sama seperti mengetikkan kueri di Google. Bedanya, yang menjawab adalah AI. Bisa dalam bahasa Inggris, bisa juga dalam bahasa Indonesia.
Di media sosial, pengguna memanfaatkan kecerdasan buatan ini untuk membuat banyak hal. Mulai membuat perencanaan marketing, esai tulisan, dan lainnya.
OpenAI sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan kecerdasan buatan. Dua produknya yakni DALL-E dan GPT.
DALL-E adalah AI yang bisa menghasilkan gambar atau lukisan dari sepotong kalimat, sementara untuk GPT adalah AI dalam pembuatan teks.
Jawaban-jawaban dari ChatGPT terhadap pertanyaan sulit sendiri sangat luar biasa dan komprehensif. Bahkan sulit dibedakan dengan tulisan manusia biasa. Ini membuat AI menjadi sesuatu yang “mengerikan” di masa depan.
Karena itu, SINDONews mencoba bertanya tentang bahaya AI kepada ChatGPT, dan ini jawabannya:
1. Kehilangan pekerjaan
Saat AI menjadi lebih maju, AI mungkin dapat melakukan banyak tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia, yang berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan secara luas dan gangguan ekonomi.
2. Diskriminasi dan bias
Sistem AI dapat dilatih pada data yang bias, mengarahkan mereka untuk membuat keputusan yang diskriminatif atau tidak adil. Ini dapat menimbulkan konsekuensi serius. Terutama di bidang-bidang seperti peradilan pidana dan perawatan kesehatan.
3. Risiko keamanan
Sistem AI rentan terhadap peretasan dan bentuk serangan dunia maya lainnya, yang berpotensi menyebabkan pelanggaran data, hilangnya informasi sensitif, dan risiko keamanan lainnya.
4. Kehilangan privasi
Sistem AI yang mampu mengumpulkan dan memproses data dalam jumlah besar dapat menimbulkan ancaman terhadap privasi individu, terutama jika data tersebut tidak ditangani secara aman.
5. Senjata otonom
Beberapa ahli khawatir terhadap pengembangan senjata bertenaga AI yang dapat membuat keputusan yang tepat kapan harus menggunakan kekuatan mematikan tanpa campur tangan manusia. Hal ini dapat menyebabkan risiko konflik dan eskalasi lebih besar.
Secara keseluruhan, bahaya AI sangat bergantung pada bagaimana teknologi digunakan dan diatur. Penting bagi peneliti, pengembang, dan pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan potensi risiko secara hati-hati dan mengambil langkah-langkah untukmemitigasinya.
(dan)