4 Tips Mencapai Product-Market Fit Untuk Startup B2B dan B2C

Senin, 23 Mei 2022 - 07:13 WIB
loading...
4 Tips Mencapai Product-Market Fit Untuk Startup B2B dan B2C
Aplikasi belanja online terus berinovasi dengan meluncurkan beragam teknologi. FOTO/ IST
A A A
JAKARTA - Dalam proses membesarkan startup, salah satu tahap yang paling krusial adalah pencapaian Product-Market Fit (PMF). PMF sendiri menggambarkan berbagai upaya perusahaan untuk menyempurnakan produk dan model bisnisnya agar dapat meningkatkan kecocokan terhadap kebutuhan pasar dan retensi pengguna.



Begitu pentingnya peran PMF terhadap keberlangsungan bisnis startup, Profesor Thomas R. Eisenmann dari Harvard Business School mengungkapkan bahwa 90% dari bisnis rintisan berujung pada kegagalan, dan alasan utamanya adalah karena produk/layanan yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Hal ini senada dengan temuan CB Insights, dimana 42% startup gagal karena tidak berhasil menemukan PMF.

OIeh karena itu, pada penyelenggaraan program inkubasi Startup Studio Indonesia (SSI) yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI, tahap PMF menjadi fokus utama. Sebanyak 15 startup early-stage yang terpilih menjadi finalis mengikuti serangkaian pelatihan, termasuk sesi 1-on-1 Coaching dengan para veteran startup Indonesia, seperti Dimas Harry, Co-founder dan CEO Dekoruma, dan Arip Tirta, Co-Founder dan President Evermos.

Dekoruma dan Evermos mewakili dua startup yang berhasil melalui tahap PMF dengan mulus dan berekspansi lebih jauh untuk mengembangkan bisnisnya ke tahap tingkat lanjut. Keduanya pun memberikan tips dan trik tentang hal yang perlu diketahui oleh para pendiri startup tentang cara mencapai PMF, baik bagi B2B maupun B2C:

1. Jangan terlalu bergantung pada marketing dan subsidi

Kebanyakan startup menganggap bahwa angka pertumbuhan – seperti pertumbuhan jumlah pengguna atau transaksi – merupakan satu-satunya indikator pencapaian PMF. Pada awalnya, Dimas pun mengalami hal tersebut. Ia merasa telah mencapai PMF ketika Dekoruma mencatatkan pertumbuhan yang signifikan di berbagai aspek.

Namun, pada tahun 2018, ia mulai melakukan kalkulasi yang lebih mendalam terkait struktur biaya tetap (fixed cost) dan tidak tetap (variable cost), dan menemukan bahwa pendapatan perusahaan terlalu bergantung pada pemasaran dan subsidi.

“Di satu titik, kita harus realistis dan membuat model bisnis lebih berkelanjutan, sehingga tidak boleh terlalu bergantung pada subsidi atau diskon saja. Ketika perusahaan sudah mencapai PMF, rate pertumbuhan bisa saja lebih rendah, namun justru lebih stabil secara jangka panjang. Kita sudah bisa mempertahankan pelanggan lama, dan mendapatkan sebagian pelanggan baru dengan cara yang organik,” jelas Dimas.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2322 seconds (0.1#10.140)