Salah Kaprah Sinar Biru Gadget Berbahaya Bagi Mata, Ini Faktanya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyak yang beranggapan bahwa smartphone dan layar komputer mengeluarkan radiasi blue light atau sinar biru yang berbahaya bagi kesehatan mata. Bahkan ada yang menyebut kalau sinar biru ini bisa menembus lebih dalam ke lapisan kulit dibandingkan sinar UV matahari.
Dengan ketakutan terhadap radiasi tersebut, muncul berbagai produk kacamata kesehatan yang katanya memiliki perlindungan lensa khusus untuk melawan bahaya sinar biru seperti kacamata anti radiasi, blue ray, dan lainnya.
Terlebih masa pandemi Covid-19 ini membuat semua orang terus menatap layar gadget. Mereka pun berlomba-lomba membeli kacamata tersebut agar tak mengalami gangguan mata, seperti miopi, katarak, dan lainnya.
Tetapi faktanya, sinar biru dari perangkat elektronik sama sekali tidak menyebabkan kerusakan mata. "Ini karena sinar biru tersebut merupakan sinar buatan pabrik, berbeda dengan sinar biru dari matahari," kata Dokter Spesialis Mata di Mandaya Hospital Karawang dan RSU Hermina Karawang, dr. Andreas Surya Anugrah, SpM.
Dikatakan juga, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan atas manfaat kacamata anti blue light untuk melindungi mata dari sinar biru perangkat elektronik. Kacamata ini akan efektif jika digunakan untuk melindungi mata dari paparan sinar matahari.
"Bluelight ini tidak menyebabkan kerusakan langsung pada mata, tidak menyebabkan kanker, tidak menyebabkan katarak, tidak menyebabkan kerusakan pusat penglihatan, tidak menyebabkan apa-apa," katanya.
dr. Andreas mengatakan, sinar biru dari perangkat elektronik hanya membuat produksi hormon perangsang tidur atau melatonin menjadi berkurang. Alhasil rasa mengantuk pun juga berkurang dan seseorang akan mengalami kesulitan untuk tidur.
"Bluelight dari screen ini hanya menyebabkan seseorang menjadi alert karena hormon ngantuknya ditekan melatonin. Sekarang ini bahkan mau tidur aja HP dipegang terus, akhirnya seseorang itu jadi tertekan hormon tidurnya, jadi susah tidur. jadi ini membuat seseorang terjaga," ujar dr. Andreas.
Dijelaskan, hormon melatonin ini akan keluar dari tubuh saat sore menjelang malam hari dan akan bertambah banyak seiring berjalannya waktu. Inilah yang membuat seseorang mengalami kantuk, hingga puncaknya pukul 21.00-22.00, mereka tertidur.
Nah, ketika seseorang kesulitan untuk tidur, maka jam waktu istirahat pun menjadi berkurang. Akibatnya, muncul berbagai gangguan kesehatan seperti penyakit jantung, lantaran tak memiliki waktu tidur yang berkualitas.
Karena itu, dr. Andreas menyarankan untuk tidak melihat layar gadget sekitar 1-2 jam sebelum tidur, agar tidak mengalami kesulitan tidur. "Jadi memang disarankan satu jam atau dua jam sebelum tidur, jangan lihat-lihat HP lagi, supaya tidurnya berkualitas, sehingga besok paginya bisa segar," ucap dr. Andres.
dr. Andres kembali menegaskan bahwa sinar biru dari perangkat elektronik tidak menyebabkan kerusakan mata secara langsung, melainkan menyebabkan gangguan siklus tidur dan juga kondisi kelelahan mata.
Sementara salah satu penyebab terjadinya gangguan mata seperti miopi atau rabun jauh adalah aktivitas melihat gadget dengan jarak dekat selama berjam-jam, bukan sinar biru dari gadget.
"Perlu diketahui bahwa melihat dekat dalam waktu yang lama itu sangat melelahkan mata. Jadi, impact-nya hanya itu. Nggak perlu didramatisir ya sampai mengerikan," terang dr. Andreas.
Berbeda dengan sinar biru yang berasal dari sinar matahari, sinar itu memang memiliki panjang gelombang yang sudah terbukti berbahaya bagi mata ataupun kulit.
Sinar inilah yang bisa menyebabkan degenerasi makula dan gangguan mata lainnya hingga risiko kebutaan. Untuk mengantisipasinya, seseorang bisa menggunakan kacamata anti ultraviolet saat beraktivitas di luar ruangan.
Dengan ketakutan terhadap radiasi tersebut, muncul berbagai produk kacamata kesehatan yang katanya memiliki perlindungan lensa khusus untuk melawan bahaya sinar biru seperti kacamata anti radiasi, blue ray, dan lainnya.
Terlebih masa pandemi Covid-19 ini membuat semua orang terus menatap layar gadget. Mereka pun berlomba-lomba membeli kacamata tersebut agar tak mengalami gangguan mata, seperti miopi, katarak, dan lainnya.
Tetapi faktanya, sinar biru dari perangkat elektronik sama sekali tidak menyebabkan kerusakan mata. "Ini karena sinar biru tersebut merupakan sinar buatan pabrik, berbeda dengan sinar biru dari matahari," kata Dokter Spesialis Mata di Mandaya Hospital Karawang dan RSU Hermina Karawang, dr. Andreas Surya Anugrah, SpM.
Dikatakan juga, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan atas manfaat kacamata anti blue light untuk melindungi mata dari sinar biru perangkat elektronik. Kacamata ini akan efektif jika digunakan untuk melindungi mata dari paparan sinar matahari.
"Bluelight ini tidak menyebabkan kerusakan langsung pada mata, tidak menyebabkan kanker, tidak menyebabkan katarak, tidak menyebabkan kerusakan pusat penglihatan, tidak menyebabkan apa-apa," katanya.
dr. Andreas mengatakan, sinar biru dari perangkat elektronik hanya membuat produksi hormon perangsang tidur atau melatonin menjadi berkurang. Alhasil rasa mengantuk pun juga berkurang dan seseorang akan mengalami kesulitan untuk tidur.
"Bluelight dari screen ini hanya menyebabkan seseorang menjadi alert karena hormon ngantuknya ditekan melatonin. Sekarang ini bahkan mau tidur aja HP dipegang terus, akhirnya seseorang itu jadi tertekan hormon tidurnya, jadi susah tidur. jadi ini membuat seseorang terjaga," ujar dr. Andreas.
Dijelaskan, hormon melatonin ini akan keluar dari tubuh saat sore menjelang malam hari dan akan bertambah banyak seiring berjalannya waktu. Inilah yang membuat seseorang mengalami kantuk, hingga puncaknya pukul 21.00-22.00, mereka tertidur.
Nah, ketika seseorang kesulitan untuk tidur, maka jam waktu istirahat pun menjadi berkurang. Akibatnya, muncul berbagai gangguan kesehatan seperti penyakit jantung, lantaran tak memiliki waktu tidur yang berkualitas.
Karena itu, dr. Andreas menyarankan untuk tidak melihat layar gadget sekitar 1-2 jam sebelum tidur, agar tidak mengalami kesulitan tidur. "Jadi memang disarankan satu jam atau dua jam sebelum tidur, jangan lihat-lihat HP lagi, supaya tidurnya berkualitas, sehingga besok paginya bisa segar," ucap dr. Andres.
dr. Andres kembali menegaskan bahwa sinar biru dari perangkat elektronik tidak menyebabkan kerusakan mata secara langsung, melainkan menyebabkan gangguan siklus tidur dan juga kondisi kelelahan mata.
Sementara salah satu penyebab terjadinya gangguan mata seperti miopi atau rabun jauh adalah aktivitas melihat gadget dengan jarak dekat selama berjam-jam, bukan sinar biru dari gadget.
"Perlu diketahui bahwa melihat dekat dalam waktu yang lama itu sangat melelahkan mata. Jadi, impact-nya hanya itu. Nggak perlu didramatisir ya sampai mengerikan," terang dr. Andreas.
Berbeda dengan sinar biru yang berasal dari sinar matahari, sinar itu memang memiliki panjang gelombang yang sudah terbukti berbahaya bagi mata ataupun kulit.
Sinar inilah yang bisa menyebabkan degenerasi makula dan gangguan mata lainnya hingga risiko kebutaan. Untuk mengantisipasinya, seseorang bisa menggunakan kacamata anti ultraviolet saat beraktivitas di luar ruangan.
(ysw)