Hologram dan Avatar Siap Gantikan Fungsi Rapat Virtual
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hologram dan avatar diprediksi segera menggantikan fungsi rapat virtual yang ada saaat ini seperti Zoom, Google Meet dan Microsoft Meeting. Kehadiran hologram dan avatar diyakini karena saat ini pertemuan hibrid semakin dibutuhkan.
Kehadiran fisik seseorang tanpa harus benar-benar datang ke lokasi tertentu diyakini akan terjadi karena kebutuhan akan pentingnya kerja sama di antara para pekerja. Facebook sendiri sudah memulai bersiap-siap dengan meluncurkan teknologi baru, Horizon Workrooms.
Teknologi itu memaksimalkan penggunakan perangkat Virtual Reality (VR). Dimana seluruh pengguna VR akan hadir dalam bentuk avatar di dalam simulasi ruang rapat. Hal ini diyakini oleh Facebook akan menjalin kembali kedekatan hubungan pekerja secara natural.
Baca Juga: Status Komodo Mengkhawatirkan, dari Rentan Jadi Terancam Punah
Facebook bukan satu-satunya perusahaan yang mencoba memberikan alternatif baru dibanding kekakuan rapat virtual yang ada saat ini. Sebuah perusahaan berbasis di Kanada, AHRT Media diketahui telah meluncurkan sistem tampilan 3D yang dapat menempatkan pengguna ke dalam rapat secara virtual. Begitu juga dengan perusahaan Amerika, Spatial, yang telah mengaplikasikan pertemuan bergaya holografik melalui headset Oculus Quest Facebook.
Microsoft sendiri malah sudah mencoba mengenalkan teknologi ruang kerja realitas bertambah atau augmented reality yang dinamakan Microsoft Mesh. Saat ini memang teknooginya masih dalam tahap pengembangan.Konsepnya pengguna Microsoft Mesh akan berada dalam sebuah ruang digital dimana kehadiran mereka akan diwakilkan dalam rendering virtual yang disebut oleh Microsoft sebagai holoportasi.
Futuris teknologi Amerika, Cathy Hackl mengatakan teknologi hologram memang merupakan solusi yang paling ideal untuk menggantikan rapat virtual. Apalagi teknologi hologram menurut dia bukan hal baru mengingat hologram sudah populer sejak awal 2000-an.
Dia sendiri mengaku sudah mencoba Horizon Workrooms dan cukup terkesan dengan cara penggunaannya. Menurutnya Horizon Workrooms memberikan nuansa baru dimana kehadiran fisik benar-benar terasa.
Dia melihat bahwa teknologi ini akan sangat ideal bagi anak-anak muda yang early adopters. Apalagi kalangan itu sudah sangat terbiasa dengan games yang membutuhkan penggunaan VR dan sebagainya.
"Early adopter akan lebih dulu menggunakan dan masuk duluan, setelahnya baru kalangan umum akan mengikuti," jelasnya.
Sementara Christina Wasson, Dosen Antropologi dari University of North Texas mengatakan saat ini memang masih ada batasan-batasan yang membuat avatar dan hologram tidak cepat diterima seperti halnya rapat virtual. Hal itu terjadi karena aset yang dibutuhkan untuk melakukannya terbilang mahal.
Selain itu kehadiran fisik pengguna yang ditampilkan melalui avatar dan hologram diyakini tetap tidak akan mampu menjalin komunikasi yang baik karena tampilan yang dihadirkan masih tetap digital. Ini berbeda dengan rapat virtual seperti Zoom dimana penggunanya masih melihat tampilan pengguna secara natural.
"Rapat virtual seperti Zoom lebih efektif daripada penggunaan avatar dan hologram. Saya merasa tidak ada nilai lebih dari upaya menduplikasi kehadiran fisik melalui avatar dan hologram," jelasnya.
Kehadiran fisik seseorang tanpa harus benar-benar datang ke lokasi tertentu diyakini akan terjadi karena kebutuhan akan pentingnya kerja sama di antara para pekerja. Facebook sendiri sudah memulai bersiap-siap dengan meluncurkan teknologi baru, Horizon Workrooms.
Teknologi itu memaksimalkan penggunakan perangkat Virtual Reality (VR). Dimana seluruh pengguna VR akan hadir dalam bentuk avatar di dalam simulasi ruang rapat. Hal ini diyakini oleh Facebook akan menjalin kembali kedekatan hubungan pekerja secara natural.
Baca Juga: Status Komodo Mengkhawatirkan, dari Rentan Jadi Terancam Punah
Facebook bukan satu-satunya perusahaan yang mencoba memberikan alternatif baru dibanding kekakuan rapat virtual yang ada saat ini. Sebuah perusahaan berbasis di Kanada, AHRT Media diketahui telah meluncurkan sistem tampilan 3D yang dapat menempatkan pengguna ke dalam rapat secara virtual. Begitu juga dengan perusahaan Amerika, Spatial, yang telah mengaplikasikan pertemuan bergaya holografik melalui headset Oculus Quest Facebook.
Microsoft sendiri malah sudah mencoba mengenalkan teknologi ruang kerja realitas bertambah atau augmented reality yang dinamakan Microsoft Mesh. Saat ini memang teknooginya masih dalam tahap pengembangan.Konsepnya pengguna Microsoft Mesh akan berada dalam sebuah ruang digital dimana kehadiran mereka akan diwakilkan dalam rendering virtual yang disebut oleh Microsoft sebagai holoportasi.
Futuris teknologi Amerika, Cathy Hackl mengatakan teknologi hologram memang merupakan solusi yang paling ideal untuk menggantikan rapat virtual. Apalagi teknologi hologram menurut dia bukan hal baru mengingat hologram sudah populer sejak awal 2000-an.
Dia sendiri mengaku sudah mencoba Horizon Workrooms dan cukup terkesan dengan cara penggunaannya. Menurutnya Horizon Workrooms memberikan nuansa baru dimana kehadiran fisik benar-benar terasa.
Dia melihat bahwa teknologi ini akan sangat ideal bagi anak-anak muda yang early adopters. Apalagi kalangan itu sudah sangat terbiasa dengan games yang membutuhkan penggunaan VR dan sebagainya.
"Early adopter akan lebih dulu menggunakan dan masuk duluan, setelahnya baru kalangan umum akan mengikuti," jelasnya.
Sementara Christina Wasson, Dosen Antropologi dari University of North Texas mengatakan saat ini memang masih ada batasan-batasan yang membuat avatar dan hologram tidak cepat diterima seperti halnya rapat virtual. Hal itu terjadi karena aset yang dibutuhkan untuk melakukannya terbilang mahal.
Selain itu kehadiran fisik pengguna yang ditampilkan melalui avatar dan hologram diyakini tetap tidak akan mampu menjalin komunikasi yang baik karena tampilan yang dihadirkan masih tetap digital. Ini berbeda dengan rapat virtual seperti Zoom dimana penggunanya masih melihat tampilan pengguna secara natural.
"Rapat virtual seperti Zoom lebih efektif daripada penggunaan avatar dan hologram. Saya merasa tidak ada nilai lebih dari upaya menduplikasi kehadiran fisik melalui avatar dan hologram," jelasnya.
(wsb)