Kelompok Milenial Ajak Anak Muda Melek Literasi Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Koordinator Penggerak Milenial Indonesia (PMI), M. Adhiya Muzakki mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk melek digital di era disrupsi informasi.
Menurut Adhiya, tingkat literasi digital masyarakat Indonesia masih kurang dan sangat minim. Hal tersebut mengacu kepada data survei indeks literasi digital nasional yang dilakukan oleh Katadata Insight Center dan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2020. Dalam survey itu, kata Adhiya menyebutkan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada level sedang.
“Kami menilai, hal yang paling urgen untuk didorong peningkatannya adalah kemampuan berpikir kritis tentang media dan data,” ujar Adhiya dalam webinar serial diskusi Bicara Serius (BIUS) seri empat yang digelar PMI bertajuk “Melek Digital Ala Milenial: Cerdas Bermedia Sosial Melalui Literasi Digital”, pada Selasa (29/6).
Minimnya tingkat digital literasi juga disampaikan oleh anggota Komisi I DPR RI, Bobby Adhityo Rizaldi. Dalam pemaparannya, Bobby menyebutkan bahwa indeks literasi digital belum mencapai skor baik (4.00), baru sedikit di atas sedang (3.00).
Oleh karena itu, Bobby menambahkan, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pemerintah bersiap meluncurkan program Literasi Digital Nasional (Siberkreasi) dengan mengusung tema ‘Indonesia Makin Cakap Digital 2021’.
“Tahun 2021 ini direncanakan akan diadakan 20 ribu program pelatihan berdasar modul dan kurikulum yang menyasar empat pilar literasi digital yaitu etika, keterampilan, digital budaya serta keamanan,” paparnya.
Senada dengan Bobby, Chairman and Founder Media Wave, Yose Rizal setuju dengan media sosial agar masuk ke dalam kurikulum pembelajaran. Alasannya adalah agar media sosial dan realita sejalan.
“Bagaimana mereka bisa tumbuh dengan baik jika di berikan hoax, mencaci maki presidennya. Bagaimana anak-anak kita bisa tumbuh dengan baik,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto memberikan tips langkah-langkah untuk melek literasi digital. Pertama, kata Gun Gun adalah mendaftar dan menganalisis isu-isu kontemporer melalui teknik CFR (Conclusion, Finding, Recommendation). Kedua, membuat peer group untuk sharing dan melakukan aksi literasi bersama. Ketiga, mempublikasikan narasi sehat dan kontra narasi dari hoax. Keempat, melakukan advokasi.
“PMI ini sebagai peer group, mempublikasikan narasi dan mengkontrol narasi, yang terlahir melakukan advokasi. Peran kita itu menjadi peran elaboratif. Sebab bangsa ini terlalu besar untuk di kerjakan satu kelompok, membutuhkan banyak kelompok,” tegasnya.
Sedangkan CEO Komunikonten and Global Influencer School, Hariqo Satria Wibawa mengajak kepada seluruh anak muda agar sama-sama merawat dan menjaga persatuan dan kesatuan NKRI melalui media digital.
Dalam menggunakan media digital, Hariqo meminta masyarakat agar memahami etika media sosial. Bermedia sosial, kata Hariqo harus bisa dijadikan solusi. Motivasinya bukan hanya duit semata, tetapi untuk menyelesaikan masalah. Yang paling penting menurut Hariqo adalah memberdayakan profesi-profesi, seperti akademisi harus aktif di media sosial untuk memberikan pendapatnya.
“PMI harus menjadi motivasi penggerak bagi anak bangsa. Kita dalam gerakan digital ini internet perlu, ngumpul juga perlu,” pesannya.
Menurut Adhiya, tingkat literasi digital masyarakat Indonesia masih kurang dan sangat minim. Hal tersebut mengacu kepada data survei indeks literasi digital nasional yang dilakukan oleh Katadata Insight Center dan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2020. Dalam survey itu, kata Adhiya menyebutkan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada level sedang.
“Kami menilai, hal yang paling urgen untuk didorong peningkatannya adalah kemampuan berpikir kritis tentang media dan data,” ujar Adhiya dalam webinar serial diskusi Bicara Serius (BIUS) seri empat yang digelar PMI bertajuk “Melek Digital Ala Milenial: Cerdas Bermedia Sosial Melalui Literasi Digital”, pada Selasa (29/6).
Minimnya tingkat digital literasi juga disampaikan oleh anggota Komisi I DPR RI, Bobby Adhityo Rizaldi. Dalam pemaparannya, Bobby menyebutkan bahwa indeks literasi digital belum mencapai skor baik (4.00), baru sedikit di atas sedang (3.00).
Oleh karena itu, Bobby menambahkan, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pemerintah bersiap meluncurkan program Literasi Digital Nasional (Siberkreasi) dengan mengusung tema ‘Indonesia Makin Cakap Digital 2021’.
“Tahun 2021 ini direncanakan akan diadakan 20 ribu program pelatihan berdasar modul dan kurikulum yang menyasar empat pilar literasi digital yaitu etika, keterampilan, digital budaya serta keamanan,” paparnya.
Senada dengan Bobby, Chairman and Founder Media Wave, Yose Rizal setuju dengan media sosial agar masuk ke dalam kurikulum pembelajaran. Alasannya adalah agar media sosial dan realita sejalan.
“Bagaimana mereka bisa tumbuh dengan baik jika di berikan hoax, mencaci maki presidennya. Bagaimana anak-anak kita bisa tumbuh dengan baik,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto memberikan tips langkah-langkah untuk melek literasi digital. Pertama, kata Gun Gun adalah mendaftar dan menganalisis isu-isu kontemporer melalui teknik CFR (Conclusion, Finding, Recommendation). Kedua, membuat peer group untuk sharing dan melakukan aksi literasi bersama. Ketiga, mempublikasikan narasi sehat dan kontra narasi dari hoax. Keempat, melakukan advokasi.
“PMI ini sebagai peer group, mempublikasikan narasi dan mengkontrol narasi, yang terlahir melakukan advokasi. Peran kita itu menjadi peran elaboratif. Sebab bangsa ini terlalu besar untuk di kerjakan satu kelompok, membutuhkan banyak kelompok,” tegasnya.
Sedangkan CEO Komunikonten and Global Influencer School, Hariqo Satria Wibawa mengajak kepada seluruh anak muda agar sama-sama merawat dan menjaga persatuan dan kesatuan NKRI melalui media digital.
Dalam menggunakan media digital, Hariqo meminta masyarakat agar memahami etika media sosial. Bermedia sosial, kata Hariqo harus bisa dijadikan solusi. Motivasinya bukan hanya duit semata, tetapi untuk menyelesaikan masalah. Yang paling penting menurut Hariqo adalah memberdayakan profesi-profesi, seperti akademisi harus aktif di media sosial untuk memberikan pendapatnya.
“PMI harus menjadi motivasi penggerak bagi anak bangsa. Kita dalam gerakan digital ini internet perlu, ngumpul juga perlu,” pesannya.
(wbs)