Cari Solusi Tata Kelola Internet, PANDI Ambil Bagian di SEA-IGF

Sabtu, 19 Juni 2021 - 09:01 WIB
loading...
Cari Solusi Tata Kelola...
Southeast Asia – Internet Governance Forum (SEA-IGF) yang akan berlangsung secara hybrid pada tanggal 11-12 Agustus 2021 di Bali. FOTO/ IST
A A A
JAKARTA - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) ikut ambil bagian dalam acara Southeast Asia – Internet Governance Forum (SEA-IGF) yang akan berlangsung secara hybrid pada tanggal 11-12 Agustus 2021 di Bali.

SEA-IGF merupakan sebuah forum regional kawasan Asia Tenggara dari berbagai pemangku kepentingan yang menggunakan pendekatan multistakeholder untuk membahas isu yang berkembang sekaligus mencari solusi atas tata kelola internet di negara masing-masing.

SEA-IGF kali ini mengambil tema “Transformasi Digital di Asia Tenggara”. Terdapat tiga sub-tema yang diusung oleh SEA-IGF, yaitu Infrastruktur TIK dan Keamanan Siber, Hak dan Masyarakat Digital, dan Orang Muda dan Pengembangan Inovasi.


Menurut Ketua PANDI, Yudho Giri Sucahyo, pertumbuhan penggunaan teknologi internet di Indonesia, telah melahirkan banyak tantangan di era globalisasi dan modernisasi. Untuk merespon hal itu, muncul inisiatif untuk mempertahankan nilai-nilai budaya lokal seperti Aksara Nusantara agar masyarakat sadar akan besarnya peninggalan budaya yang diwariskan leluhur. Aksara Nusantara dirasa perlu dinamis mengikuti perkembangan jaman agar dapat dilestarikan dan bisa digunakan di platform digital.

“Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) merupakan sebuah program yang digagas PANDI untuk memperkenalkan Aksara-aksara nusantara ke dunia Internasional. Hingga saat ini sudah ada Aksara yang telah didigitisasi agar dapat ditampilkan pada platform digital seperti PC, Handphone dan perangkat lainnya, yaitu Bali, Batak, Bugis, Jawa, Makasar, Rejang, dan Sunda,” terang Yudho.

Atas dasar itulah, PANDI mengambil Tema “Back to the Future: Indigenous Languages and Characters in the Industry 4.0 era” yang akan diangkat di SEA-IGF untuk memberikan bukti keberadaan kebudayaan tutur dan tulis yang berkembang di Indonesia pada masa lalu. Menurut Yudho, sosialisasi mengenai Aksara Nusantara harus digaungkan kembali agar masyarakat khususnya yang berada di luar komunitas Aksara bisa mengetahui sejarah Aksara di Nusantara.

“Tema tersebut menyoroti tentang Aksara Nusantara serta peluangnya bisa ikut berperan pada revolusi di era industri 4.0. Ini menjadi sangat penting terutama selama pandemi saat ini di mana hampir setiap aktivitas fisik telah bergeser ke ruang virtual. Memastikan akses teknologi yang merata melalui era industri saat ini, salah satu pilar pentingnya dengan menggali Aksara Nusantara dan karakteristik yang merupakan harta karun bangsa, untuk ditetapkan sebagai Bahasa telekomunikasi lainnya yang bisa menjadi standar di Negara maupun secara Internasional,” terang Yudho.

Di era digital, keamanan data merupakan isu paling krusial. Setiap negara berlomba membuat proteksi yang kokoh untuk melindungi data data mereka. Bagaimanapun, untuk masa kini dan mendatang, kehidupan masyarakat di semua negara tidak akan lepas dari peranan alat digital. Setiap detik masyarakat menyuplai cerita ke berbagai server, menjadikannya sebuah big data dan para pakar dapat menganalisis itu untuk berbagai tujuan. Di bidang pemerintahan, istilah-istilah seperti e government dan smart city telah lama kita gaungkan. Bahkan rekapitulasi Pemilu pun tidak lagi menggunakan cara-cara manual dan ini memerlukan pengamanan ekstra.

“Bukan suatu kemustahilan jika kita membuat revolusi berupa metode pengamanan sandi dan enkripsi menggunakan bahasa dan aksara asli Indonesia . Generasi penerus dapat terus mengembangkannya, sehingga suatu saat negara kita bisa mencapai kedaulatan digital,” pungkas Yudho.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2464 seconds (0.1#10.140)