Dua Solusi Ini Kunci Perusahaan Berhasil Jalankan Transformasi Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Schneider Electric menegaskan komitmennya mendukung sektor industri di Indonesia dalam percepatan pemulihan bisnis pascapandemik. Percepatan itu dilakukan melalui solusi pengelolaan kinerja aset digital dan solusi industrial edge untuk pengelolaan data yang terintegrasi, andal, efisien dan berkelanjutan.
Schneider juga mengingatkan sektor industri, pentingnya integrasi antara teknologi operasional (OT) dan teknologi informasi (IT) untuk mengoptimalkan transformasi digitalnya.
Hal tersebut diungkapkan pada acara media virtual bertajuk “Optimalisasi Asset Digital untuk Percepatan Pemulihan Bisnis Pasca Pandemi” yang menghadirkan sejumlah pembicara. Antara lain, Bambang Riznanto, Fungsional Analis Kebijakan Ahli Madya Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Jasa Industri Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian Republik Indonesia; Wilbertus Darmadi, Chief Information Officer Toyota Astra Motor; Ronny Siswanto, Head of IT Enterprise Sales Schneider Electric Indonesia; dan Fadli Hamsani, Country Digital Transformation Schneider Electric Indonesia, Rabu (24/3/2021).
Pandemik telah mendorong dilakukannya transformasi ekonomi, di mana peran teknologi digital menjadi sangat penting di samping upaya percepatan perizinan, penyederhanaan birokrasi serta reformasi regulasi.
Bambang Riznanto, Fungsional Analis Kebijakan Ahli Madya Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Jasa Industri Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Kementerian Perindustrian, mengatakan, masa pandemik menjadi titik balik bagi sektor industri untuk mengambil langkah berani dalam pengadopsian teknologi digital. Ini demi memastikan keberlangsungan dan keberlanjutan operasional menghadapi berbagai kondisi.
"Hal yang harus diingat pelaku industri adalah teknologi yang telah diimplementasikan ini harus dikelola dan dirawat dengan baik, agar biaya investasi yang telah dikeluarkan menghasilkan Return of Investment yang maksimal untuk produktivitas dan profitabilitas perusahaan,” katanya.
Dikatakannya, pemanfaatan teknologi digital mendukung sektor industri dalam pengambilan keputusan yang cepat, akurat dan berwawasan berdasarkan data real-time. Hal itu akan meningkatkan efisiensi dan kinerja melalui pengelolaan risiko bisnis dan operasional yang efektif.
"Strategi pengelolaan aset digital menjadi faktor krusial untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja asset; melakukan tindakan preventif sebelum terjadi kegagalan operasional melalui kemampuan analisis prediktif; meningkatkan keamanan dan keselamatan staf dan asset; serta meningkatkan efisiensi biaya perbaikan atau penggantian asset akibat kerusakan secara tiba-tiba," paparnya.
Terdapat empat faktor yang harus dipenuhi dalam strategi pengelolaan aset digital. Yaitu, memastikan ketersediaan (availability) infrastruktur edge dalam kegiatan operasional secara real time dan transparan, memiliki sistem backup and recovery plan yang terintegrasi, memastikan adanya perlindungan sistem dan peralatan listrik yang baik untuk menjaga performa aset, dan memiliki sistem
keamanan fisik dan edge yang terbaik.
“Schneider Electric bekerja sama dengan AVEVA menyediakan solusi Asset Strategy Optimization yang membantu sektor industri dalam meningkatkan kinerja aset. Perangkat lunak tersebut menghasilkan strategi pengelolaan dan pemeliharaan aset digital yang dioptimalkan disesuaikan strategi dan tujuan bisnis perusahaan.
"Solusi Asset Strategy Optimization telah terbukti dapat menekan capex hingga 30%, mengurangi biaya pemeliharaan dan pengawasan hingga 50%, dan biaya suku cadang hingga 25%, serta meningkatkan kinerja aset hingga 15%,” kata Fadli Hamsani, Country Digital Transformation Schneider Electric Indonesia.
Dalam hal pemanfaatan Internet of Things (IoT) di sektor industri, berbanding lurus dengan pertumbuhan transformasi digital industri. IDC memprediksi pengeluaran perusahaan dalam Internet of Things (IoT) secara global akan mencapai tingkat pertumbuhan dua digit pada tahun 2021 di mana para pelaku bisnis memetakan perjalanan transformasi digitalnya menuju pemulihan bisnis.
Semakin canggih teknologi berbasis IIoT seperti robotics, dan Artificial Intelligence menimbulkan tantangan baru dalam mencari solusi terbaik untuk pemrosesan dan penyimpanan data IIoT dalam jumlah besar yang dapat mengurangi latensi. Serta meningkatkan kemampuan perusahaan dalam merespons kompleksitas operasional secara cepat dan fleksibel. Di sinilah peran edge computing.
Semetara itu, Ronny Siswanto, Head of IT Enterprise Sales Schneider Electric Indonesia, mengutarakan, di era edge computing, edge data center memiliki peranan sangat penting dalam lingkungan kegiatan operasional yang berbasis perangkat IoT. Di mana tuntutan akan koneksi jarak jauh yang lebih cepat antara data center atau cloud dengan perangkat kerja jarak jauh dan kolaborasi lintas batas semakin tinggi.
"Hal ini berarti orang dan bisnis semakin bergantung pada data center dalam pengelolaan data di lingkungan operasionalnya. Untuk membangun edge data center yang andal dan berkelanjutan dibutuhkan standarisasi dan integrasi, peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, teknologi yang mumpuni, pengawasan dan tata kelola data center yang terencana, dan sistem keamanan yang disesuaikan dengan kebutuhan,” paparnya.
Adapun dalam rangka mendukung pengelolaan data di edge, Schneider Electric memiliki tiga solusi edge data center yang akan menjawab tantangan akan keterbatasan sumber daya manusia, keamanan, efisiensi dan sustainability, yaitu EcoStruxure Micro Data Center, EcoStruxure IT Expert dan Monitoring & Dispatch Services.
Di kesempatan yang sama, Wilbertus Darmadi, Chief Information Officer Toyota Astra Motor, menyampaikan, Toyota Astra Motor telah memulai transformasi digital sejak beberapa tahun lalu. Ini dalam rangka mendukung strategi jangka panjang perusahaan untuk menjadi mobility company yang tidak hanya berfokus pada produk, namun juga layanan yang akan memudahkan konsumen melakukan mobilitas kesehariannya.
Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan infrastruktur dan jaringan back-end yang andal, terintegrasi, efisien, sustainable dan dapat diskalakan. "Salah satu yang menjadi fokus kami adalah pengelolaan data center dan kami mempercayakannya kepada solusi data center dari Schneider Electric,” ujarnya.
Dia mengakui, transformasi digital dibutuhkan untuk keberlanjutan bisnis. Pandemik telah mendorong transformasi digital yang lebih cepat dan memaksa perusahaan untuk mengubah dan mencari cara baru dalam menjalankan bisnis dan berinteraksi dengan konsumennya.
"Pimpinan perusahaan harus segera memulai dan memastikan kesuksesan dari transformasi digital tersebut. Infrastruktur back-end dan strategi pengelolaannya merupakan pondasi penting dalam kesuksesan transformasi digital,” pungkas Darmadi.
Schneider juga mengingatkan sektor industri, pentingnya integrasi antara teknologi operasional (OT) dan teknologi informasi (IT) untuk mengoptimalkan transformasi digitalnya.
Hal tersebut diungkapkan pada acara media virtual bertajuk “Optimalisasi Asset Digital untuk Percepatan Pemulihan Bisnis Pasca Pandemi” yang menghadirkan sejumlah pembicara. Antara lain, Bambang Riznanto, Fungsional Analis Kebijakan Ahli Madya Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Jasa Industri Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian Republik Indonesia; Wilbertus Darmadi, Chief Information Officer Toyota Astra Motor; Ronny Siswanto, Head of IT Enterprise Sales Schneider Electric Indonesia; dan Fadli Hamsani, Country Digital Transformation Schneider Electric Indonesia, Rabu (24/3/2021).
Pandemik telah mendorong dilakukannya transformasi ekonomi, di mana peran teknologi digital menjadi sangat penting di samping upaya percepatan perizinan, penyederhanaan birokrasi serta reformasi regulasi.
Bambang Riznanto, Fungsional Analis Kebijakan Ahli Madya Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Jasa Industri Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Kementerian Perindustrian, mengatakan, masa pandemik menjadi titik balik bagi sektor industri untuk mengambil langkah berani dalam pengadopsian teknologi digital. Ini demi memastikan keberlangsungan dan keberlanjutan operasional menghadapi berbagai kondisi.
"Hal yang harus diingat pelaku industri adalah teknologi yang telah diimplementasikan ini harus dikelola dan dirawat dengan baik, agar biaya investasi yang telah dikeluarkan menghasilkan Return of Investment yang maksimal untuk produktivitas dan profitabilitas perusahaan,” katanya.
Dikatakannya, pemanfaatan teknologi digital mendukung sektor industri dalam pengambilan keputusan yang cepat, akurat dan berwawasan berdasarkan data real-time. Hal itu akan meningkatkan efisiensi dan kinerja melalui pengelolaan risiko bisnis dan operasional yang efektif.
"Strategi pengelolaan aset digital menjadi faktor krusial untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja asset; melakukan tindakan preventif sebelum terjadi kegagalan operasional melalui kemampuan analisis prediktif; meningkatkan keamanan dan keselamatan staf dan asset; serta meningkatkan efisiensi biaya perbaikan atau penggantian asset akibat kerusakan secara tiba-tiba," paparnya.
Terdapat empat faktor yang harus dipenuhi dalam strategi pengelolaan aset digital. Yaitu, memastikan ketersediaan (availability) infrastruktur edge dalam kegiatan operasional secara real time dan transparan, memiliki sistem backup and recovery plan yang terintegrasi, memastikan adanya perlindungan sistem dan peralatan listrik yang baik untuk menjaga performa aset, dan memiliki sistem
keamanan fisik dan edge yang terbaik.
“Schneider Electric bekerja sama dengan AVEVA menyediakan solusi Asset Strategy Optimization yang membantu sektor industri dalam meningkatkan kinerja aset. Perangkat lunak tersebut menghasilkan strategi pengelolaan dan pemeliharaan aset digital yang dioptimalkan disesuaikan strategi dan tujuan bisnis perusahaan.
"Solusi Asset Strategy Optimization telah terbukti dapat menekan capex hingga 30%, mengurangi biaya pemeliharaan dan pengawasan hingga 50%, dan biaya suku cadang hingga 25%, serta meningkatkan kinerja aset hingga 15%,” kata Fadli Hamsani, Country Digital Transformation Schneider Electric Indonesia.
Dalam hal pemanfaatan Internet of Things (IoT) di sektor industri, berbanding lurus dengan pertumbuhan transformasi digital industri. IDC memprediksi pengeluaran perusahaan dalam Internet of Things (IoT) secara global akan mencapai tingkat pertumbuhan dua digit pada tahun 2021 di mana para pelaku bisnis memetakan perjalanan transformasi digitalnya menuju pemulihan bisnis.
Semakin canggih teknologi berbasis IIoT seperti robotics, dan Artificial Intelligence menimbulkan tantangan baru dalam mencari solusi terbaik untuk pemrosesan dan penyimpanan data IIoT dalam jumlah besar yang dapat mengurangi latensi. Serta meningkatkan kemampuan perusahaan dalam merespons kompleksitas operasional secara cepat dan fleksibel. Di sinilah peran edge computing.
Semetara itu, Ronny Siswanto, Head of IT Enterprise Sales Schneider Electric Indonesia, mengutarakan, di era edge computing, edge data center memiliki peranan sangat penting dalam lingkungan kegiatan operasional yang berbasis perangkat IoT. Di mana tuntutan akan koneksi jarak jauh yang lebih cepat antara data center atau cloud dengan perangkat kerja jarak jauh dan kolaborasi lintas batas semakin tinggi.
"Hal ini berarti orang dan bisnis semakin bergantung pada data center dalam pengelolaan data di lingkungan operasionalnya. Untuk membangun edge data center yang andal dan berkelanjutan dibutuhkan standarisasi dan integrasi, peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, teknologi yang mumpuni, pengawasan dan tata kelola data center yang terencana, dan sistem keamanan yang disesuaikan dengan kebutuhan,” paparnya.
Adapun dalam rangka mendukung pengelolaan data di edge, Schneider Electric memiliki tiga solusi edge data center yang akan menjawab tantangan akan keterbatasan sumber daya manusia, keamanan, efisiensi dan sustainability, yaitu EcoStruxure Micro Data Center, EcoStruxure IT Expert dan Monitoring & Dispatch Services.
Di kesempatan yang sama, Wilbertus Darmadi, Chief Information Officer Toyota Astra Motor, menyampaikan, Toyota Astra Motor telah memulai transformasi digital sejak beberapa tahun lalu. Ini dalam rangka mendukung strategi jangka panjang perusahaan untuk menjadi mobility company yang tidak hanya berfokus pada produk, namun juga layanan yang akan memudahkan konsumen melakukan mobilitas kesehariannya.
Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan infrastruktur dan jaringan back-end yang andal, terintegrasi, efisien, sustainable dan dapat diskalakan. "Salah satu yang menjadi fokus kami adalah pengelolaan data center dan kami mempercayakannya kepada solusi data center dari Schneider Electric,” ujarnya.
Dia mengakui, transformasi digital dibutuhkan untuk keberlanjutan bisnis. Pandemik telah mendorong transformasi digital yang lebih cepat dan memaksa perusahaan untuk mengubah dan mencari cara baru dalam menjalankan bisnis dan berinteraksi dengan konsumennya.
"Pimpinan perusahaan harus segera memulai dan memastikan kesuksesan dari transformasi digital tersebut. Infrastruktur back-end dan strategi pengelolaannya merupakan pondasi penting dalam kesuksesan transformasi digital,” pungkas Darmadi.
(iqb)