Facebook dan CSIS Amati Pola Pergerakan Orang saat PSBB, Ini Kesimpulannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Facebook dan Center for Strategic and International Studies (CSIS) bekerja sama menggunakan disease prevention map (peta pencegahan penyakit) untuk mendapatkan pola penyebaran dan data mengenai pandemik COVID-19 . (Baca juga: BPS: Sebagian Besar Masyarakat Jalankan Kebijakan Pemerintah Atasi COVID-19 )
Manager Kampanye Kebijakan Facebook Indonesia, Noudhy Valdryno, mengatakan, peta pencegahan penyakit tersebut dibangun dari program Data for Good milik Facebook. "Sebagai bagian dari program Data for Good Facebook, kami menyediakan peta pergerakan populasi yang telah digunakan oleh para peneliti dan organisasi nirlaba untuk memahami penyebaran COVID-19," kata Noudhy dalam Facebook Live, Selasa (19/5/2020).
Data for Good sendiri menggunakan berbagai alat teknis untuk membantu para mitra Facebook mengakses. Serta menggunakan data untuk respons bencana, kesehatan, konektivitas, akses energi, dan pertumbuhan ekonomi.
Walaupun menggunakan data, Facebook menegaskan tetap menjaga privasi pengguna. Caranya dengan menggunakan data agregat guna tetap melindungi privasi setiap pengguna.
"Data peta pencegahan ini dikumpulkan dari pengguna Facebook yang sudah opt-in ke fitur location history. Tidak semua pengguna Facebook, cukup kluster atau diagregrasi supaya data itu tetap akurat. Kami juga sangat menjaga ketat data-data tersebut," tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama peneliti CSIS, Edbert Gani, mengungkapkan, CSIS fokus pada pergerakan masyarakat selama masa pandemik COVID-19. Data dari pihak Facebook disebut sangat berguna untuk memonitor pergerakan tersebut.
Analisis CSIS itu menunjukkan jumlah pengguna Facebook yang tidak melakukan perjalanan mengalami peningkatan, dari 80% (24 juta orang) menjadi 83% (25 juta orang). Lonjakan ini terlihat pada 24 April, ketika mobilitas antardaerah mulai diperketat.
Kelompok kedua menunjukkan rata-rata sekitar 3 juta orang melakukan perjalanan di dalam berbagai wilayah
di Indonesia. Pada masa observasi, angka tersebut mengalami peningkatan menjadi 3,3 juta orang. Meski demikian, jarak tempuhnya sangat rendah, di bawah 100 meter.
Jumlah orang yang melakukan perjalanan antarwilayah mengalami penurunan, dari rata-rata 2,8 juta orang per hari menjadi 1,8 juta orang per hari. Jarak tempuh antarwilayah juga ikut menurun, dari rata-rata 41 km menjadi 26,6 km.
Pergerakan masyarakat yang melakukan mudik atau pulang kampung juga bisa dilihat dari data Facebook ini. Namun, CSIS saat ini masih mengujinya.
"Tapi kalau kita lihat trennya, pergerakan antarwilayah itu rendah. Namun, itu belum ada konteks kita mengevaluasi kebijakan pemerintah yang merelaksasi imbauan mudik," pungkasnya.
Manager Kampanye Kebijakan Facebook Indonesia, Noudhy Valdryno, mengatakan, peta pencegahan penyakit tersebut dibangun dari program Data for Good milik Facebook. "Sebagai bagian dari program Data for Good Facebook, kami menyediakan peta pergerakan populasi yang telah digunakan oleh para peneliti dan organisasi nirlaba untuk memahami penyebaran COVID-19," kata Noudhy dalam Facebook Live, Selasa (19/5/2020).
Data for Good sendiri menggunakan berbagai alat teknis untuk membantu para mitra Facebook mengakses. Serta menggunakan data untuk respons bencana, kesehatan, konektivitas, akses energi, dan pertumbuhan ekonomi.
Walaupun menggunakan data, Facebook menegaskan tetap menjaga privasi pengguna. Caranya dengan menggunakan data agregat guna tetap melindungi privasi setiap pengguna.
"Data peta pencegahan ini dikumpulkan dari pengguna Facebook yang sudah opt-in ke fitur location history. Tidak semua pengguna Facebook, cukup kluster atau diagregrasi supaya data itu tetap akurat. Kami juga sangat menjaga ketat data-data tersebut," tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama peneliti CSIS, Edbert Gani, mengungkapkan, CSIS fokus pada pergerakan masyarakat selama masa pandemik COVID-19. Data dari pihak Facebook disebut sangat berguna untuk memonitor pergerakan tersebut.
Analisis CSIS itu menunjukkan jumlah pengguna Facebook yang tidak melakukan perjalanan mengalami peningkatan, dari 80% (24 juta orang) menjadi 83% (25 juta orang). Lonjakan ini terlihat pada 24 April, ketika mobilitas antardaerah mulai diperketat.
Kelompok kedua menunjukkan rata-rata sekitar 3 juta orang melakukan perjalanan di dalam berbagai wilayah
di Indonesia. Pada masa observasi, angka tersebut mengalami peningkatan menjadi 3,3 juta orang. Meski demikian, jarak tempuhnya sangat rendah, di bawah 100 meter.
Jumlah orang yang melakukan perjalanan antarwilayah mengalami penurunan, dari rata-rata 2,8 juta orang per hari menjadi 1,8 juta orang per hari. Jarak tempuh antarwilayah juga ikut menurun, dari rata-rata 41 km menjadi 26,6 km.
Pergerakan masyarakat yang melakukan mudik atau pulang kampung juga bisa dilihat dari data Facebook ini. Namun, CSIS saat ini masih mengujinya.
"Tapi kalau kita lihat trennya, pergerakan antarwilayah itu rendah. Namun, itu belum ada konteks kita mengevaluasi kebijakan pemerintah yang merelaksasi imbauan mudik," pungkasnya.
(iqb)