Al-Qaeda dan ISIS Dituding Gunakan AI untuk Cuci Otak
loading...
A
A
A
NEW YORK - Teknologi kecerdasan buatan Chatbots telah digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk pemasaran, layanan pelanggan, dan hiburan. Namun, chatbots juga telah digunakan untuk tujuan yang lebih berbahaya, seperti merekrut orang untuk bergabung dengan sel-sel teroris.
Seperti dilansir dari Daily Start, pada tahun 2018, sebuah studi oleh Universitas Stanford menemukan bahwa chatbots dapat digunakan untuk merekrut orang untuk bergabung dengan Al-Qaeda dan ISIS.
Studi tersebut menemukan bahwa chatbots dapat digunakan untuk membentuk hubungan dengan orang-orang yang rentan terhadap rekrutmen teroris, dan untuk menanamkan ide-ide radikal di benak mereka.
Studi tersebut juga menemukan bahwa chatbots dapat digunakan untuk menyebarkan propaganda teroris dan untuk mengorganisir serangan.
Pada tahun 2019, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan tentang meningkatnya penggunaan chatbots oleh kelompok-kelompok teroris. Peringatan tersebut memperingatkan bahwa chatbots dapat digunakan untuk merekrut orang, menyebarkan propaganda, dan mengorganisir serangan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari upaya rekrutmen chatbot. Salah satu cara adalah untuk berhati-hati tentang siapa yang Anda ajak bicara secara online. Jika Anda menerima pesan dari seseorang yang Anda tidak kenal, berhati-hatilah terhadap apa yang mereka katakan.
Cara lain untuk melindungi diri adalah untuk memblokir chatbots yang mencurigakan. Ada beberapa alat yang tersedia yang dapat membantu Anda memblokir chatbots.
Jika Anda merasa bahwa Anda telah menjadi sasaran upaya rekrutmen chatbot, penting untuk melaporkannya kepada pihak berwenang. Anda juga dapat menghubungi organisasi yang membantu orang-orang yang rentan terhadap radikalisasi.
Lihat Juga: Pelajaran Coding dan AI, Mendikdasmen: Tidak Diajarkan Mulai Kelas 1 SD, Bukan Mapel Wajib
Seperti dilansir dari Daily Start, pada tahun 2018, sebuah studi oleh Universitas Stanford menemukan bahwa chatbots dapat digunakan untuk merekrut orang untuk bergabung dengan Al-Qaeda dan ISIS.
Studi tersebut menemukan bahwa chatbots dapat digunakan untuk membentuk hubungan dengan orang-orang yang rentan terhadap rekrutmen teroris, dan untuk menanamkan ide-ide radikal di benak mereka.
Studi tersebut juga menemukan bahwa chatbots dapat digunakan untuk menyebarkan propaganda teroris dan untuk mengorganisir serangan.
Pada tahun 2019, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan tentang meningkatnya penggunaan chatbots oleh kelompok-kelompok teroris. Peringatan tersebut memperingatkan bahwa chatbots dapat digunakan untuk merekrut orang, menyebarkan propaganda, dan mengorganisir serangan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari upaya rekrutmen chatbot. Salah satu cara adalah untuk berhati-hati tentang siapa yang Anda ajak bicara secara online. Jika Anda menerima pesan dari seseorang yang Anda tidak kenal, berhati-hatilah terhadap apa yang mereka katakan.
Cara lain untuk melindungi diri adalah untuk memblokir chatbots yang mencurigakan. Ada beberapa alat yang tersedia yang dapat membantu Anda memblokir chatbots.
Jika Anda merasa bahwa Anda telah menjadi sasaran upaya rekrutmen chatbot, penting untuk melaporkannya kepada pihak berwenang. Anda juga dapat menghubungi organisasi yang membantu orang-orang yang rentan terhadap radikalisasi.
Lihat Juga: Pelajaran Coding dan AI, Mendikdasmen: Tidak Diajarkan Mulai Kelas 1 SD, Bukan Mapel Wajib
(wbs)