18 Fakta Menarik Terusan Suez, yang Ingin Disaingi Israel dengan Merebut Gaza
loading...

Terusan Suez merupakan jalan pintas penghubung Laut Tengah dan Laut Merah. (Foto: Tech Historian)
A
A
A
JAKARTA - Nama terusan Suez di Mesir mendadak jadi perbincangan setelah muncul spekulasi Israel sengaja memborbardir Gaza karena memiliki kepentingan tersembunyi untuk mewujudkan proyek besar pembangunan kanal Ben Gurion .
Kanal baru ini digadang-gadang lebih strategis ketimbang Terusan Suez. Jalurnya bakal dibuat lebih luas dan lebih efisien ketimbang Terusan Suez dan langsung menghubungkan Teluk Aqaba di Laut Merah ke Laut Mediterania. Dan, poin pentingnya adalah dikuasai sendiri oleh Israel. Lain halnya dengan Terusan Suez yang kini dikuasai Mesir.
Berbicara tentang Terusan Suez, perairan ini merupakan jalan pintas penghubung Laut Tengah dan Laut Merah. Lantaran posisinya yang sangat strategis, terusan ini memegang peranan penting dalam perdagangan maritim internasional.
Selain peran pentingnya dalam percaturan politik global, Terusan Suez juga memiliki sederet fakta menarik lainnya, sebagaimana dikutip dari Britannica, Sabtu (11/11/2023).
Terusan Suez sejatinya telah ada sejak zaman Mesir kuno. Firaun Mesir Senusret III telah membangun jalur yang menghubungkan Laut Merah dan Sungai Nil sekitar tahun 1850 SM. Jalur ini kemudian disempurnakan oleh Firaun Necho II dan penakluk Persia Darius. Proyek ini diperkirakan selesai pada abad ke-3 SM selama Dinasti Ptolemaik. Banyak tokoh dunia termasuk Cleopatra diyakini pernah mengarungi Terusan Suez.
Di era modern, setelah menaklukkan Mesir pada 1798, panglima militer Prancis Napoleon Bonaparte mengirim tim survei untuk menyelidiki kemungkinan memotong Istmo Suez dan membangun terusan dari Laut Merah ke Laut Tengah. Tetapi setelah empat ekspedisi terpisah ke wilayah tersebut, para penjelajahnya keliru menyimpulkan bahwa Laut Merah setidaknya 30 kaki lebih tinggi dari Laut Tengah.
Mereka memperingatkan upaya untuk membuat terusan bisa berakibat banjir katasrofis di Delta Nil. Perhitungan para peneliti itu membuat Napoleon mundur dari proyek tersebut, dan rencana untuk membangun terusan mengalami kemunduran hingga tahun 1847, ketika sekelompok peneliti akhirnya mengonfirmasi tidak ada perbedaan ketinggian yang serius antara Laut Tengah dan Laut Merah.
Perencanaan untuk pembangunan Terusan Suez resmi dimulai pada tahun 1854, ketika seorang mantan diplomat Prancis Ferdinand de Lesseps bernegosiasi kesepakatan dengan wakil raja Mesir untuk membentuk Perusahaan Terusan Suez. Karena terusan yang diusulkan oleh Lesseps mendapat dukungan Kaisar Prancis Napoleon III, banyak negarawan Inggris menganggap pembangunannya sebagai skema politik yang dirancang untuk merusak dominasi pengiriman global mereka.
Duta Besar Inggris untuk Prancis berpendapat bahwa mendukung terusan itu akan menjadi tindakan bunuh diri. Inggris terus mengkritik pembangunan terusan Suez, tetapi kemudian membeli 44 persen sahamnya setelah pemerintah Mesir kehabisan uang dan melelang sahamnya pada 1875.
Membangun Terusan Suez memerlukan tenaga kerja yang besar. Awalnya, pemerintah Mesir menyediakannya dengan memaksa orang miskin bekerja dengan upah kecil dan di bawah ancaman kekerasan.
Mulai akhir tahun 1861, puluhan ribu petani menggali bagian awal terusan secara manual. Proyek ini berjalan sangat lamban dan sempat terhenti setelah penguasa Mesir, Ismail Pasha, tiba-tiba melarang penggunaan kerja paksa pada 1863.
Dihadapkan kekurangan tenaga kerja, Lesseps dan Perusahaan Terusan Suez mengubah strategi dan mulai menggunakan mesin. Yaitu penggali bertenaga uap dan batubara yang dibuat khusus untuk menggali terusan. Teknologi baru ini memberikan dorongan yang dibutuhkan oleh proyek ini, dan perusahaan melanjutkan untuk membuat kemajuan pesat selama dua tahun terakhir pembangunannya. Dari 75 juta meter kubik pasir yang akhirnya dipindahkan selama konstruksi terusan utama, sekitar tiga perempatnya diatasi oleh mesin berat.
Ketika Terusan Suez hampir selesai pada 1869, pemahat Prancis Frédéric-Auguste Bartholdi mencoba meyakinkan Ferdinand de Lesseps dan pemerintah Mesir untuk membiarkannya membangun patung yang disebut "Mesir Membawa Cahaya ke Asia" di pintu masuk Mediterania.
Terinspirasi oleh Colossus of Rhodes kuno, Bartholdi membayangkan patung wanita setinggi 90 kaki berpakaian dengan jubah petani Mesir dan memegang obor besar, yang juga akan berfungsi sebagai mercusuar untuk memandu kapal ke dalam terusan. Proyek itu tidak pernah terwujud, tetapi Bartholdi terus mempromosikan ide tersebut dan pada tahun 1886, ia akhirnya mengungkapkan versi lengkapnya di Pelabuhan New York. Secara resmi disebut Liberty Enlightening the World. Monumen ini sejak saat itu lebih dikenal sebagai Patung Liberty.
Setelah membungkam para kritikusnya dengan menyelesaikan Terusan Suez, Ferdinand de Lesseps kemudian memusatkan perhatiannya untuk memotong terusan di sepanjang Isthmus Panama di Amerika Tengah.
Pekerjaan dimulai pada 1881, tetapi meskipun prediksi Lesseps bahwa terusan baru ini akan lebih mudah untuk dibuat, proyek itu akhirnya gagal. Ribuan orang meninggal selama konstruksi di hutan yang panas dan penuh penyakit. Tim tersebut menghabiskan hampir USD260 juta tanpa pernah menyelesaikan proyek.
Perusahaan akhirnya bangkrut pada tahun 1889, memicu skandal massif terhadap Lesseps dan desainer Gustave Eiffel, yang disewa untuk merancang pintu air terusan, dinyatakan bersalah atas penipuan dan persekongkolan. Dibutuhkan waktu 25 tahun lagi sebelum Terusan Panama akhirnya selesai dalam proyek konstruksi yang dipimpin Amerika selama satu dekade.
Pada tahun 1956, Terusan Suez berada di pusat perang singkat antara Mesir dan pasukan gabungan Inggris, Prancis, dan Israel. Konflik ini berakar pada pendudukan militer Inggris di zona terusan, yang berlanjut bahkan setelah Mesir meraih kemerdekaan pada 1922. Banyak orang Mesir tak terima dengan pengaruh kolonial yang berkepanjangan, dan ketegangan akhirnya meluap pada Juli 1956, ketika Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser menasionalisasi Terusan Suez.
Dalam Krisis Suez, pasukan gabungan Inggris, Israel, dan Prancis meluncurkan serangan ke Mesir pada Oktober 1956. Mereka berhasil merengsek maju dekat ke terusan, tetapi kemudian mundur dari Mesir dengan malu setelah dikecam oleh Amerika Serikat dan ancaman balasan nuklir dari Uni Soviet. Perdana Menteri Inggris Anthony Eden mengundurkan diri menyusul skandal itu, dan Terusan Suez tetap berada di bawah kendali Mesir.
Selama Perang Enam Hari pada Juni 1967 antara Mesir dan Israel, Terusan Suez ditutup oleh pemerintah Mesir dan diblokir di kedua sisi oleh ranjau dan kapal-kapal yang ditenggelamkan. Pada saat penutupan, 15 kapal pengiriman internasional terjebak di tengah terusan di Danau Bitter yang Besar. Kapal-kapal ini terdampar di sana selama delapan tahun.
Sebagian besar anggota kru dipindahkan dari dan ke kapal-kapal yang terdampar setiap 3 bulan, tetapi yang lain menghabiskan waktu dengan membentuk komunitas terapung sendiri dan mengadakan acara olahraga dan sosial. Seiring berjalannya waktu, armada bahkan mengembangkan perangko dan sistem perdagangan internal mereka sendiri. Kapal-kapal ini akhirnya diizinkan meninggalkan Terusan Suez pada 1975. Saat itu, hanya dua dari kapal tersebut yang masih layak untuk melakukan perjalanan dengan daya dorongnya sendiri.
Selama bertahun-tahun, terusan Suez terhambat oleh lebar dan kedalaman, yang tidak mencukupi untuk menampung lalu lintas dua arah kapal tanker modern.
Pada Agustus 2014, Otoritas Terusan Suez Mesir mengumumkan rencana ambisius untuk memperdalam terusan dan membuat jalur baru sepanjang 22 mil yang bercabang dari saluran utama. Perluasan tersebut dibuka pada tahun 2015, memberikan kapal jalur sepanjang 22 mil yang sejajar dengan saluran utama yang baru diperdalam. Namun, perbaikan tersebut ternyata tidak cukup, mengakibatkan kapal kontainer sepanjang 1.300 kaki terjebak di terusan saat melakukan perjalanan dari China pada Maret 2021. Kapal tersebut memblokir lebih dari 100 kapal di setiap ujung arteri pengiriman vital tersebut selama hampir seminggu, menyebabkan gangguan besar bagi perdagangan global.
Dikutip dari lama Facts.net, Terusan Suez secara signifikan mempersingkat jarak antara Eropa dan Asia. Sebelum selesai dibangun, kapal-kapal harus berlayar mengelilingi Tanjung Harapan di Afrika Selatan, menambah ribuan mil perjalanan.
Terusan Suez memiliki tiga bagian utama. Yaitu Saluran Pendekatan Utara, Danau Bitter Besar, dan Saluran Pendekatan Selatan. Bagian-bagian ini memungkinkan kapal melewati terusan dengan lancar, menjamin navigasi yang aman dan efisien.
Terusan Suez adalah rute vital untuk perdagangan internasional. Sekitar 10% dari perdagangan global melewati terusan ini, menjadikannya rute penting untuk barang dan sumber daya alam. Terusan Suez merupakan sumber pendapatan utama Mesir . Tarif yang dikenakan ke kapal-kapal yang melewati terusan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi negara.
Navigasi melalui Terusan Suez diatur oleh Peraturan Internasional untuk Mencegah Tabrakan di Laut. Peraturan ini menjamin keamanan kapal dan mencegah kecelakaan di dalam terusan.
Terusan Suez memainkan peran krusial dalam operasi militer. Selama masa konflik, terusan ini menjadi aset strategis, memungkinkan penempatan cepat kekuatan angkatan laut. Terusan Suez juga memainkan peran signifikan dalam keamanan energi global. Setiap gangguan atau penutupan terusan dapat memengaruhi pasokan minyak dan gas global, menyebabkan fluktuasi pasar dan konsekuensi ekonomi.
Terusan Suez memiliki jembatan penghubung antara daratan utama Mesir dan Semenanjung Sinai. Jembatan ini dikenal sebagai Terowongan Ahmed Hamdi yang selesai dibangun pada tahun 1983.
Terusan Suez dikelilingi oleh berbagai lanskap dan ekosistem beragam. Daerah sepanjang terusan menjadi rumah bagi flora, fauna, dan spesies burung yang unik. Terusan Suez juga menawarkan pemandangan yang memukau dari kapal yang melintas dan matahari terbenam yang menakjubkan.
Tak heran, Terusan Suez telah menginspirasi banyak karya sastra, seni, dan musik. Sejarah dan signifikansi budayanya telah memengaruhi ekspresi artistik dalam berbagai bentuk. Terusan Suez telah muncul dalam beberapa film dan dokumenter. Pembuat film telah menangkap keindahan dan signifikansi sejarah terusan ini di layar lebar.
Terusan Suez telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Signifikansi sejarah, budaya, dan ekonominya telah memberikannya tempat di daftar situs yang dilindungi ini.
Terusan Suez beroperasi 24 jam sehari. Kapal-kapal dapat melewati terusan ini kapan saja, menjamin aliran perdagangan internasional yang mulus. Terusan Suez terus dipantau oleh teknologi canggih. Sistem radar, kamera pengawas, dan peralatan teknologi tinggi lainnya memastikan operasi yang efisien dan jaminan keamanan.
Kanal baru ini digadang-gadang lebih strategis ketimbang Terusan Suez. Jalurnya bakal dibuat lebih luas dan lebih efisien ketimbang Terusan Suez dan langsung menghubungkan Teluk Aqaba di Laut Merah ke Laut Mediterania. Dan, poin pentingnya adalah dikuasai sendiri oleh Israel. Lain halnya dengan Terusan Suez yang kini dikuasai Mesir.
Berbicara tentang Terusan Suez, perairan ini merupakan jalan pintas penghubung Laut Tengah dan Laut Merah. Lantaran posisinya yang sangat strategis, terusan ini memegang peranan penting dalam perdagangan maritim internasional.
Selain peran pentingnya dalam percaturan politik global, Terusan Suez juga memiliki sederet fakta menarik lainnya, sebagaimana dikutip dari Britannica, Sabtu (11/11/2023).
Baca Juga :
Mengenal Fakta-fakta Choke Point Terusan Suez
1. Sudah ada sejak era Cleopatra
Terusan Suez sejatinya telah ada sejak zaman Mesir kuno. Firaun Mesir Senusret III telah membangun jalur yang menghubungkan Laut Merah dan Sungai Nil sekitar tahun 1850 SM. Jalur ini kemudian disempurnakan oleh Firaun Necho II dan penakluk Persia Darius. Proyek ini diperkirakan selesai pada abad ke-3 SM selama Dinasti Ptolemaik. Banyak tokoh dunia termasuk Cleopatra diyakini pernah mengarungi Terusan Suez.
2. Napoleon Bonaparte sempat ingin membangunnya
Di era modern, setelah menaklukkan Mesir pada 1798, panglima militer Prancis Napoleon Bonaparte mengirim tim survei untuk menyelidiki kemungkinan memotong Istmo Suez dan membangun terusan dari Laut Merah ke Laut Tengah. Tetapi setelah empat ekspedisi terpisah ke wilayah tersebut, para penjelajahnya keliru menyimpulkan bahwa Laut Merah setidaknya 30 kaki lebih tinggi dari Laut Tengah.
Mereka memperingatkan upaya untuk membuat terusan bisa berakibat banjir katasrofis di Delta Nil. Perhitungan para peneliti itu membuat Napoleon mundur dari proyek tersebut, dan rencana untuk membangun terusan mengalami kemunduran hingga tahun 1847, ketika sekelompok peneliti akhirnya mengonfirmasi tidak ada perbedaan ketinggian yang serius antara Laut Tengah dan Laut Merah.
3. Ditentang Inggris
Perencanaan untuk pembangunan Terusan Suez resmi dimulai pada tahun 1854, ketika seorang mantan diplomat Prancis Ferdinand de Lesseps bernegosiasi kesepakatan dengan wakil raja Mesir untuk membentuk Perusahaan Terusan Suez. Karena terusan yang diusulkan oleh Lesseps mendapat dukungan Kaisar Prancis Napoleon III, banyak negarawan Inggris menganggap pembangunannya sebagai skema politik yang dirancang untuk merusak dominasi pengiriman global mereka.
Duta Besar Inggris untuk Prancis berpendapat bahwa mendukung terusan itu akan menjadi tindakan bunuh diri. Inggris terus mengkritik pembangunan terusan Suez, tetapi kemudian membeli 44 persen sahamnya setelah pemerintah Mesir kehabisan uang dan melelang sahamnya pada 1875.
4. Dibangun dengan kerja paksa dan mesin canggih
Membangun Terusan Suez memerlukan tenaga kerja yang besar. Awalnya, pemerintah Mesir menyediakannya dengan memaksa orang miskin bekerja dengan upah kecil dan di bawah ancaman kekerasan.
Mulai akhir tahun 1861, puluhan ribu petani menggali bagian awal terusan secara manual. Proyek ini berjalan sangat lamban dan sempat terhenti setelah penguasa Mesir, Ismail Pasha, tiba-tiba melarang penggunaan kerja paksa pada 1863.
Dihadapkan kekurangan tenaga kerja, Lesseps dan Perusahaan Terusan Suez mengubah strategi dan mulai menggunakan mesin. Yaitu penggali bertenaga uap dan batubara yang dibuat khusus untuk menggali terusan. Teknologi baru ini memberikan dorongan yang dibutuhkan oleh proyek ini, dan perusahaan melanjutkan untuk membuat kemajuan pesat selama dua tahun terakhir pembangunannya. Dari 75 juta meter kubik pasir yang akhirnya dipindahkan selama konstruksi terusan utama, sekitar tiga perempatnya diatasi oleh mesin berat.
5. Patung Liberty awalnya akan dipasang di Terusan Suez
Ketika Terusan Suez hampir selesai pada 1869, pemahat Prancis Frédéric-Auguste Bartholdi mencoba meyakinkan Ferdinand de Lesseps dan pemerintah Mesir untuk membiarkannya membangun patung yang disebut "Mesir Membawa Cahaya ke Asia" di pintu masuk Mediterania.
Terinspirasi oleh Colossus of Rhodes kuno, Bartholdi membayangkan patung wanita setinggi 90 kaki berpakaian dengan jubah petani Mesir dan memegang obor besar, yang juga akan berfungsi sebagai mercusuar untuk memandu kapal ke dalam terusan. Proyek itu tidak pernah terwujud, tetapi Bartholdi terus mempromosikan ide tersebut dan pada tahun 1886, ia akhirnya mengungkapkan versi lengkapnya di Pelabuhan New York. Secara resmi disebut Liberty Enlightening the World. Monumen ini sejak saat itu lebih dikenal sebagai Patung Liberty.
6. Penciptanya gagal membangun Terusan Panama
Setelah membungkam para kritikusnya dengan menyelesaikan Terusan Suez, Ferdinand de Lesseps kemudian memusatkan perhatiannya untuk memotong terusan di sepanjang Isthmus Panama di Amerika Tengah.
Pekerjaan dimulai pada 1881, tetapi meskipun prediksi Lesseps bahwa terusan baru ini akan lebih mudah untuk dibuat, proyek itu akhirnya gagal. Ribuan orang meninggal selama konstruksi di hutan yang panas dan penuh penyakit. Tim tersebut menghabiskan hampir USD260 juta tanpa pernah menyelesaikan proyek.
Perusahaan akhirnya bangkrut pada tahun 1889, memicu skandal massif terhadap Lesseps dan desainer Gustave Eiffel, yang disewa untuk merancang pintu air terusan, dinyatakan bersalah atas penipuan dan persekongkolan. Dibutuhkan waktu 25 tahun lagi sebelum Terusan Panama akhirnya selesai dalam proyek konstruksi yang dipimpin Amerika selama satu dekade.
7. Memainkan peran penting dalam era Perang Dingin
Pada tahun 1956, Terusan Suez berada di pusat perang singkat antara Mesir dan pasukan gabungan Inggris, Prancis, dan Israel. Konflik ini berakar pada pendudukan militer Inggris di zona terusan, yang berlanjut bahkan setelah Mesir meraih kemerdekaan pada 1922. Banyak orang Mesir tak terima dengan pengaruh kolonial yang berkepanjangan, dan ketegangan akhirnya meluap pada Juli 1956, ketika Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser menasionalisasi Terusan Suez.
Dalam Krisis Suez, pasukan gabungan Inggris, Israel, dan Prancis meluncurkan serangan ke Mesir pada Oktober 1956. Mereka berhasil merengsek maju dekat ke terusan, tetapi kemudian mundur dari Mesir dengan malu setelah dikecam oleh Amerika Serikat dan ancaman balasan nuklir dari Uni Soviet. Perdana Menteri Inggris Anthony Eden mengundurkan diri menyusul skandal itu, dan Terusan Suez tetap berada di bawah kendali Mesir.
8. Belasan kapal terjebak selama 8 tahun
Selama Perang Enam Hari pada Juni 1967 antara Mesir dan Israel, Terusan Suez ditutup oleh pemerintah Mesir dan diblokir di kedua sisi oleh ranjau dan kapal-kapal yang ditenggelamkan. Pada saat penutupan, 15 kapal pengiriman internasional terjebak di tengah terusan di Danau Bitter yang Besar. Kapal-kapal ini terdampar di sana selama delapan tahun.
Sebagian besar anggota kru dipindahkan dari dan ke kapal-kapal yang terdampar setiap 3 bulan, tetapi yang lain menghabiskan waktu dengan membentuk komunitas terapung sendiri dan mengadakan acara olahraga dan sosial. Seiring berjalannya waktu, armada bahkan mengembangkan perangko dan sistem perdagangan internal mereka sendiri. Kapal-kapal ini akhirnya diizinkan meninggalkan Terusan Suez pada 1975. Saat itu, hanya dua dari kapal tersebut yang masih layak untuk melakukan perjalanan dengan daya dorongnya sendiri.
9. Perbaikan besar-besaran
Selama bertahun-tahun, terusan Suez terhambat oleh lebar dan kedalaman, yang tidak mencukupi untuk menampung lalu lintas dua arah kapal tanker modern.
Pada Agustus 2014, Otoritas Terusan Suez Mesir mengumumkan rencana ambisius untuk memperdalam terusan dan membuat jalur baru sepanjang 22 mil yang bercabang dari saluran utama. Perluasan tersebut dibuka pada tahun 2015, memberikan kapal jalur sepanjang 22 mil yang sejajar dengan saluran utama yang baru diperdalam. Namun, perbaikan tersebut ternyata tidak cukup, mengakibatkan kapal kontainer sepanjang 1.300 kaki terjebak di terusan saat melakukan perjalanan dari China pada Maret 2021. Kapal tersebut memblokir lebih dari 100 kapal di setiap ujung arteri pengiriman vital tersebut selama hampir seminggu, menyebabkan gangguan besar bagi perdagangan global.
10. Perpendek jarak Eropa dan Asia
Dikutip dari lama Facts.net, Terusan Suez secara signifikan mempersingkat jarak antara Eropa dan Asia. Sebelum selesai dibangun, kapal-kapal harus berlayar mengelilingi Tanjung Harapan di Afrika Selatan, menambah ribuan mil perjalanan.
11. Memiliki tiga bagian utama
Terusan Suez memiliki tiga bagian utama. Yaitu Saluran Pendekatan Utara, Danau Bitter Besar, dan Saluran Pendekatan Selatan. Bagian-bagian ini memungkinkan kapal melewati terusan dengan lancar, menjamin navigasi yang aman dan efisien.
12. Pundi-pundi uang Mesir
Terusan Suez adalah rute vital untuk perdagangan internasional. Sekitar 10% dari perdagangan global melewati terusan ini, menjadikannya rute penting untuk barang dan sumber daya alam. Terusan Suez merupakan sumber pendapatan utama Mesir . Tarif yang dikenakan ke kapal-kapal yang melewati terusan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi negara.
13. Tunduk ke peraturan internasional
Navigasi melalui Terusan Suez diatur oleh Peraturan Internasional untuk Mencegah Tabrakan di Laut. Peraturan ini menjamin keamanan kapal dan mencegah kecelakaan di dalam terusan.
14. Aset penting militer dan ekonomi
Terusan Suez memainkan peran krusial dalam operasi militer. Selama masa konflik, terusan ini menjadi aset strategis, memungkinkan penempatan cepat kekuatan angkatan laut. Terusan Suez juga memainkan peran signifikan dalam keamanan energi global. Setiap gangguan atau penutupan terusan dapat memengaruhi pasokan minyak dan gas global, menyebabkan fluktuasi pasar dan konsekuensi ekonomi.
15. Memiliki jembatan
Terusan Suez memiliki jembatan penghubung antara daratan utama Mesir dan Semenanjung Sinai. Jembatan ini dikenal sebagai Terowongan Ahmed Hamdi yang selesai dibangun pada tahun 1983.
16. Keindahan alam
Terusan Suez dikelilingi oleh berbagai lanskap dan ekosistem beragam. Daerah sepanjang terusan menjadi rumah bagi flora, fauna, dan spesies burung yang unik. Terusan Suez juga menawarkan pemandangan yang memukau dari kapal yang melintas dan matahari terbenam yang menakjubkan.
Tak heran, Terusan Suez telah menginspirasi banyak karya sastra, seni, dan musik. Sejarah dan signifikansi budayanya telah memengaruhi ekspresi artistik dalam berbagai bentuk. Terusan Suez telah muncul dalam beberapa film dan dokumenter. Pembuat film telah menangkap keindahan dan signifikansi sejarah terusan ini di layar lebar.
17. Situs Warisan Dunia UNESCO
Terusan Suez telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Signifikansi sejarah, budaya, dan ekonominya telah memberikannya tempat di daftar situs yang dilindungi ini.
18. Beroperasi 24 Jam
Terusan Suez beroperasi 24 jam sehari. Kapal-kapal dapat melewati terusan ini kapan saja, menjamin aliran perdagangan internasional yang mulus. Terusan Suez terus dipantau oleh teknologi canggih. Sistem radar, kamera pengawas, dan peralatan teknologi tinggi lainnya memastikan operasi yang efisien dan jaminan keamanan.
(msf)
Lihat Juga :