Korsel Mulai Gunakan AI untuk Deteksi Kelainan Trakea
loading...
A
A
A
LONDON - Penggunaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terus meluas. Saat ini para ilmuwan di Korea Selatan mulai menggunakannya untuk mendeteksi kelainan trakea pada manusia.
BACA JUGA - Kecerdasan Buatan Google Mulai Bisa Digunakan
Sebagaimana dilansir dari Imaging Technology News, Selasa (19/9/2023) sistem AI yang dikembangkan oleh Lunit telah mengidentifikasi posisi trakea yang tidak tepat pada pasien berusia 80 tahun.
Berdasarkan informasi jarak piksel dalam header data DICOM, AI secara otomatis mengukur jarak absolut antara ujung ETT dan trakea carina (jarak tip-to-carina, TCD) sebesar 4,3 cm.
AI juga mengukur jarak antara ujung ETT dan karina sepanjang sumbu vertikal radiograf (perbedaan ujung-ke-karina sumbu y, TCDy) sebesar 4,0 cm, yang menunjukkan bahwa ujung ETT terletak 4,0 cm di atas karina.
Menurut Eui Jin Hwang, MD, PhD, dari departemen radiologi di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul Korea, apa yang kini bisa dilakukan oleh AI bisa mengurangi komplikasi penyakit pada pasien penyakit trakea.
"Identifikasi AI otomatis pada posisi ETT yang tidak tepat pada rontgen dada memungkinkan reposisi lebih awal dan dengan demikian mengurangi komplikasi,” kayanya.
Diketahui, untuk memungkinkan AI bisa memiliki kemampuan tersebut para ilmuwan menggunakan ribuan foto rontgen dada ratisan pasien.
Pasa akhirnya, sistem AI bisa mengidentifikasi posisi trakea dengan akurasi lebih dari 90%.
BACA JUGA - Kecerdasan Buatan Google Mulai Bisa Digunakan
Sebagaimana dilansir dari Imaging Technology News, Selasa (19/9/2023) sistem AI yang dikembangkan oleh Lunit telah mengidentifikasi posisi trakea yang tidak tepat pada pasien berusia 80 tahun.
Berdasarkan informasi jarak piksel dalam header data DICOM, AI secara otomatis mengukur jarak absolut antara ujung ETT dan trakea carina (jarak tip-to-carina, TCD) sebesar 4,3 cm.
AI juga mengukur jarak antara ujung ETT dan karina sepanjang sumbu vertikal radiograf (perbedaan ujung-ke-karina sumbu y, TCDy) sebesar 4,0 cm, yang menunjukkan bahwa ujung ETT terletak 4,0 cm di atas karina.
Menurut Eui Jin Hwang, MD, PhD, dari departemen radiologi di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul Korea, apa yang kini bisa dilakukan oleh AI bisa mengurangi komplikasi penyakit pada pasien penyakit trakea.
"Identifikasi AI otomatis pada posisi ETT yang tidak tepat pada rontgen dada memungkinkan reposisi lebih awal dan dengan demikian mengurangi komplikasi,” kayanya.
Diketahui, untuk memungkinkan AI bisa memiliki kemampuan tersebut para ilmuwan menggunakan ribuan foto rontgen dada ratisan pasien.
Pasa akhirnya, sistem AI bisa mengidentifikasi posisi trakea dengan akurasi lebih dari 90%.
(wbs)