Ilmuwan Ciptakan Chat Bot yang Bisa Artikan Teks Kuno Babilonia
loading...
A
A
A
BERLIN - Ahli bahasa di Universitas Ludwig Maximilian di Institut Assyriologi Jerman mengatakan mereka telah menciptakan bot kecerdasan buatan (AI) yang bisa mengartikan teks-teks kuno.
Teknologi untuk membantu menyatukan dan menguraikan fragmen teks Babilonia kuno yang tidak terbaca. "The Fragmentarium" adalah nama yang diberikan padanya.
Sejak 2018, Enrique Jiménez, profesor sastra Timur Dekat kuno di Institut Assyriologi di LMU dan kelompoknya telah bekerja untuk mendigitalkan setiap tablet berhuruf paku yang masih ada. Proyek telah memproses hingga 22.000 fragmen teks selama waktu tersebut.
“Ini adalah alat yang belum pernah ada sebelumnya, database fragmen yang sangat besar. Kami percaya itu dapat memainkan peran penting dalam merekonstruksi sastra Babilonia, memungkinkan kami untuk membuat kemajuan yang jauh lebih cepat, ” tutup Jimenez seperti dilansir dari Teheran News,
Tepat bernama Fragmentarium, itu dirancang untuk menyatukan potongan-potongan teks menggunakan metode dengan sistematis.
Para perancang berharap program ini juga dapat mengidentifikasi dan mentranskripsikan foto-foto aksara paku di masa mendatang.
Hingga saat ini, ribuan fragmen cuneiform tambahan telah difoto bekerja sama dengan British Museum di London dan Museum Irak di Bagdad.
Tim sedang melatih algoritme untuk menyatukan fragmen yang belum ditempatkan dalam konteks yang tepat. Sudah, algoritme baru mengidentifikasi ratusan manuskrip dan banyak koneksi tekstual.
Teknologi untuk membantu menyatukan dan menguraikan fragmen teks Babilonia kuno yang tidak terbaca. "The Fragmentarium" adalah nama yang diberikan padanya.
Sejak 2018, Enrique Jiménez, profesor sastra Timur Dekat kuno di Institut Assyriologi di LMU dan kelompoknya telah bekerja untuk mendigitalkan setiap tablet berhuruf paku yang masih ada. Proyek telah memproses hingga 22.000 fragmen teks selama waktu tersebut.
“Ini adalah alat yang belum pernah ada sebelumnya, database fragmen yang sangat besar. Kami percaya itu dapat memainkan peran penting dalam merekonstruksi sastra Babilonia, memungkinkan kami untuk membuat kemajuan yang jauh lebih cepat, ” tutup Jimenez seperti dilansir dari Teheran News,
Tepat bernama Fragmentarium, itu dirancang untuk menyatukan potongan-potongan teks menggunakan metode dengan sistematis.
Para perancang berharap program ini juga dapat mengidentifikasi dan mentranskripsikan foto-foto aksara paku di masa mendatang.
Hingga saat ini, ribuan fragmen cuneiform tambahan telah difoto bekerja sama dengan British Museum di London dan Museum Irak di Bagdad.
Tim sedang melatih algoritme untuk menyatukan fragmen yang belum ditempatkan dalam konteks yang tepat. Sudah, algoritme baru mengidentifikasi ratusan manuskrip dan banyak koneksi tekstual.
(wbs)