Foto Donald Trump Ditahan Viral, Ternyata Rekayasa Kecerdasan Buatan untuk Propaganda Politik

Jum'at, 24 Maret 2023 - 16:34 WIB
loading...
Foto Donald Trump Ditahan Viral, Ternyata Rekayasa Kecerdasan  Buatan untuk Propaganda Politik
Foto penahanan Donald Trump yang diedarkan dua hari ini langsung viral. Olahfoto/SINDONEWScom-Wahyu Sibarani.
A A A
JAKARTA - Serangkaian foto Donald Trump ditahan oleh pihak kepolisian Amerika Serikat viral. Ternyata itu hasil rekayasa kecerdasan buatan yang digunakan untuk propaganda politik.

Foto itu diketahui terdiri dari empat rangkaian kolase foto. Kolase pertama memperlihatkan empat foto dimana Donald Trump berupaya berontak dari pihak kepolisian yang hendak mengamankan Presiden Amerika Serikat ke-45 itu.

Kolase kedua bahkan lebih mencengangkan lagi. Pasalnya dalam foto itu diperlihatkan upaya DOnald Trump yang kabur dari kejaran polisi. Dalam kolase yang sama juga ditunjukkan foto anak Donald Trump, Donald Trump Jr yang menyemangati ayahnya untuk kabur.

Kolase foto ketiga dan keempat memperlihatkan sekuens yang berbeda. Dalam kolase itu justru ditampilkan foto-foto Donald Trump ketika berada di penjara.

Ada foto yang memperlihatkan Donald Trump tengah membersihkan ruangan penjara dan ada yang menunjukkan Donald Trump yang tengah menangis dengan mengenakan seragam penjara.

Eluna AI, platform sosial media berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menyebutkan rangkaian kolase foto itu merupakan tanda akan adanya upaya propaganda politik dengan menggunakan teknologi AI. Orang-orang yang memanfaatkan teknologi itu ternyata melihat ada celah yang besar dimana rekayasa foto melalui kecerdasan buatan justru terlihat sempurna atau nyaris nyata.

Hal itu terlihat saat masyarakat Amerika Serikat memercayai kebenaran foto rekayasa itu. "Hasil foto yang dibuat itu sudah ada dalam tahapan foto realisme yang nyari sempurna. Kita sekarang memasuki era baru dimana AI bisa dijadikan propaganda politik," tulis Eluna AI.

Penyalahgunaan kecerdasan buatan memang tidak bisa dihindari. Jauh sebelum teknologi itu dijadikan propaganda politik, penyalahgunaan kecerdasan buatan justru paling sering terjadi di dunia hiburan.



Foto Donald Trump Ditahan Viral, Ternyata Rekayasa Kecerdasan Buatan untuk Propaganda Politik


Teknologi Deepfake membuat banyak selebritas dunia terkejut ketika wajah mereka tampil di film dan foto porno. Di Indonesia salah satu artis yang jadi korban Deepfake adalah Nagita Slavina.

Saat itu seorang hacker mengganti wajah artis film porno dengan wajah Nagita Slavina. Sesuai harapan pelaku banyak orang langsung percaya kalau Nagita Slavina main film porno.

Roy Azoulay, pendiri dan CEO Serelay, situs validasi data dan foto mengatakan bahwa teknologi rekayasa gambar yang menggunakan kecerdasan buatan seperti pedang bermata dua. Menurutnya banyak aplikasi yang ada saat ini memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan. Contohnya MyHeritage dan Eluna AI.

Namun di tangan orang yang tidak bertanggungjawab teknologi itu justru dibuat untuk hal-hal yang melanggar hukum seperti rekayasa video porno. Tidak heran jika menurut Roy Azoulay, Deepfake banyak menyerang selebriti dunia. Berbekal Deepfake mengganti wajah pemeran film dewasa dengan wajah selebriti yang dikenal masyarakat dunia.

"Tinggal tunggu waktu trennya berubah dimana objeknya menyerang orang-orang awam," jelasnya.

Hanya saja Roy Azoulay tidak menyangka bahwa kecerdasan buatan justru akan dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Namun sebenarnya tanda-tanda itu bahkan sudah mulai terlihat.

Selain foto-foto viral penangkapan Donald Trump, baru-baru ini pemerintah Venezuela diduga melakukan rekayasa berita dengan menggunakan kecerdasan buatan. Situs berita Spanyol El Pais mengatakan pemerintah Venezuela meminta perusahaan kecerdasan buatan asal Inggris, Synthesia, untuk membuat sebuah video berita mengenai pariwisata di Venezuela.



Synthesia kemudian membuat sebuah video yang di dalamnya terdapat dua orang presenter berita bernama Noah dan Daren yang mengabarkan bahwa kondisi Venezuela tidak seperti yang diberitakan belakangan ini.

"Kami ingin tahu apakah Venezuela memang benar-benar memprihatinkan seperti yang dibilang banyak orang? Ternyata mereka baru saja merayakan festival secara besar-besaran. Jika mereka memang seperti diberitakan tentu tidak akan mudah merayakannya dengan sangat meriah," ujar Noah yang ternyata sebuah avatar buatan Synthesia.

Hector Mazarri dari Cazadores de Fake News, organisasi yang menganalisis dan memverifikasi berita terkait Venezuela membenarkan adanya upaya-upaya kuat memanfaatkan kecerdasan buatan untuk kepentingan politik. Salah satu buktinya adalah video dari Synthesia yang dibuat atas pesanan pemerintah Venezuela.

Cara itu menurutnya merupakan upaya upaya terorganisir untuk mendorong narasi tertentu yang menguntungkan pihak-pihak tertentu. Bukan tidak mungkin dalam pertarungan politik nanti, terutama di saat konsumsi sosial media begitu tinggi, pemanfaatan kecerdasan buatan untuk propaganda politik bakal sering terjadi.

"Meskipun untuk beberapa orang yang sudah terlatih bisa mengetahui kebenarannya," jelas Hector Mazarri.

Dia malah mengatakan foto dan video baru awal. Ke depannya propaganda politik melalui kecerdasan buatan bakal lebih kompleks lagi seperti kloning suara.

"Justru hal ini terjadi karena memang publik yang menginginkan. Mereka hanya mau mendapatkan berita yang mereka inginkan," tegasnya.
(wsb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2326 seconds (0.1#10.140)