Metarisks, Ini Beragam Risiko Berada di Metavers Menurut Pakar Keamanan Siber
Jum'at, 01 April 2022 - 12:58 WIB
JAKARTA - Metarisks adalah kata yang menggambarkan risiko-risiko Metaverse bagi penggunanya. Nah, bagaimana menanggulangi Metarisk?
Tentu saja, sebagai teknologi baru yang menggabungkan realitas virtual dunia nyata, Metaverse memiliki kompleksitas sendiri. Maka, banyak orang bertanya-tanya apakah ada implikasi keamanan siber dan privasi.
”Risiko Metaverse sebenarnya sama saja,” ujar Sandra Lee, Managing Director Asia Pasifik di Kaspersky. ”Pengguna kemungkinan masih memiliki isu terkait pengambilalihan akun yang dapat menyebabkan pencurian identitas dan penipuan,” tambahnya.
Selain itu, penjahat siber juga menggunakan cara yang sama untuk memperoleh akses ke korespondensi pribadi atau perusahaan jika mereka meretas akun email melalui phishing, malware, atau isian kredensial. ”Ditambah, mereka juga bisa mendapat akses ke data pribadi yang disimpan di platform Metaverse pilihan Anda,” beber Sandra.
Dari perspektif perusahaan, manusia adalah mata rantai terlemah dalam hal keamanan siber.
Sandra menyebut, ada beberapa hal yang mungkin berubah menjadi berbeda. Ini terkait satu janji Metaverse yakni interoperabilitas.
”Misalnya, rumah yang Anda beli di Decentraland dan sepasang sepatu kets virtual mewah dari OpenSea akan dapat diakses di semua platform, termasuk yang Anda gunakan untuk pergi bekerja di kantor virtual Anda. Ini menciptakan satu titik celah dan memberi tekanan yang lebih terhadap kebutuhan lebih besar dalam melindungi akun Anda,” ujar Sandra.
Masalah lain interoperabilitas ini dapat didasarkan pada blockchain, seperti Ethereum. ”Pengguna harus lebih baik menjaga identitas dan properti digital mereka tetap aman karena blockchain saat ini, menurut definisi, tidak memiliki otoritas pusat,” katanya.
Tentu saja, sebagai teknologi baru yang menggabungkan realitas virtual dunia nyata, Metaverse memiliki kompleksitas sendiri. Maka, banyak orang bertanya-tanya apakah ada implikasi keamanan siber dan privasi.
”Risiko Metaverse sebenarnya sama saja,” ujar Sandra Lee, Managing Director Asia Pasifik di Kaspersky. ”Pengguna kemungkinan masih memiliki isu terkait pengambilalihan akun yang dapat menyebabkan pencurian identitas dan penipuan,” tambahnya.
Selain itu, penjahat siber juga menggunakan cara yang sama untuk memperoleh akses ke korespondensi pribadi atau perusahaan jika mereka meretas akun email melalui phishing, malware, atau isian kredensial. ”Ditambah, mereka juga bisa mendapat akses ke data pribadi yang disimpan di platform Metaverse pilihan Anda,” beber Sandra.
Dari perspektif perusahaan, manusia adalah mata rantai terlemah dalam hal keamanan siber.
Sandra menyebut, ada beberapa hal yang mungkin berubah menjadi berbeda. Ini terkait satu janji Metaverse yakni interoperabilitas.
”Misalnya, rumah yang Anda beli di Decentraland dan sepasang sepatu kets virtual mewah dari OpenSea akan dapat diakses di semua platform, termasuk yang Anda gunakan untuk pergi bekerja di kantor virtual Anda. Ini menciptakan satu titik celah dan memberi tekanan yang lebih terhadap kebutuhan lebih besar dalam melindungi akun Anda,” ujar Sandra.
Masalah lain interoperabilitas ini dapat didasarkan pada blockchain, seperti Ethereum. ”Pengguna harus lebih baik menjaga identitas dan properti digital mereka tetap aman karena blockchain saat ini, menurut definisi, tidak memiliki otoritas pusat,” katanya.
tulis komentar anda