Penerapan New Normal Bikin Investasi Telkom di Sektor Digital Lebih Melesat
Senin, 01 Juni 2020 - 13:07 WIB
JAKARTA - Kondisi "New Normal" yang akan dijalani masyarakat Indonesia tak lama lagi diprediksi membuat investasi Telkom di sektor infrastruktur digital lebih cepat termonetisasi karena peran Teknologi Informasi menjadi strategis untuk mengatasi penerapan physical distancing.
Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan Telkom sejak lima tahun lalu konsisten menggelontorkan investasi yang besar membangun infrastruktur digital mulai dari satelit, Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) lokal dan internasional, last mile berupa BTS dan kabel optik, hingga aplikasi-aplikasi yang menunjang gaya hidup digital.
"Di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kita baru merasakan manfaat dari infrastruktur yang dibangun Telkom atau operator itu. Tadinya mungkin kebutuhan sekunder, sekarang menjadi primer. Konsistensi dalam investasi besar di infrastruktur digital itu akan makin cepat return-nya di masa pandemi ini," tuturnya dalam keterangan persnya di Jakarta Senin (1/2020).
Diharapkannya, walau ada pandemi, Telkom tetap konsisten menggelontorkan belanja modal besar membangun infrastruktur digital Mengingat pandemi telah mengubah perilaku masyarakat yang kian nyaman menggunakan teknologi digital.
“Kan sedih dengar Mendikbud dicurhati ibu-ibu gak ada akses internet untuk belajar dari rumah. Sekarang kan kelihatan infrastruktur digital yang menjangkau hingga desa ya punya Telkom. Ini akan membuat utilisasi infrastruktur yang dibangun akan maksimal," katanya.
Mengutip Laporan Keuangan Telkom untuk 2019, Total belanja modal Perseroan pada tahun 2019 tercatat sebesar Rp 36,59 triliun atau 27% dari total pendapatan.
Belanja modal tersebut terutama digunakan untuk meningkatkan kapabilitas digital dengan terus membangun infrastruktur broadband yang meliputi BTS 4G LTE, jaringan akses serat optik ke rumah, jaringan backbone serat optik bawah laut dan terestrial, serta sebagian juga untuk keperluan bisnis menara.
“Kalau dilihat lima tahun ke belakang selalu belanja modal Telkom itu alokasinya sekitar 25% dari total pendapatan. Keberanian mengalokasikan belanja modal yang besar ini menjadikan Telkom berada pada jalur yang tepat untuk menjadi Digital Telecommunication Company,”pungkasnya.
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada menyatakan, jika melihat kinerja Telkom di 2019 membuktikan “jargon” bisnis Halo-halo itu sudah sunset hal yang salah.
Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan Telkom sejak lima tahun lalu konsisten menggelontorkan investasi yang besar membangun infrastruktur digital mulai dari satelit, Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) lokal dan internasional, last mile berupa BTS dan kabel optik, hingga aplikasi-aplikasi yang menunjang gaya hidup digital.
"Di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kita baru merasakan manfaat dari infrastruktur yang dibangun Telkom atau operator itu. Tadinya mungkin kebutuhan sekunder, sekarang menjadi primer. Konsistensi dalam investasi besar di infrastruktur digital itu akan makin cepat return-nya di masa pandemi ini," tuturnya dalam keterangan persnya di Jakarta Senin (1/2020).
Diharapkannya, walau ada pandemi, Telkom tetap konsisten menggelontorkan belanja modal besar membangun infrastruktur digital Mengingat pandemi telah mengubah perilaku masyarakat yang kian nyaman menggunakan teknologi digital.
“Kan sedih dengar Mendikbud dicurhati ibu-ibu gak ada akses internet untuk belajar dari rumah. Sekarang kan kelihatan infrastruktur digital yang menjangkau hingga desa ya punya Telkom. Ini akan membuat utilisasi infrastruktur yang dibangun akan maksimal," katanya.
Mengutip Laporan Keuangan Telkom untuk 2019, Total belanja modal Perseroan pada tahun 2019 tercatat sebesar Rp 36,59 triliun atau 27% dari total pendapatan.
Belanja modal tersebut terutama digunakan untuk meningkatkan kapabilitas digital dengan terus membangun infrastruktur broadband yang meliputi BTS 4G LTE, jaringan akses serat optik ke rumah, jaringan backbone serat optik bawah laut dan terestrial, serta sebagian juga untuk keperluan bisnis menara.
“Kalau dilihat lima tahun ke belakang selalu belanja modal Telkom itu alokasinya sekitar 25% dari total pendapatan. Keberanian mengalokasikan belanja modal yang besar ini menjadikan Telkom berada pada jalur yang tepat untuk menjadi Digital Telecommunication Company,”pungkasnya.
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada menyatakan, jika melihat kinerja Telkom di 2019 membuktikan “jargon” bisnis Halo-halo itu sudah sunset hal yang salah.
tulis komentar anda