Stopcov.id Platform Gerakan Kolaborasi Berbasis Analisa Data
Minggu, 19 April 2020 - 14:34 WIB
JAKARTA - Terhitung sejak 17 Maret 2020, Pemerintah Indonesia telah menetapkan status bencana non alam terhadap wabah penyakit virus corona Covid-19.
Berbagai pihak baik dari Pemerintah, swasta, dan organisasi masing-masing melakukan upaya untuk mengatasi pandemi ini. Namun, banyak upaya tersebut saling tumpang-tindih sehingga menghasilkan dampak yang kurang maksimal. Diperlukan kolaborasi yang lebih baik antara seluruh pihak untuk dapat mengatasi wabah Covid-19 secara lebih efektif.
Faktor kurangnya data valid mengenai keadaan di lapangan seperti data kebutuhan alat kesehatan, data diagnosis pasien, dan data lainnya menyebabkan seluruh pihak mengalami kesulitan dalam memberikan solusi yang tepat sasaran.
Menyikapi hal ini, Founder startup kesehatan ProSehat, dr. Gregorius Bimantoro bersama para praktisi teknologi kesehatan lain yang tergabung di Asosiasi Healthtech Indonesia (Healthtech.id) berinisiatif membuat platform gerakan stopcov, yang merupakan ruang temu tenaga, manajemen fasilitas, dan penyedia alat kesehatan untuk mengusahakan ketersediaan logistik kesehatan, data diagnosis pasien, dan data terkait lainnya.
Solusi yang ditawarkan stopcov. antara lain mengumpulkan data valid mengenai berbagai sumber permasalahan yang perlu diatasi berkaitan dengan wabah Covid-19, termasuk verifikasi dan analisa data. Hal ini dilakukan guna memberikan data dan analisis yang akurat bagi pengendalian Covid-19 yang efektif di Indonesia. Selain itu, ketumpangtindihan data turut disiasati dengan merangkul komunitas dan menghubungkan para pengembang dan penyedia aplikasi untuk integrasi data serta kolaborasi.
“Di tengah tersebarnya beragam data, aplikasi, inisiatif komunitas dan individu, serta informasi teknis medis, kami memfasilitasi tenaga medis, pemangku kepentingan, dan masyarakat agar dapat menggunakan informasi dan aplikasi yang tepat dalam upaya menghadapi Covid-19. Semua kami kumpulkan menjadi satu wadah di stopcov, dengan harapan pencari informasi dapat dengan cepat mempelajari dan memilih aplikasi yang tepat sesuai kebutuhannya,” ujar dr. Gregorius Bimantoro.
Berbagai pihak baik dari Pemerintah, swasta, dan organisasi masing-masing melakukan upaya untuk mengatasi pandemi ini. Namun, banyak upaya tersebut saling tumpang-tindih sehingga menghasilkan dampak yang kurang maksimal. Diperlukan kolaborasi yang lebih baik antara seluruh pihak untuk dapat mengatasi wabah Covid-19 secara lebih efektif.
Faktor kurangnya data valid mengenai keadaan di lapangan seperti data kebutuhan alat kesehatan, data diagnosis pasien, dan data lainnya menyebabkan seluruh pihak mengalami kesulitan dalam memberikan solusi yang tepat sasaran.
Menyikapi hal ini, Founder startup kesehatan ProSehat, dr. Gregorius Bimantoro bersama para praktisi teknologi kesehatan lain yang tergabung di Asosiasi Healthtech Indonesia (Healthtech.id) berinisiatif membuat platform gerakan stopcov, yang merupakan ruang temu tenaga, manajemen fasilitas, dan penyedia alat kesehatan untuk mengusahakan ketersediaan logistik kesehatan, data diagnosis pasien, dan data terkait lainnya.
Solusi yang ditawarkan stopcov. antara lain mengumpulkan data valid mengenai berbagai sumber permasalahan yang perlu diatasi berkaitan dengan wabah Covid-19, termasuk verifikasi dan analisa data. Hal ini dilakukan guna memberikan data dan analisis yang akurat bagi pengendalian Covid-19 yang efektif di Indonesia. Selain itu, ketumpangtindihan data turut disiasati dengan merangkul komunitas dan menghubungkan para pengembang dan penyedia aplikasi untuk integrasi data serta kolaborasi.
“Di tengah tersebarnya beragam data, aplikasi, inisiatif komunitas dan individu, serta informasi teknis medis, kami memfasilitasi tenaga medis, pemangku kepentingan, dan masyarakat agar dapat menggunakan informasi dan aplikasi yang tepat dalam upaya menghadapi Covid-19. Semua kami kumpulkan menjadi satu wadah di stopcov, dengan harapan pencari informasi dapat dengan cepat mempelajari dan memilih aplikasi yang tepat sesuai kebutuhannya,” ujar dr. Gregorius Bimantoro.
(wbs)
tulis komentar anda