Taklukkan Jakarta-Lombok, 7 Wanita Ini Pakai Kawasaki ER6 dan N650
A
A
A
SERPONG - Tujuh srikandi dari Women on Wheels Indonesia (WOWI) yang akan touring dari Jakarta menuju Lombok dipilih dengan kriteria khusus. Sebab motor yang dipakai bukan sembarangan, tapi motor gede (moge) berkubikasi di atas 400cc.
"Kami akan pakai Kawasaki dan Yamaha. Kawasaki meminjamkan ER6 dan N650, sementara Yamaha pakai motor baru yang bahkan belum launching di sini," ujar Ketua Women on Wheels Indonesia (WOWI) Inge Widjaja di Serpong, Tangerang, Rabu (15/4/2015).
Agar perjalanan aman dan menyenangkan, para wanita pemberani tersebut tidak jalan sendiri. Mereka tetap mendapat pengawalan dari Voorijder. Kendati demikian mereka menolak hal ini sebagai bentuk keistimewaan, atau bahkan arogansi moge di jalan umum.
"Tujuan pengawalan bukan hanya untuk kenyamanan dan keselamatan biker, juga masyarakat. Dan bukan eksklusifitas tapi kita perlu tepat waktu agar on time sesuai jadwal. Kami tegaskan tujuan touring justru ingin menghapus kesan arogan yang selama ini melekat di moge," imbuhnya.
Senada dengan Inge, Ketua Panitia IWBW Shirley Wenas menambahkan, kegiatan touring yang dilaksanakan untuk memeriahkan acara Indonesian Women Bike Week (IWBW) di Lombok, pada 15-16 Mei 2015 mendatang bukan sekadar jalan-jalan. Tapi ada misi sosial yang diemban, yaitu mengangkat pengrajin batik dan tenun. (Baca juga: Tujuh Women on Wheels Indonesia Touring Jakarta-Lombok).
"Budaya industri menengah kebawah belum terangkat. Anak mereka dari kecil dididik menjadi penenun tapi buyer membeli murah. Kasihan. Dari segi bikers, kami ingin menghapus kata-kata arogan, seperti 'moge orang kaya, banyak uang, hanya hura-hura'. Padahal kami ingin membangun bangsa," pungkasnya.
"Kami akan pakai Kawasaki dan Yamaha. Kawasaki meminjamkan ER6 dan N650, sementara Yamaha pakai motor baru yang bahkan belum launching di sini," ujar Ketua Women on Wheels Indonesia (WOWI) Inge Widjaja di Serpong, Tangerang, Rabu (15/4/2015).
Agar perjalanan aman dan menyenangkan, para wanita pemberani tersebut tidak jalan sendiri. Mereka tetap mendapat pengawalan dari Voorijder. Kendati demikian mereka menolak hal ini sebagai bentuk keistimewaan, atau bahkan arogansi moge di jalan umum.
"Tujuan pengawalan bukan hanya untuk kenyamanan dan keselamatan biker, juga masyarakat. Dan bukan eksklusifitas tapi kita perlu tepat waktu agar on time sesuai jadwal. Kami tegaskan tujuan touring justru ingin menghapus kesan arogan yang selama ini melekat di moge," imbuhnya.
Senada dengan Inge, Ketua Panitia IWBW Shirley Wenas menambahkan, kegiatan touring yang dilaksanakan untuk memeriahkan acara Indonesian Women Bike Week (IWBW) di Lombok, pada 15-16 Mei 2015 mendatang bukan sekadar jalan-jalan. Tapi ada misi sosial yang diemban, yaitu mengangkat pengrajin batik dan tenun. (Baca juga: Tujuh Women on Wheels Indonesia Touring Jakarta-Lombok).
"Budaya industri menengah kebawah belum terangkat. Anak mereka dari kecil dididik menjadi penenun tapi buyer membeli murah. Kasihan. Dari segi bikers, kami ingin menghapus kata-kata arogan, seperti 'moge orang kaya, banyak uang, hanya hura-hura'. Padahal kami ingin membangun bangsa," pungkasnya.
(dol)