Telkom Imbau Developer Siapkan Instalasi Kabel Fiber
A
A
A
DI tengah arus persaingan global dan digitalisasi, kemampuan suatu negara untuk menarik investor sangatlah penting. Untuk bisa menarik para penanam modal yang bisa menggerakan roda perekonomian ini, para analyst menggunakan berbagai indikator competitiveness suatu negara. Salah satunya adalah kesiapan infrastruktur teknologi informasi yang oleh World Economic Forum diukur dengan Networked Readiness Index (NRI).
Pada tahun 2014 dengan menggunakan penilaian NRI, Indonesia berada di peringkat ke-64 atau pada kategori menengah. NRI mengukur bagaimana negara-negara memanfaatkan Information and Communication Technology (ICT). Empat komponen utama yang diukur adalah lingkungan ICT (industri, politik, regulasi dan infrastruktur), kesiapan stakeholder utama (individu, bisnis dan pemerintahan) di suatu negara, penggunaan ICT oleh ketiga stakeholder utama tersebut dan dampak ICT terhadap aspek sosial dan ekonomi. Posisi Indonesia masih di bawah negara-negara di Asia Pacific seperti China, Malaysia, Jepang dan Korea Selatan.
Pemerataan juga menjadi faktor penting dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia. Adanya kesenjangan atau yang dikenal dengan istilah digital divide akan menghambat peluang pertumbuhan secara nasional. Penetrasi fixed broadband di Indonesia masih rendah, 5% dari total jumlah rumah tangga dan masih terkonsentrasi di pulau Jawa dan Sumatera. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, Telkom berkomitmen memajukan ICT di Indonesia, untuk mengatasi digital divide baik dari aspek infrastruktur maupun aspek pemanfaatan ICT untuk meningkatkan produktivitas.
Upaya yang dilakukan Telkom adalah menggelar backbone fiber optik sepanjang 400 kilometer di jalur tengah Aceh. Di ujung timur, Telkom menggelar infrastruktur serat optik yang membentang dari Maluku hingga Papua yang disebut Maluku Cable System (MCS). MCS bagian dari program pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Sulawesi Maluku Papua Cable System sepanjang 5.444 KM kabel laut dan 655 KM kabel darat. Secara keseluruhan Telkom telah menggelar fiber optic backbone di seluruh Indonesia sepanjang 76.000 KM.
Untuk menghubungkan backbone yang sudah sangat kuat ini, Telkom masih punya pekerjaan rumah yakni menghubungkan fasilitas Internet fiber super high-speed tersebut dengan rumah-rumah pelanggan. Dalam mewujudkan misi mulia ini, Telkom berkomitmen untuk menyambungkan 3 juta rumah dengan jaringan Fiber to The Home (FTTH) atau biasa dikenal 100% fiber pada tahun 2015 ini. Tentu saja Telkom tidak bisa sendirian dalam membantu masyarakat agar bisa menikmati Internet Fiber super cepat seperti di negara-negara maju ini. Salah satunya, Telkom membutuhkan dukungan dari para developer atau pengembang untuk juga memudahkan pembangungan fiber optic last mile ke rumah pelanggan.
Direktur Consumer Service Telkom, Dian Rachmawan menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para pengembang yang sudah mempersilakan Telkom menarik fiber optic di cluster-cluster perumahan mereka. Menurut Dian dengan demikian maka para developer tersebut telah ikut memperkuat daya saing Indonesia dan memberikan kenyamanan yang maksimal kepada pelanggan. “Kita sudah masuk ke era broadband Internet dan broadband Internet itu ya fiber. Di Hong Kong dan negara-negara maju, pelanggan sudah bisa menikmati 300 Mbps lewat fiber dan Telkom akan mewujudkan itu,” jelasnya.
Bentuk dukungan lain dari pengembang dalam menyediakan Internet fiber kepada pelanggan adalah dengan menyiapkan Instalasi Kabel Rumah (IKR) yang sudah fiber ready. Artinya, bila selama ini para pengembangan menyediakan instalasi listrik, Dian mengimbau dan mengajak para pengembang untuk juga menyiapkan instalasi fiber optic sehingga mempercepat tersedianya layanan Internet fiber ke rumah pelanggan.
“Daripada menyediakan instalasi tembaga untuk Internet, lebih baik langsung saja instalasi fiber karena masa depan internet broadband adalah fiber yang sudah terbukti cepat, handal dan akan bertahan puluhan tahun ke depan baik secara teknologi maupun ketahanan,” terangnya.
Lebih lanjut, Dian menjelaskan, bahwa Telkom sangat berkomitmen menggelar fiber sampai ke rumah pelanggan. Hal ini dibuktikan Telkom dengan menyiapkan backbone dan feeder yang saat ini sudah siap untuk menjangkau 13,2 juta rumah. Telkom juga bersedia menyediakan bantuan konsultasi teknis gratis bagi developer yang akan menyediakan IKR fiber.
“Rekan-rekan Telkom di kantor wilayah masing-masing akan dengan senang hati membantu developer. Kami sudah stop copper, sekarang sudah eranya fiber. Tentunya pelanggan pun akan senang bila rumah yang mereka beli sudah siap dengan instalasi fiber dan hal ini akan menambah nilai jual rumah mereka,” tandas Dian.
Pada tahun 2014 dengan menggunakan penilaian NRI, Indonesia berada di peringkat ke-64 atau pada kategori menengah. NRI mengukur bagaimana negara-negara memanfaatkan Information and Communication Technology (ICT). Empat komponen utama yang diukur adalah lingkungan ICT (industri, politik, regulasi dan infrastruktur), kesiapan stakeholder utama (individu, bisnis dan pemerintahan) di suatu negara, penggunaan ICT oleh ketiga stakeholder utama tersebut dan dampak ICT terhadap aspek sosial dan ekonomi. Posisi Indonesia masih di bawah negara-negara di Asia Pacific seperti China, Malaysia, Jepang dan Korea Selatan.
Pemerataan juga menjadi faktor penting dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia. Adanya kesenjangan atau yang dikenal dengan istilah digital divide akan menghambat peluang pertumbuhan secara nasional. Penetrasi fixed broadband di Indonesia masih rendah, 5% dari total jumlah rumah tangga dan masih terkonsentrasi di pulau Jawa dan Sumatera. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, Telkom berkomitmen memajukan ICT di Indonesia, untuk mengatasi digital divide baik dari aspek infrastruktur maupun aspek pemanfaatan ICT untuk meningkatkan produktivitas.
Upaya yang dilakukan Telkom adalah menggelar backbone fiber optik sepanjang 400 kilometer di jalur tengah Aceh. Di ujung timur, Telkom menggelar infrastruktur serat optik yang membentang dari Maluku hingga Papua yang disebut Maluku Cable System (MCS). MCS bagian dari program pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Sulawesi Maluku Papua Cable System sepanjang 5.444 KM kabel laut dan 655 KM kabel darat. Secara keseluruhan Telkom telah menggelar fiber optic backbone di seluruh Indonesia sepanjang 76.000 KM.
Untuk menghubungkan backbone yang sudah sangat kuat ini, Telkom masih punya pekerjaan rumah yakni menghubungkan fasilitas Internet fiber super high-speed tersebut dengan rumah-rumah pelanggan. Dalam mewujudkan misi mulia ini, Telkom berkomitmen untuk menyambungkan 3 juta rumah dengan jaringan Fiber to The Home (FTTH) atau biasa dikenal 100% fiber pada tahun 2015 ini. Tentu saja Telkom tidak bisa sendirian dalam membantu masyarakat agar bisa menikmati Internet Fiber super cepat seperti di negara-negara maju ini. Salah satunya, Telkom membutuhkan dukungan dari para developer atau pengembang untuk juga memudahkan pembangungan fiber optic last mile ke rumah pelanggan.
Direktur Consumer Service Telkom, Dian Rachmawan menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para pengembang yang sudah mempersilakan Telkom menarik fiber optic di cluster-cluster perumahan mereka. Menurut Dian dengan demikian maka para developer tersebut telah ikut memperkuat daya saing Indonesia dan memberikan kenyamanan yang maksimal kepada pelanggan. “Kita sudah masuk ke era broadband Internet dan broadband Internet itu ya fiber. Di Hong Kong dan negara-negara maju, pelanggan sudah bisa menikmati 300 Mbps lewat fiber dan Telkom akan mewujudkan itu,” jelasnya.
Bentuk dukungan lain dari pengembang dalam menyediakan Internet fiber kepada pelanggan adalah dengan menyiapkan Instalasi Kabel Rumah (IKR) yang sudah fiber ready. Artinya, bila selama ini para pengembangan menyediakan instalasi listrik, Dian mengimbau dan mengajak para pengembang untuk juga menyiapkan instalasi fiber optic sehingga mempercepat tersedianya layanan Internet fiber ke rumah pelanggan.
“Daripada menyediakan instalasi tembaga untuk Internet, lebih baik langsung saja instalasi fiber karena masa depan internet broadband adalah fiber yang sudah terbukti cepat, handal dan akan bertahan puluhan tahun ke depan baik secara teknologi maupun ketahanan,” terangnya.
Lebih lanjut, Dian menjelaskan, bahwa Telkom sangat berkomitmen menggelar fiber sampai ke rumah pelanggan. Hal ini dibuktikan Telkom dengan menyiapkan backbone dan feeder yang saat ini sudah siap untuk menjangkau 13,2 juta rumah. Telkom juga bersedia menyediakan bantuan konsultasi teknis gratis bagi developer yang akan menyediakan IKR fiber.
“Rekan-rekan Telkom di kantor wilayah masing-masing akan dengan senang hati membantu developer. Kami sudah stop copper, sekarang sudah eranya fiber. Tentunya pelanggan pun akan senang bila rumah yang mereka beli sudah siap dengan instalasi fiber dan hal ini akan menambah nilai jual rumah mereka,” tandas Dian.
(dmd)