10.000 Kaum Profesional TI Melirik Adopsi Hybrid Cloud
A
A
A
JAKARTA - EMC Corporation mempublikasikan temuan dari studi global, yang melibatkan 10.451 pembuat keputusan bisnis Teknologi Informasi (TI) di 33 negara. Studi tersebut mengungkapkan, peningkatan adopsi cloud computing secara global.
Dari studi yang dilakukan oleh Vanson Bourne, mayoritas responden mengatakan hybrid cloud adalah pilihan mereka. Alasannya adalah agility dan keamanan yang lebih baik.
Para responden yakin, bahwa TI merupakan pendorong bisnis untuk saat ini dibandingkan sebelumnya, namun pengeluaran menjadi tidak terkendali. Untuk membantu pertumbuhan bisnis, kebanyakan responden yakin TI harus bersikap seperti in-house broker dari layanan on-demand.
President Products and Marketing, EMC Corporation, Jeremy Burton mengemukakan, TI perusahaan akan terus berada di bawah tekanan besar untuk meningkatkan kualitas layanan serta mengurangi biaya. Hasilnya, perusahaan bergerak menuju tingkat infrastruktur TI yang lebih maju didorong oleh inovasi seperti hybrid cloud.
"Kami berharap penyerapan ini akan berlanjut di 2015 karena perusahaan mencari layanan otomatis, lebih cerdas dan lebih aman," ujarnya melalui surat elektronik kepada Sindonews, Selasa (17/3/2015).
Sementara itu, Senior Vice President, Global Solutions, EMC Corporation, Josh Kahn menuturkan, negara-negara dengan lansekap TI yang lebih maju memiliki resiko lebih rendah dan memiliki tingkat adopsi tertinggi. Sementara pasar berkembang lebih berhati-hati, saat mereka mengeksplorasi dampak yang ditimbulkan cloud pada bisnis lokal mereka saat ini dan di masa depan.
"Hybrid Cloud akan sangat popular di pasar berkembang untuk alasan tersebut. Perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dari menggunakan cloud, dan mereka tetap dapat menjaga kendali dan kerahasiaan data mereka," ungkapnya.
Semakin pentingnya hybrid cloud dan otomatisasi. Tentu ini menjadi sorotan dalam hal otomatisasi dan inovasi seperti hybrid cloud. Adopsi Hybrid Cloud telah tumbuh sebanyak 9% sejak 2013, dengan pemakaian di seluruh dunia sebanyak 27%.
Wilayah Timur Tengah dan Afrika adalah yang tertinggi dalam adopsi hybrid cloud (28%) diikuti Amerika Latin (24%) dan Asia Pasifik dan Jepang (24%). Sekitar 2/3 responden global (64%) menyatakan, membutuhkan hybrid cloud karena agility dan keamanan yang ditawarkannya. Sebanyak 74% responden yakin bahwa meningkatkan otomatisasi dalam infrastruktur mereka penting untuk pertumbuhan bisnis.
Pasar negara maju dengan ekonomi TI yang lebih maju memimpin dalam hal adopsi cloud, semantara pasar negara berkembang cenderung menghindari resiko dengan tingkat penerapan cloud yang lebih rendah secara keseluruhan.
Namun, pasar berkembang lebih positif tentang departemen TI dan hybrid cloud 79% responden, mengatakan mereka mengharapkan keuntungan kompetitif dari megatrend seperti cloud, mobile, social, big data (versus 75% dari negara maju). Sebanyak 67% menganggap penggabungan private cloud dan public cloud akan meningkatkan keamanan dan agility (versus 60% dari negara maju)
Dari studi yang dilakukan oleh Vanson Bourne, mayoritas responden mengatakan hybrid cloud adalah pilihan mereka. Alasannya adalah agility dan keamanan yang lebih baik.
Para responden yakin, bahwa TI merupakan pendorong bisnis untuk saat ini dibandingkan sebelumnya, namun pengeluaran menjadi tidak terkendali. Untuk membantu pertumbuhan bisnis, kebanyakan responden yakin TI harus bersikap seperti in-house broker dari layanan on-demand.
President Products and Marketing, EMC Corporation, Jeremy Burton mengemukakan, TI perusahaan akan terus berada di bawah tekanan besar untuk meningkatkan kualitas layanan serta mengurangi biaya. Hasilnya, perusahaan bergerak menuju tingkat infrastruktur TI yang lebih maju didorong oleh inovasi seperti hybrid cloud.
"Kami berharap penyerapan ini akan berlanjut di 2015 karena perusahaan mencari layanan otomatis, lebih cerdas dan lebih aman," ujarnya melalui surat elektronik kepada Sindonews, Selasa (17/3/2015).
Sementara itu, Senior Vice President, Global Solutions, EMC Corporation, Josh Kahn menuturkan, negara-negara dengan lansekap TI yang lebih maju memiliki resiko lebih rendah dan memiliki tingkat adopsi tertinggi. Sementara pasar berkembang lebih berhati-hati, saat mereka mengeksplorasi dampak yang ditimbulkan cloud pada bisnis lokal mereka saat ini dan di masa depan.
"Hybrid Cloud akan sangat popular di pasar berkembang untuk alasan tersebut. Perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dari menggunakan cloud, dan mereka tetap dapat menjaga kendali dan kerahasiaan data mereka," ungkapnya.
Semakin pentingnya hybrid cloud dan otomatisasi. Tentu ini menjadi sorotan dalam hal otomatisasi dan inovasi seperti hybrid cloud. Adopsi Hybrid Cloud telah tumbuh sebanyak 9% sejak 2013, dengan pemakaian di seluruh dunia sebanyak 27%.
Wilayah Timur Tengah dan Afrika adalah yang tertinggi dalam adopsi hybrid cloud (28%) diikuti Amerika Latin (24%) dan Asia Pasifik dan Jepang (24%). Sekitar 2/3 responden global (64%) menyatakan, membutuhkan hybrid cloud karena agility dan keamanan yang ditawarkannya. Sebanyak 74% responden yakin bahwa meningkatkan otomatisasi dalam infrastruktur mereka penting untuk pertumbuhan bisnis.
Pasar negara maju dengan ekonomi TI yang lebih maju memimpin dalam hal adopsi cloud, semantara pasar negara berkembang cenderung menghindari resiko dengan tingkat penerapan cloud yang lebih rendah secara keseluruhan.
Namun, pasar berkembang lebih positif tentang departemen TI dan hybrid cloud 79% responden, mengatakan mereka mengharapkan keuntungan kompetitif dari megatrend seperti cloud, mobile, social, big data (versus 75% dari negara maju). Sebanyak 67% menganggap penggabungan private cloud dan public cloud akan meningkatkan keamanan dan agility (versus 60% dari negara maju)
(dyt)