Ada Kejanggalan di Kasus IM2-Indosat

Selasa, 24 Februari 2015 - 16:42 WIB
Ada Kejanggalan di Kasus...
Ada Kejanggalan di Kasus IM2-Indosat
A A A
JAKARTA - Kasus kerja sama antara PT Indosat Tbk dan Indosat Mega Media 2 (IM2), yang menjerat mantan direktur utamanya, Indar Atmanto membuat dugaan banyak kejanggalan. Salah satunya adalah pengabaian dua surat Menkominfo.

Pejabat yang berwenang, sesuai UU Telekomunikasi, menilai ada-tidaknya pelanggaran di sektor telekomunikasi. Dalam suratnya menegaskan, tidak ada undang-undang dan peraturan pelaksanaan terlanggar.

Direktur Eksekutif LBH Pers Indonesia, Nawawi Bahrudin, menyebutkan banyak kejanggalan dalam kasus IM2 dan IA a.l. Majelis Hakim juga mengesampingkan penilaian Menkominfo, sebagai pejabat negara yang bertanggung jawab pada sektor telekomunikasi.

"Dalam menentukan ada tidaknya PMH (Perbuatan Melawan Hukum), majelis sama sekali mengabaikan Menkominfo sebagai pejabat Negara yang berdasar Undang-Undang, dinyatakan sebagai pejabat yang berwenang dan bertanggug jawab di sektor telekomunikasi," ujarnya melalui surat elektronik kepada Sindonews, Selasa (24/2/2015).

Kemenkominfo telah mengeluarkan Surat Kemenkominfo No. 65/M.Kominfo/02/2012 tertanggal 24 Februari 2012 kepada Direktur Utama Indosat yang menegaskan bahwa kerja sama IM2 dan Indosat sudah sesuai ketentuan regulasi. Hal ini diperkuat Surat Kemenkominfo No. T684/M.Kominfo/KU.04.01/11/2012 pada 13 November 2012 kepada Jaksa Agung.

Pada kesempatan lain, dukungan kepada mantan Dirut IM2, juga disuarakan oleh pakar TIK Indonesia, Onno W. Purbo yang menyatakan, bahwa perbuatan Indar dalam menandatangani perjanjian kerja sama tentang Akses Internet Broadband melalui jaringan 3G/HSDPA Indosat sudah sesuai dengan peraturan perundangan pertelekomunikasian. Seperti dilakukan 300-an ISP (penyelenggara jasa internet) dan sangat menunjang perekonomian nasional.

Untuk itu, katanya Onno yang juga perintis jasa internet di Indonesia, membuat pernyataan bersama melalui petisi online change.org atau www.bebaskanIA.tk yang telah ditandatangani 36.489 masyarakat dalam dan luar negeri. Petisi ini meminta pemerintah memberikan kepastian hukum kepada ISP, dan membebaskan Indar Atmanto karena tidak ada peraturan dan perundang-undangan yang dilanggar.

"Investor khawatir dengan praktik kriminalisasi korporasi di sini, seperti yang menimpa IM2, Chevron, maupun Merpati.” tambah Onno.

Secara terpisah, dua organisasi internasional di bidang telekomunikasi yakni ITU (International Telecommunication Union) dan GSM Association, telah melayangkan kepada Presiden RI yang isinya menyatakan keprihatinannya layanan broadband internet yang lazim (common practice) di dunia yang di Indonesia malah dipermasalahkan.
(dyt)
Berita Terkait
Operasional IM2 Akan...
Operasional IM2 Akan Berhenti Total, Kominfo Minta Perhatikan Nasib Pelanggan
Terdampak Pandemi, Indosat...
Terdampak Pandemi, Indosat Rugi Rp457 Miliar di Kuartal III
Haloo! Indosat Bagi...
Haloo! Indosat Bagi Dividen Rp2,06 Triliun, BUMN Dapat Berapa?
4.000 Menara Indosat...
4.000 Menara Indosat Bakal Dijual, Masuk Tahap Awal Penjajakan
Kejagung Pamerkan Uang...
Kejagung Pamerkan Uang Rp5 Triliun Kasus Mega Korupsi PT Duta Palma
Dihajar COVID-19, Kinerja...
Dihajar COVID-19, Kinerja Indosat Ooredoo Diklaim Tetap Tumbuh
Berita Terkini
Apa Itu iPhone SIM Sticker?...
Apa Itu iPhone SIM Sticker? Kenali 5 Kekurangannya!
1 jam yang lalu
Cara Gunakan Aplikasi...
Cara Gunakan Aplikasi No Thanks untuk Mencari dan Memboikot Produk yang Pro Israel
2 jam yang lalu
Bye-bye China! Demi...
Bye-bye China! Demi Hindari Petaka Tarif Trump, Apple Bikin iPhone di India dan iPad di Vietnam
8 jam yang lalu
Stasiun Radio Australia...
Stasiun Radio Australia Tipu' Pendengar Pakai Host AI
21 jam yang lalu
Apple Tunggu Tangan...
Apple Tunggu Tangan Robot untuk Pindahkan iPhone dari China
1 hari yang lalu
Mencekam! Badai Pasir...
Mencekam! Badai Pasir dari 9 Negara Arab Bergeser Menerjang Israel
1 hari yang lalu
Infografis
Sejumlah Pabrik di China...
Sejumlah Pabrik di China Mulai Stop Produksi Akibat Tarif AS
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved