Ini Alasan iPhone 6 Tidak Gunakan Layar Safir
A
A
A
CALIFORNIA - iPhone 6 seharusnya memiliki layar safir, tapi beberapa masalah menghalangi hal ini batal dilakukan dan hal ini akhirnya terungkap.
Dikutip dari TheVerge, Jumat (21/11/2014), pemasok layar safir GT Advanced Technologies yang mengalami kebangkrutan, sehingga sempat dikabarkan hubungan kedua perusahaan pecah berulang kali hingga sampai akhirnya terputus.
Wall Street Journal menceritakan secara rinci penyebab rusaknya hubungan kedua perusahaan ini, mulai dari hampir hilangnya 500 batu safir senilai ratusan ribu dolar.
Selain itu, sempat ada akejadian di mana 700 orang GT yang dipekerjakan untuk proyek tersebut, banyak dari mereka yang mengalami luka-luka.
Kondisi ini semakin diperparah dengan tiga hari sebelum GT menandatangani kesepakatan dengan Apple, dengan nilai produksi 578 pound batu safir. Kenyataannya, tidak satu pun yang dapat digunakan.
Kejadian tersebut pada dasarnya berawal karena Tim Cook bersama timnya di Cupertino, menuntut kualitas tinggi dan harga rendah. Sehingga membuatnya sulit menemukan mitra.
Prospek cemerlang dari membuat sejumlah besar safir untuk Apple, membuat GT sulit melewatkan kesempatan itu. Meskipun pengalaman dan ketidakmampuan yang dimilikinya, yang kemudian memakasa perusahaan menguras investasi hampir sebesar USD1 miliar atau sekitar Rp12,15 triliun.
Apple dan GT bekerja sama membantu masalah finansial GT, sayang semua itu terlambat. Sehingga GT terpaksa mengalami kebangkrutan dua minggu usai iPhone 6 dirilis. Dan ponsel anyar Apple itu pun "terpaksa" dirilis tanpa menggunakan layar safir.
Dalam pengadilan terkait masalah kebangkrutan tersebut, kedua perusahaan saling menyalahkan atas kegagalan ini.
Tapi menurut versi cerita GT, ada indikasi bahwa Apple tidak dapat menemukan cara mudah untuk membuat salah satu bahan yang paling sulit di bumi itu.
Dikutip dari TheVerge, Jumat (21/11/2014), pemasok layar safir GT Advanced Technologies yang mengalami kebangkrutan, sehingga sempat dikabarkan hubungan kedua perusahaan pecah berulang kali hingga sampai akhirnya terputus.
Wall Street Journal menceritakan secara rinci penyebab rusaknya hubungan kedua perusahaan ini, mulai dari hampir hilangnya 500 batu safir senilai ratusan ribu dolar.
Selain itu, sempat ada akejadian di mana 700 orang GT yang dipekerjakan untuk proyek tersebut, banyak dari mereka yang mengalami luka-luka.
Kondisi ini semakin diperparah dengan tiga hari sebelum GT menandatangani kesepakatan dengan Apple, dengan nilai produksi 578 pound batu safir. Kenyataannya, tidak satu pun yang dapat digunakan.
Kejadian tersebut pada dasarnya berawal karena Tim Cook bersama timnya di Cupertino, menuntut kualitas tinggi dan harga rendah. Sehingga membuatnya sulit menemukan mitra.
Prospek cemerlang dari membuat sejumlah besar safir untuk Apple, membuat GT sulit melewatkan kesempatan itu. Meskipun pengalaman dan ketidakmampuan yang dimilikinya, yang kemudian memakasa perusahaan menguras investasi hampir sebesar USD1 miliar atau sekitar Rp12,15 triliun.
Apple dan GT bekerja sama membantu masalah finansial GT, sayang semua itu terlambat. Sehingga GT terpaksa mengalami kebangkrutan dua minggu usai iPhone 6 dirilis. Dan ponsel anyar Apple itu pun "terpaksa" dirilis tanpa menggunakan layar safir.
Dalam pengadilan terkait masalah kebangkrutan tersebut, kedua perusahaan saling menyalahkan atas kegagalan ini.
Tapi menurut versi cerita GT, ada indikasi bahwa Apple tidak dapat menemukan cara mudah untuk membuat salah satu bahan yang paling sulit di bumi itu.
(dyt)