Transportasi dan Sarana Publik di Tangan AdPoint Bisa Lebih Keren
A
A
A
JAKARTA - Dunia periklanan di Indonesia kian berkembang, bahkan transportasi publik seperti bus, kereta dan pesawat dimanfaatkan sebagai lini bisnis lain.
Di tengah perkembangan digital, di mana masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melihat smartphone, ada media-media baru yang semakin diminati, seperti alat transportasi umum, fasilitas umum, bahkan fasilitas pribadi yang sering dipakai di tempat-tempat umum.
Demikian diungkapkan oleh Dodit Waluyo Jati, CEO AdPoint, startup yang fokus mengembangkan platform mempertemukan pemilik media iklan dan pemilik brand. Menurutnya, hasil penelitian, ada tren disrupsi media iklan yang memanfaatkan berbagai fasilitas publik dan transportasi umum untuk dijadikan media iklan. Seperti transportasi umum Commuter Line, MRT hingga stasiun saat ini sudah dipenuhi dengan iklan.
Berdasarkan data pasar potensial (potential market) di kawasan ASEAN terdapat 450 ribu unit mobil, dan 2,4 juta kendaraan publik yang dapat digunakan sebagai media advertising. Dalam model bisnis ini pemilik kendaraan tidak hanya memanfaatkan jasa transportasi, tapi juga income dari media advertising.
Hal tersebut diungkapkan Chief Operating Officer (COO) AdPoint, Kwarta Citra Rachmilliza. Dia menyebutkan banyak space yang bisa dimanfaatkan media advertising. Selain fasilitas umum dan tempat strategis, kendaraan dan transportasi massal pun bisa dimaksimalkan. Apalagi teknologi saat ini makin berkembang dengan hadirnya Artificial Intelligence (AI).
"Melalui teknologi AI kita bisa mengenal karakter dan minat penumpang dengan meng-capture orang-orang sekitar. Teknologi kecerdasan buatan akan mengidentifikasi, apakah dia pria atau wanita, usianya berapa dan sebagainya," kata Kwarta di Jakarta.
Dia menuturkan, untuk saat ini memang belum sampai ke sana. Namun, perusahaan akan mengembangkan teknologi kecerdasan buatan ini melalui biometrik pada media advertising videotron. "Semisal, jika suhu panas akan muncul iklan ice cream. Bila hujan keluar iklan jaket muncul. Ini inovasi yang bagus dan memiliki potensi besar," katanya.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Adpoint Dodit Waluyo memaparkan, dalam layanannya AdPoint memberikan kemudahan bagi pengiklan melalui aplikasi. Media iklan out-of-home (OOH), terutama videotron akan menjadi pilihan di masa mendatang.
"Alasannya, karena memiliki berbagai keunggulan, seperti karakter audiens yang terpapar hingga mudah dimonitor. Melalui AdPoint merek juga semakin mudah memilih titik media yang tepat untuk menyasar konsumen,” ujarnya.
Diketahui, AdPoint merupakan marketplace yang mempertemukan antara merek dengan pengelola media iklan out-of-home. Saat ini, sudah ada 1.000 titik media iklan yang ditawarkan AdPoint, mulai dari billboard, videotron, stasiun, gerbong KCJ, bandara, bus, taksi, dan lainnya.
AdPoint menyajikan kombinasi menarik antara teknologi, data dan hiburan. Banyak pihak bisa terakomodir di dalamnya mulai dari industri media, transportasi dan lainnya. Inovasi yang ditawarkan AdPoint adalah kecepatan dan akurasi data yang dibutuhkan untuk kemajuan bisnis.
"Para pengelola merek cukup registrasi di aplikasi AdPoint, kemudian memilih lokasi, membayar, dan tayang. Kami akan memberikan bukti tayang secara real time ke pengiklan. Tahun depan kami akan menambah jumlah titik media hingga dua kali lipat. Kami juga membuka peluang bisnis di Singapura,” ujar Dodit.
Sementara itu, Kwarta Citra Rachmiliza, COO AdPoint, menambahkan, platform AdPoint menawarkan transparansi, sehingga menutup gap mengenai informasi harga, siapa viewer-nya. Selain itu, AdPoint juga menawarkan managemen konten yang disajikan lebih tepat dengan target audiens.
"Kami akan gunakan AI untuk mengetahui berapa orang yang lewat, laki-laki atau perempuan, hingga usianya berapa," jelas Kwarta.
Kwarta menambahkan, di AdPoint saat ini telah tersedia 1.000 titik iklan, mulai dari radio, billboard, bioskop, bandara, videotron hingga kendaraan pribadi. Dengan perkembangan tren iklan luar ruangan, AdPoint menargetkan penambahan 2.000-3.000 titik iklan.
Di tengah perkembangan digital, di mana masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melihat smartphone, ada media-media baru yang semakin diminati, seperti alat transportasi umum, fasilitas umum, bahkan fasilitas pribadi yang sering dipakai di tempat-tempat umum.
Demikian diungkapkan oleh Dodit Waluyo Jati, CEO AdPoint, startup yang fokus mengembangkan platform mempertemukan pemilik media iklan dan pemilik brand. Menurutnya, hasil penelitian, ada tren disrupsi media iklan yang memanfaatkan berbagai fasilitas publik dan transportasi umum untuk dijadikan media iklan. Seperti transportasi umum Commuter Line, MRT hingga stasiun saat ini sudah dipenuhi dengan iklan.
Berdasarkan data pasar potensial (potential market) di kawasan ASEAN terdapat 450 ribu unit mobil, dan 2,4 juta kendaraan publik yang dapat digunakan sebagai media advertising. Dalam model bisnis ini pemilik kendaraan tidak hanya memanfaatkan jasa transportasi, tapi juga income dari media advertising.
Hal tersebut diungkapkan Chief Operating Officer (COO) AdPoint, Kwarta Citra Rachmilliza. Dia menyebutkan banyak space yang bisa dimanfaatkan media advertising. Selain fasilitas umum dan tempat strategis, kendaraan dan transportasi massal pun bisa dimaksimalkan. Apalagi teknologi saat ini makin berkembang dengan hadirnya Artificial Intelligence (AI).
"Melalui teknologi AI kita bisa mengenal karakter dan minat penumpang dengan meng-capture orang-orang sekitar. Teknologi kecerdasan buatan akan mengidentifikasi, apakah dia pria atau wanita, usianya berapa dan sebagainya," kata Kwarta di Jakarta.
Dia menuturkan, untuk saat ini memang belum sampai ke sana. Namun, perusahaan akan mengembangkan teknologi kecerdasan buatan ini melalui biometrik pada media advertising videotron. "Semisal, jika suhu panas akan muncul iklan ice cream. Bila hujan keluar iklan jaket muncul. Ini inovasi yang bagus dan memiliki potensi besar," katanya.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Adpoint Dodit Waluyo memaparkan, dalam layanannya AdPoint memberikan kemudahan bagi pengiklan melalui aplikasi. Media iklan out-of-home (OOH), terutama videotron akan menjadi pilihan di masa mendatang.
"Alasannya, karena memiliki berbagai keunggulan, seperti karakter audiens yang terpapar hingga mudah dimonitor. Melalui AdPoint merek juga semakin mudah memilih titik media yang tepat untuk menyasar konsumen,” ujarnya.
Diketahui, AdPoint merupakan marketplace yang mempertemukan antara merek dengan pengelola media iklan out-of-home. Saat ini, sudah ada 1.000 titik media iklan yang ditawarkan AdPoint, mulai dari billboard, videotron, stasiun, gerbong KCJ, bandara, bus, taksi, dan lainnya.
AdPoint menyajikan kombinasi menarik antara teknologi, data dan hiburan. Banyak pihak bisa terakomodir di dalamnya mulai dari industri media, transportasi dan lainnya. Inovasi yang ditawarkan AdPoint adalah kecepatan dan akurasi data yang dibutuhkan untuk kemajuan bisnis.
"Para pengelola merek cukup registrasi di aplikasi AdPoint, kemudian memilih lokasi, membayar, dan tayang. Kami akan memberikan bukti tayang secara real time ke pengiklan. Tahun depan kami akan menambah jumlah titik media hingga dua kali lipat. Kami juga membuka peluang bisnis di Singapura,” ujar Dodit.
Sementara itu, Kwarta Citra Rachmiliza, COO AdPoint, menambahkan, platform AdPoint menawarkan transparansi, sehingga menutup gap mengenai informasi harga, siapa viewer-nya. Selain itu, AdPoint juga menawarkan managemen konten yang disajikan lebih tepat dengan target audiens.
"Kami akan gunakan AI untuk mengetahui berapa orang yang lewat, laki-laki atau perempuan, hingga usianya berapa," jelas Kwarta.
Kwarta menambahkan, di AdPoint saat ini telah tersedia 1.000 titik iklan, mulai dari radio, billboard, bioskop, bandara, videotron hingga kendaraan pribadi. Dengan perkembangan tren iklan luar ruangan, AdPoint menargetkan penambahan 2.000-3.000 titik iklan.
(wbs)