Drone Menjadi Solusi Peningkatan Produksi Pertanian
A
A
A
MAKIN trennya Internet of Think (IOT) membuat sejumlah pihak terus melakukan berbagai inovasi berbasis teknologi internet. Drone misalnya, kini bukan lagi hanya sebagai hobi, khususnya di dunia fotografi, tapi telah menjadi salah satu solusi penting sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan kehutanan.
Di sektor pertanian misalnya, drone sudah multifungsi. Alat itu bukan hanya untuk memotret kondisi lahan pertanian, menghitung luas areal persawahan atau ladang sayuran, tapi juga membantu perawatannya. Salah satunya sebagai media penyemaian benih tanaman, aplikasi pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit, serta memonitor dan menganalisis lahan-lahan tersebut.
“Drone adalah solusi penting di sektor pertanian berbasis teknologi internet. Awalnya mungkin sekadar hobi permainan pesawat kecil dan fotografi, tapi kemudian berkembang menjadi alat untuk mapping lokasi dan melihat luas perkebunan. Bahkan, kemudian dikembangkan lagi untuk penyemprotan tanaman menggunakan pestisida,” ujar Puguh Wahyoedi, Direktur PT Agri Rental Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang jasa aplikasi dan penyemprotan pestisida dengan teknologi drone.
Teknologi internet di sektor pertanian sendiri terus makin berkembang. Drone kini dikembangkan lagi menjadi alat untuk memonitor dan menganalisa lahan. Dalam tahap itu, drone bisa melihat populasi tanaman, memantau hama dan penyakit tanaman, serta untuk melihat kondisi air di areal tempat tumbuhnya tanaman-tanaman tersebut. “Untuk melakukan fungsi-fungsi analisa itu, drone tentunya dilengkapi kamera canggih berbasi RGB dan kamera multispectral,” ujar Puguh.
Menurut Puguh, untuk meningkatkan produksi, sektor pertanian sudah selayaknya bisa mengikuti perkembangan zaman. Apalagi, dukungan teknologi informasi saat ini sudah begitu besar. Karena itu, pemanfaatan teknologi menjadi hal yang sangat penting.
Teknologi drone, selain memangkas waktu, juga menghemat pemakaian air. Sebab, dengan penyemprotan menggunakan drone, petani atau pemilik lahan hanya butuh waktu satu jam untuk melakukan penyemprotan lahan seluas 1 hektare. Artinya, jika ada 3 hektare lahan, mereka hanya butuh satu hari untuk penyemprotan seluruh kawasan.
Sementara dengan cara konvensional, kata puguh, penyemprotan lahan baik pertanian maupun perkebunan bisa memakan waktu 4 hingga 5 jam per hektare. Jadi, jika mereka memiliki lahan seluas 3 hektare, penanganannya akan butuh waktu sekitar tiga hari.
“Di sinilah pentingnya pemahaman fungsi alat berteknologi bagi para petani atau pemilik lahan. Dan kami tidak sekadar menyewakan jasa penyemprotan dengan teknologi drone, juga memberikan edukasi kepada petani tentang perkembangan teknologi di sektor pertanian. Apalagi, visi kami adalah ingin memajukan pertanian Indonesia,” kata Puguh.
Tapi yang jelas, teknologi drone bukan hanya bisa dipakai di sektor pertanian seperti penyemprotan tanaman sayuran kubis, tomat, kentang, dan padi. Drone juga bisa digunakan untuk sektor perkebunan teh dan sawit, terutama dalam pengendalian hama dan penyakit. Sementara di sektor kehutanan biasanya digunakan pada pohon ekaliptus saat pengendalian gulma dan hama ulat gulung. Yang pasti, prinsip kerjanya relatif sama, yaitu tersedianya drone, remote control, dan RTK (Real Time Kinematic) yang memiliki kekuatan sinyal dalam radius 2 kilometer. (M Ridwan)
Di sektor pertanian misalnya, drone sudah multifungsi. Alat itu bukan hanya untuk memotret kondisi lahan pertanian, menghitung luas areal persawahan atau ladang sayuran, tapi juga membantu perawatannya. Salah satunya sebagai media penyemaian benih tanaman, aplikasi pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit, serta memonitor dan menganalisis lahan-lahan tersebut.
“Drone adalah solusi penting di sektor pertanian berbasis teknologi internet. Awalnya mungkin sekadar hobi permainan pesawat kecil dan fotografi, tapi kemudian berkembang menjadi alat untuk mapping lokasi dan melihat luas perkebunan. Bahkan, kemudian dikembangkan lagi untuk penyemprotan tanaman menggunakan pestisida,” ujar Puguh Wahyoedi, Direktur PT Agri Rental Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang jasa aplikasi dan penyemprotan pestisida dengan teknologi drone.
Teknologi internet di sektor pertanian sendiri terus makin berkembang. Drone kini dikembangkan lagi menjadi alat untuk memonitor dan menganalisa lahan. Dalam tahap itu, drone bisa melihat populasi tanaman, memantau hama dan penyakit tanaman, serta untuk melihat kondisi air di areal tempat tumbuhnya tanaman-tanaman tersebut. “Untuk melakukan fungsi-fungsi analisa itu, drone tentunya dilengkapi kamera canggih berbasi RGB dan kamera multispectral,” ujar Puguh.
Menurut Puguh, untuk meningkatkan produksi, sektor pertanian sudah selayaknya bisa mengikuti perkembangan zaman. Apalagi, dukungan teknologi informasi saat ini sudah begitu besar. Karena itu, pemanfaatan teknologi menjadi hal yang sangat penting.
Teknologi drone, selain memangkas waktu, juga menghemat pemakaian air. Sebab, dengan penyemprotan menggunakan drone, petani atau pemilik lahan hanya butuh waktu satu jam untuk melakukan penyemprotan lahan seluas 1 hektare. Artinya, jika ada 3 hektare lahan, mereka hanya butuh satu hari untuk penyemprotan seluruh kawasan.
Sementara dengan cara konvensional, kata puguh, penyemprotan lahan baik pertanian maupun perkebunan bisa memakan waktu 4 hingga 5 jam per hektare. Jadi, jika mereka memiliki lahan seluas 3 hektare, penanganannya akan butuh waktu sekitar tiga hari.
“Di sinilah pentingnya pemahaman fungsi alat berteknologi bagi para petani atau pemilik lahan. Dan kami tidak sekadar menyewakan jasa penyemprotan dengan teknologi drone, juga memberikan edukasi kepada petani tentang perkembangan teknologi di sektor pertanian. Apalagi, visi kami adalah ingin memajukan pertanian Indonesia,” kata Puguh.
Tapi yang jelas, teknologi drone bukan hanya bisa dipakai di sektor pertanian seperti penyemprotan tanaman sayuran kubis, tomat, kentang, dan padi. Drone juga bisa digunakan untuk sektor perkebunan teh dan sawit, terutama dalam pengendalian hama dan penyakit. Sementara di sektor kehutanan biasanya digunakan pada pohon ekaliptus saat pengendalian gulma dan hama ulat gulung. Yang pasti, prinsip kerjanya relatif sama, yaitu tersedianya drone, remote control, dan RTK (Real Time Kinematic) yang memiliki kekuatan sinyal dalam radius 2 kilometer. (M Ridwan)
(nfl)