Indonesia Kian Rentan terhadap Malware

Rabu, 11 September 2019 - 15:26 WIB
Indonesia Kian Rentan...
Indonesia Kian Rentan terhadap Malware
A A A
JAKARTA - Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tengara disertai kelas menengah yang tumbuh pesat, Indonesia kian rentan terhadap serangan malware, khususnya dengan pertumbuhan bisnis di berbagai sektor.Menurut Evan Dumas, Direktur Regional Asia Tenggara di Check Point Software Technologies, sebuah perusahaan penyedia solusi keamanan siber global yang berhasil melindungi 100.000 organisasi dari serangan malware pada media penyimpanan data, jaringan dan perangkat seluler.
Malware diciptakan dengan berbagai intensi, namun kebanyakan malware dibuat untuk tujuan kriminal, seperti menyerang institusi pemerintahan, perusahaan, dan bahkan individu. Ekonomi malware berkembang begitu pesat seiring dengan bisnis malware yang semakin menguntungkan.

“Apapun yang Anda gunakan dapat menjadi sasaran mereka, baik saat melakukan perdagangan saham atau ketika memegang peranan penting dalam lembaga pemerintahan. Kita bicara soal data, khususnya data penting. Pengembang malware menjadi ancaman yang siap mencuri data Anda dan semua orang bisa menjadi targetnya,” ujar Dumas.

Laporan teranyar dari Check Point berjudul “Cyber Attack Trends: 2019 Mid-Year Report” mengungkapkan bahwa, terdapat lima jenis malware yang berpotensi untuk berkembang di Indonesia: ransomware (11 persen), perbankan (30 persen), seluler (34 persen), cryptominers (48 persen) dan botnet (42 persen). Artikel tersebut juga mengungkapkan bahwa baik itu ponsel, media penyimpanan data atau on-premise, intinya, tidak ada yang kebal terhadap serangan malware.

“Di manapun ada penyebaran uang, pasti terdapat ancaman malware, termasuk platform e-commerce. Para sindikat penjahat siber malware akan berusaha mengakses data Anda,” lanjutnya.Sebagai contoh, “Agent Smith”, jenis malware ponsel yang ditemukan oleh peneliti Check Point setidaknya telah menjangkiti lebih dari 570.000 perangkat di Indonesia, sementara para penggunanya masih belum menyadari. Mirip dengan aplikasi Google, bagian inti dari malaware mengeksploitasi beberapa kelemahan sistem operasi Android dan secara otomatis mengganti aplikasi yang sudah terpasang pada gawai dengan versi berbahaya tanpa diketahui oleh penggunanya.
(wbs)
Berita Terkait
First Media Integrasikan...
First Media Integrasikan Google Widevine CAS pada Smart Box X1 Prime
Link Net Gandeng Stingray...
Link Net Gandeng Stingray Group Rilis Empat Channel Baru di First Media
Transformasi Digital...
Transformasi Digital Link Net, Sabet Penghargaan ICCA 2020
Peluncuran Logo Link...
Peluncuran Logo Link Net, Penguatan Transformasi Digital di Indonesia
Menanti Sepak Terjang...
Menanti Sepak Terjang Alexander Rusli Kembali ke Industri Telekomunikasi
First Media Ekspansi...
First Media Ekspansi ke Luar Pulau Jawa
Berita Terkini
Terumbu Karang Purba...
Terumbu Karang Purba Berusia 800 Tahun Ditemukan di Laut Merah
4 jam yang lalu
Piramida Bawah Air Diklaim...
Piramida Bawah Air Diklaim Lebih Tua dari yang Ada di Mesir
12 jam yang lalu
China Bertekat Memperkuat...
China Bertekat Memperkuat Literasi Digital dan AI
13 jam yang lalu
Instagram Uji Coba Fitur...
Instagram Uji Coba Fitur Terkunci dengan Kode Akses Terbaru
13 jam yang lalu
Cara Mengatasi HP Xiaomi...
Cara Mengatasi HP Xiaomi Restart Sendiri, Pengguna Wajib Tahu
1 hari yang lalu
10 Game Terburuk di...
10 Game Terburuk di Dunia, Penuh Bug dan Grafis Mengecewakan
1 hari yang lalu
Infografis
10 Negara Penghasil...
10 Negara Penghasil Emas Terbesar di Dunia, Termasuk Indonesia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved