Smart Agriculture Permudah Bisnis Perkebunan di Indonesia

Selasa, 27 Agustus 2019 - 21:05 WIB
Smart Agriculture Permudah Bisnis Perkebunan di Indonesia
Smart Agriculture Permudah Bisnis Perkebunan di Indonesia
A A A
JAKARTA - Datacomm Cloud Business memperkenalkan solusi digital perkebunan terintegrasi Smart Agriculture. Solusi itu bisa digunakan untuk perkebunan umumnya dan perkebunan kelapa sawit serta tebu khususnya.

Solusi ini mendesak diperlukan mengingat pertumbuhan bisnis perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang sangat cepat. Untuk diketahui, minyak sawit adalah industri terpenting di Indonesia yang menyumbang 1,5-2,5% dari produk domestik bruto (PDB) negara.

Menurut Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) diperkirakan tahun depan akan terjadi kekurangan minyak kelapa sawit hingga 2 juta ton. Nah ini menjadi sebuah tantangan bagi produsen kelapa sawit ke depannya.

“Smart Agriculture dapat menyongsong Industri 4.0 dan tujuan pembangunan berkelanjutan,” kata Taufik Darwis, Managing Director dari AMS Teknologi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (27/8/2019).

Selain itu, sambung dia, beberapa tantangan yang dihadapi produsen kelapa sawit saat ini adalah kurangnya produktivitas perkebunan akibat tingginya biaya pemeliharaan kebun, keamanan, pembibitan dan pupuk, serta tenaga kerja yang kurang efisien. Untuk memecahkan masalah kurangnya produktivitas, aliansi ini menggabungkan beberapa modul untuk menjadi sebuah solusi lengkap bernama Smart Agriculture.

“Solusi dari anak bangsa untuk mempercepat adopsi Industri 4.0 bagi industri perkebunan,” timpal Bayu Wedha, Managing Director dari PT Integrasia Utama.

Smart Agriculture merupakan kerja sama dalam bentuk aliansi partner yang melibatkan Datacomm Cloud Business, AMS Teknologi, Integrasia Utama, dan eKomoditi. Dalam aliansi ini, Datacomm menyediakan Pusat Data yang telah memperoleh sertifikat Rated-3 dan DCOS-4 TIA-942 dan bersertifikat ISO 27001, ISO 9001, dan ISO 20000.

Menanggapi hal ini, Ferron Haryanto, selaku Chief Executive Officer dari PT eKomoditi Solutions Indonesia memaparkan, pihaknya mempunyai tanggung jawab untuk memodernisasi bisnis perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Ini demi memastikan bahwa semua komoditi kelapa sawit milik Indonesia dapat bersaing dalam pasar global.

“Kami berusaha membantu dalam meningkatkan kemakmuran para petani dengan membantu agar mereka bisa bekerja lebih efisien dan optimal melalui penggunaan teknologi yang tidak berat biaya dan lebih berkelanjutan,” timpal Sutedjo Tjahjadi, Managing Director dari Datacomm Cloud Business.

Berdasaran kondisi di atas maka aliansi partner ini memberikan integrasi solusinya, yaitu komunikasi antara machine to machine yang menjadi kendala di perkebunan yang tidak ter-cover oleh jaringan GSM, kini disediakan solusi RPMA (random phase multiple access).

Komunikasi ini untuk dapat memberikan data real time dari sensor yang ada di lapangan ke dalam sistem seperti sensor ketinggian muka air, sensor curah hujan, arah angin, dan sensor lainnya.

Lalu modul pemantauan aset bergerak dan stasioner bernama Siopas atau Siopasplus. Melalui fitur itu, aset dapat dipantau dan dimanfaatkan secara maksimal (optimalisasi aset).

Modul pemantauan dan pelacakan pekerja bernama GEOHR juga diyakini meningkatkan efektivitas dan efisiensi karyawan yang bekerja di lapangan. Mengintegrasikan sistem absensi di kantor dengan sistem portal Web yang terintegrasikan dengan absensi dan tracking karyawan menggunakan mobile phone di samping fungsi panic button untuk situasi genting karyawan di lapangan.

Modul Management data Geospatial berikut engine development akan memungkinkan pihak perkebunan mempercepat pembangunan sistem informasi geospatial berbasis web. Sekaligus mengintegrasikan data transaksi dari ERP system ke dalam data Geospatial (peta) bernama OSMAP.

Solusi yang ditawarkan juga membawa Modul Analisa yang tergabung dengan WebGIS dan MAP-GIS. Teknologi tersebut menyediakan analisa data berdasarkan citra satelit dalam 1-2 pekan beresolusi tinggi 3-5 meter yang dikombinasikan dengan sensor di lapangan dan platform Artificial Intelligence

Itu semua untuk menyediakan data forecasting panen dari kebun, pengelolaan hama, peringatan kebakaran, kesehatan tanaman, pengelolaan air, risiko kebakaran, dan lain-lain bernama Agrisource.

Modul juga dilengkapi cara yang dapat meningkatkan utilisasi transportasi, keselamatan bekerja dan tentunya efisiensi di logistik serta transportasi bernama OSLOG. Modul ini akan membantu operasional yang mencakup proses penjualan menerima pesanan, memantau pesanan, dan menyelesaikan pesanan.

“Data yang diberikan adalah performa penjualan, pengiriman tepat waktu, jarak waktu, key performance indicator (KPI) Pengemudi, dan lain-lain,” sebutnya.

Modul ERP untuk perkebunan bernama EPCS-IPLAS. Memberi pihak perkebunan akses mudah ke informasi operasional utama guna pengambilan keputusan dan membuat keputusan lebih jelas, lebih cepat, dan lebih mudah dengan ERP khusus.

Modul kegiatan operasional lapangan yang bernama EPCS (electronic plantation control system) dikembangkan dalam perangkat Android, membantu administrasi manual pekerjaan umum, panen, transportasi, dan sortasi pabrik untuk proses input dan pelaporan secara cepat, mengurangi kesalahan serta ketidaksesuaian karena telah dilengkapi dengan global positioning system (GPS) data dapat berupa gambar real di lapangan. EPCS akan mengurangi data ganda dan penggunaan laporan fisik.

Smart Agriculture diharapkan dapat menjadi solusi lengkap dan terintegrasi antara infrastrukur IT, platform aplikasi sampai ke pengelolaan data dan pemeliharaan sistem. Solusi ini tidak saja memberikan solusi end to end pengelolaan kebun dan aset, tapi juga mengurangi biaya tidak perlu.

“Solusi ini kami fokuskan untuk menjadi SAAS (solution as a service). Perusahaan yang menggunakan solusi ini nantinya tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar di depan,” katanya.
(mim)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6788 seconds (0.1#10.140)