Merdeka Sinyal Dorong Bangkitnya Perekonomian Desa

Rabu, 10 April 2019 - 22:53 WIB
Merdeka Sinyal Dorong...
Merdeka Sinyal Dorong Bangkitnya Perekonomian Desa
A A A
JAKARTA - Lahirnya istilah “Merdeka Sinyal” berangkat dari gambar peta sebaran selular pada tahun 2018 lalu, yang menggambarkan lalu lintas sinyal di Indonesia, mulai dari 2G, 3G dan 4G. Inilah yang kemudian disebut dengan istilah “Tol Langit”.

Hal itu disampaikan Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Anang Latif dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (Dismed FMB’9) bertajuk "Menuju Indonesia Merdeka Sinyal" di Ruang Serba Guna, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Jakarta, Rabu (10/4/2019).

“Persoalannya, belum 100 persen desa di Indonesia belum mendapat sinyal. Di sinilah istilah Merdeka Sinyal lahir. Komitmen Kominfo, di Indonesia akan Merdeka Sinyal di tahun 2020,” jelas Anang.

Di balik konektivitas, menurut Dirut BAKTI, akan muncul dampak-dampak yang hadir. Akan ada perekonomian digital yang terus berkembang, tele-education, tele-health, dan lainnya, sehingga mampu mendorong perekonomian di desa-desa.

“Inilah komitmen kami (pemerintah). Sehingga, ke depan bukan lagi 2G tapi langsung 4G yang terkoneksi langsung dengan internet. Sehingga sampai di pedesaan di manapun bisa menjual hasil usaha dan pertaniannya melalui online,” ulas Anang.

Hasilnya, lanjut Dirut BAKTI, akan memberikan harapan baru bagi siapapun, meski di daerah terpencil sekalipun. “Sehingga, mereka yang di ujung wilayah masih tetap merasakan bagian dari NKRI. Dari sinilah muncul program Palapa Ring,” ujarnya.

Inti dari Palapa Ring ini, Dirut BAKTI menjelaskan, untuk menghasilkan sinyal yang bukan hanya cepat, tapi ‘ngebut’. Selanjutnya, dari ujung Barat hingga ujung Timur Indonesia infrastruktur komunikasi terkoneksi dengan baik.

“Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menyelesaikan infrastruktur, dengan tidak lagi berhitung untung rugi. Dan, kenapa haris dibangun dengan serat optik, karena sampai sejauh ini menjadi jaringan yang terbaik untuk 4G. Berikutnya akan muncul 5G,” jelas Anang.

Pada 2015, Dirut BAKTI menjelaskan, pemerintah mendapatkan fasilitas dengan tidak perlu mengeluarkan biaya, yang ditanggung pihak swasta. Baru setelah selesai operasi, diserahkan ke pemerintah, selama 15 tahun mengembalikan biaya yang dikeluarkan.

“Jaringan serat optik hanya berhenti di ibukota kabupaten. Masih ada desa yang jauh dari ibukota kabupaten karena tidak bisa ditarik sampai ke sana. Karena itu, masih ada 150.000 yang lokasinya tidak bisa dijangkau dengan kabel. Dari situ, lahirlah konsep satelit multifungsi. Yang jauh terjangkau, akhirnya menggunakan satelit multifungsi,” ungkap Anang.

Kedua project ini, satelit dan palapa ring, menurut Dirut BAKTI, yang kemudian disebut dengan “Tol Langit”. “Diharapkan bisa bermanfaat banyak untuk masyarakat Indonesia di seluruh pelosok negeri,” pungkas Anang.

Turut hadir sebagai narasumber dalam FMB 9 kali ini antara lain Direktur Industri Elektronika dan Telematika Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian Janu Suryanto, Kepala Dinas Kominfo Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Aba Maulaka, dan General Manager of Marketing PT Pasifik Satelit Nusantara Meidiyanto Andwiputro.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2362 seconds (0.1#10.140)