SDM Security di Indonesia Perlu Segera Distandardisasi
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Industri Sistem Keamanan Indonesia (Aiskindo) baru saja menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang. Salah satu yang dibahas adalah bagaimana membuat standardisasi pengetahuan bidang security di Tanah Air.
"Rakornas ke-2 ini mengangkat tema Empowering Knowledge and Collaboration for Safer Indonesia. Tema ini mengingatkan agar industri security lebih profesional," kata Ketua Umum Aiskindo, Stefanus Ronald Juanto dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/3/2019).
Dia mengatakan, rakernas yang diikuti oleh seluruh perwakilan daerah Aiskindo tersebut bertujuan meningkatkan kebersamaan para pelaku industri sistem keamanan. Menurut Ronald, dunia security memerlukan satu standardisasi pengetahuan yang memadai yang bisa disebut profesional di bidang security.
“Karena itu, rakernas mengangkat tema empowering yakni bagaimana kita memberdayakan pengetahuan dan kolaborasi atau kerja sama untuk membangun Indonesia yang lebih aman,” tuturnya.
Sementara itu, Darwin Lestari Tan, Dewan Penasehat Aiskindo mengatakan, selama ini dunia security ini belum ada pendidikan resmi atau khusus seperti jurusan lain. "Misalnya teknik sipil atau arsitektur. Banyak sekali yang berkecimpung di bidang security ini berasal dari berbagai bidang, seperti TI, elektronik dan sebagainya," imbuh Darwin.
Untuk itu, dalam rakernas ini digelar satu kegiatan yang khusus disesuaikan dengan tema, yaitu training, ujian, dan sertifikasi. Program tersebut diikuti sekitar 100 peserta yang mendapat training berbagai bidang dan diikuti dengan ujian.
"Peserta yang lulus akan mendapat sertifikasi sebagai pembuktian atas keahlian yang dimiliki. Ini adalah gerakan di mana kami membangkitkan awareness atau kesadaran bahwa sertifikasi ini penting. Kalau Anda mau pasang CCTV atau alarm, bagaimana costumer tahu bahwa Anda memang memiliki kemampuan? Bagaimana saat membongkar plafon rumah atau mengambil listrik, ada kekhawatiran orang apakah kegiatan ini membahayakan atau tidak,” tandasnya.
Darwin mengungkapkan, ada tiga bidang yang akan disertifikasi yaitu Certified Intruder Alarm Engineer di bidang Security Alarm. Yang kedua, CertifiedIT Surveillance Engineer yaitu pemasangan CCTV berbasis IP (Internet Protocol) atau digital CCTV. Serta, Certified Network Control Engineer yakni bagaimana memasang akses kontrol seperti kunci-kunci elektronik, kontrol dengan kartu, ibu jari, maupun wajah.
"Intinya kami ingin ada awareness agar jangan sampai hanya sembarangan pasang tapi harus dibuktikan. Jadi perlu standardisasi kompetensi. Sebenarnya negara sudah membuat sertifikasi profesi tapi di bidang security ini belum ada. Karena di Indonesia masih belum jelas apakah security ini bidang ilmu sendiri atau masuk digolongkan ke bidang lain,” ungkapnya.
Untuk itu, Aiskindo akan meyakinkan pemerintah bahwa memang security itu berbeda. Sehingga tidak bisa digolongkan menjadi TI atau elektronik.
Dalam paparan berjudul The Future of Security Industry and Professionalism, Darwin menekankan, pentingnya sertifikasi karena ilmu security ini sudah berdiri sendiri. Dia mencontohkan, di salah satu Universitas di Australia sudah memiliki Jurusan Security Science dengan jenjang S2 sampai S3. Sementara di Indonesia belum ada jurusan formalnya.
“Kalau kita mendengar kata security di Indonesia selalu mengacu pada teknologi seperti CCTV, alarm, dan alat-alat lainnya. Padahal security adalah suatu strategi dimana peranan teknologi hanya sebagian dari semua konsep dan strategi itu. Di dalamnya ada unsur Crime Prevention, Security Management, Counter Terorism, dan lan-lain,” tuturnya.
Darwin mengingatkan, di era globalisasi, SDM bangsa ini harus bersaing dengantenaga kerja dari negara tetangga, minimal sama dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yakni dari Singapura atau Thailand. “Kalau mereka sudah punya kompetensi bisa leluasa masuk ke Indoensia atau negara lainnya,tapi kalau SDM lokalkita tidak memiliki kompetensi maka akan kalah bersaing. Jika tanpa sertifikasi, maka orang-orang akan sulit percaya tentang keahlian atauketerampilan Anda,” katanya mengingatkan.
"Rakornas ke-2 ini mengangkat tema Empowering Knowledge and Collaboration for Safer Indonesia. Tema ini mengingatkan agar industri security lebih profesional," kata Ketua Umum Aiskindo, Stefanus Ronald Juanto dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/3/2019).
Dia mengatakan, rakernas yang diikuti oleh seluruh perwakilan daerah Aiskindo tersebut bertujuan meningkatkan kebersamaan para pelaku industri sistem keamanan. Menurut Ronald, dunia security memerlukan satu standardisasi pengetahuan yang memadai yang bisa disebut profesional di bidang security.
“Karena itu, rakernas mengangkat tema empowering yakni bagaimana kita memberdayakan pengetahuan dan kolaborasi atau kerja sama untuk membangun Indonesia yang lebih aman,” tuturnya.
Sementara itu, Darwin Lestari Tan, Dewan Penasehat Aiskindo mengatakan, selama ini dunia security ini belum ada pendidikan resmi atau khusus seperti jurusan lain. "Misalnya teknik sipil atau arsitektur. Banyak sekali yang berkecimpung di bidang security ini berasal dari berbagai bidang, seperti TI, elektronik dan sebagainya," imbuh Darwin.
Untuk itu, dalam rakernas ini digelar satu kegiatan yang khusus disesuaikan dengan tema, yaitu training, ujian, dan sertifikasi. Program tersebut diikuti sekitar 100 peserta yang mendapat training berbagai bidang dan diikuti dengan ujian.
"Peserta yang lulus akan mendapat sertifikasi sebagai pembuktian atas keahlian yang dimiliki. Ini adalah gerakan di mana kami membangkitkan awareness atau kesadaran bahwa sertifikasi ini penting. Kalau Anda mau pasang CCTV atau alarm, bagaimana costumer tahu bahwa Anda memang memiliki kemampuan? Bagaimana saat membongkar plafon rumah atau mengambil listrik, ada kekhawatiran orang apakah kegiatan ini membahayakan atau tidak,” tandasnya.
Darwin mengungkapkan, ada tiga bidang yang akan disertifikasi yaitu Certified Intruder Alarm Engineer di bidang Security Alarm. Yang kedua, CertifiedIT Surveillance Engineer yaitu pemasangan CCTV berbasis IP (Internet Protocol) atau digital CCTV. Serta, Certified Network Control Engineer yakni bagaimana memasang akses kontrol seperti kunci-kunci elektronik, kontrol dengan kartu, ibu jari, maupun wajah.
"Intinya kami ingin ada awareness agar jangan sampai hanya sembarangan pasang tapi harus dibuktikan. Jadi perlu standardisasi kompetensi. Sebenarnya negara sudah membuat sertifikasi profesi tapi di bidang security ini belum ada. Karena di Indonesia masih belum jelas apakah security ini bidang ilmu sendiri atau masuk digolongkan ke bidang lain,” ungkapnya.
Untuk itu, Aiskindo akan meyakinkan pemerintah bahwa memang security itu berbeda. Sehingga tidak bisa digolongkan menjadi TI atau elektronik.
Dalam paparan berjudul The Future of Security Industry and Professionalism, Darwin menekankan, pentingnya sertifikasi karena ilmu security ini sudah berdiri sendiri. Dia mencontohkan, di salah satu Universitas di Australia sudah memiliki Jurusan Security Science dengan jenjang S2 sampai S3. Sementara di Indonesia belum ada jurusan formalnya.
“Kalau kita mendengar kata security di Indonesia selalu mengacu pada teknologi seperti CCTV, alarm, dan alat-alat lainnya. Padahal security adalah suatu strategi dimana peranan teknologi hanya sebagian dari semua konsep dan strategi itu. Di dalamnya ada unsur Crime Prevention, Security Management, Counter Terorism, dan lan-lain,” tuturnya.
Darwin mengingatkan, di era globalisasi, SDM bangsa ini harus bersaing dengantenaga kerja dari negara tetangga, minimal sama dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yakni dari Singapura atau Thailand. “Kalau mereka sudah punya kompetensi bisa leluasa masuk ke Indoensia atau negara lainnya,tapi kalau SDM lokalkita tidak memiliki kompetensi maka akan kalah bersaing. Jika tanpa sertifikasi, maka orang-orang akan sulit percaya tentang keahlian atauketerampilan Anda,” katanya mengingatkan.
(mim)