Bekraf: Industri Kreatif Sektor Animasi dan Games Digital Masih Jarang Dilirik
A
A
A
JAKARTA - Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Dr Hari Santoso Sungkari mengatakan, Indonesia membutuhkan banyak tenaga kerja industri kreatif, di sektor games dan animasi.
Hal itu diungkapkan Hari, saat mendukung pembukaan sekolah nonformal, Creative Nest Indonesia, di The Breeze, BSD City, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten.
"Kita butuh lebih banyak tenaga profesional disektor industri kreatif. Tapi yang jelas, ini bentuk dari kreasi, dan tempat kreasi itu penting untuk bernetwork," katanya, kepada Koran Sindo, di The Breeze, Selasa siang.
Dijelaskan dia, dengan adanya Creative Nest Indonesia ini, diharapkan akan tercipta ekosistem industri kreatif yang baik, di BSD City. Sehingga, dapat menghasilkan suatu karya yang bisa diterima oleh industri.
"Film animasi juga sedang kita perjuangkan. Tugas saya mengembangan misi entrepreneurship dibidang kreativitas. Salah satu program saya adalah kota kreatif. Ini menjadi tanggung jawab kita juga," jelasnya.
Dalam perkembangannya, sektor film dan games, pada industri kreatif jangan disebut, dan kurang dikenal bagi masyarakat luas. Padahal, potensi pasar ini sangat besar.
"Untuk membantu film maker mendapatkan pendanaan dalam produksi, kami ada program Akatara. Bantuan itu bentuknya bisa pengembangan atau penguatan organisasi, dan problem solving," paparnya.
Dijelaskan dia, ada 8-9 juta industri kreatif di Indonesia. Namun, belum sampai 10% yang mendapat bantuan secara langsung dalam bentuk permodalan, atau isentif pemerintah.
"Sebagai contoh, ada satu desa membuat kain dengan pewarna alami. Sayang, waktu dijual tidak disebut itu pewarna alami, dan dipakai para raja. Padahal cerita itu punya nilai jual 2x lipat harganya," sambungnya.
Bantuan yang bisa diberikan oleh Bekraf, yakni alat produksi. Untuk kuliner, biasanya berupa alat masak dan lainnya. Sedang pertunjukan teater, berupa renovasi gedung.
"Tetapi, kriterianya komunitas atau pemda. Tidak boleh PT. Ada juga bantuan uang isentif dari pemerintah mulai Rp50-200 juta. Kalau itu, bisa PT, dan harus mengajukan proposal ke pemerintah," ungkap Hari lagi.
Diakuinya, pengembangan industri kreatif film animasi digital dan games, masih sangat mahal. Bisa mencapai puluhan juta rupiah. Untuk itu, pihaknya tidak berdaya.
"Kalau kami tidak ada beasiswa. Itu ranah Kementerian Pendidikan. Apalagi ini masuknya pendidikan nonformal. Palingan yang bisa kita lakukan, bantu memberikan softwarenya. Itu kan mahal," tukasnya.
Hal itu diungkapkan Hari, saat mendukung pembukaan sekolah nonformal, Creative Nest Indonesia, di The Breeze, BSD City, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten.
"Kita butuh lebih banyak tenaga profesional disektor industri kreatif. Tapi yang jelas, ini bentuk dari kreasi, dan tempat kreasi itu penting untuk bernetwork," katanya, kepada Koran Sindo, di The Breeze, Selasa siang.
Dijelaskan dia, dengan adanya Creative Nest Indonesia ini, diharapkan akan tercipta ekosistem industri kreatif yang baik, di BSD City. Sehingga, dapat menghasilkan suatu karya yang bisa diterima oleh industri.
"Film animasi juga sedang kita perjuangkan. Tugas saya mengembangan misi entrepreneurship dibidang kreativitas. Salah satu program saya adalah kota kreatif. Ini menjadi tanggung jawab kita juga," jelasnya.
Dalam perkembangannya, sektor film dan games, pada industri kreatif jangan disebut, dan kurang dikenal bagi masyarakat luas. Padahal, potensi pasar ini sangat besar.
"Untuk membantu film maker mendapatkan pendanaan dalam produksi, kami ada program Akatara. Bantuan itu bentuknya bisa pengembangan atau penguatan organisasi, dan problem solving," paparnya.
Dijelaskan dia, ada 8-9 juta industri kreatif di Indonesia. Namun, belum sampai 10% yang mendapat bantuan secara langsung dalam bentuk permodalan, atau isentif pemerintah.
"Sebagai contoh, ada satu desa membuat kain dengan pewarna alami. Sayang, waktu dijual tidak disebut itu pewarna alami, dan dipakai para raja. Padahal cerita itu punya nilai jual 2x lipat harganya," sambungnya.
Bantuan yang bisa diberikan oleh Bekraf, yakni alat produksi. Untuk kuliner, biasanya berupa alat masak dan lainnya. Sedang pertunjukan teater, berupa renovasi gedung.
"Tetapi, kriterianya komunitas atau pemda. Tidak boleh PT. Ada juga bantuan uang isentif dari pemerintah mulai Rp50-200 juta. Kalau itu, bisa PT, dan harus mengajukan proposal ke pemerintah," ungkap Hari lagi.
Diakuinya, pengembangan industri kreatif film animasi digital dan games, masih sangat mahal. Bisa mencapai puluhan juta rupiah. Untuk itu, pihaknya tidak berdaya.
"Kalau kami tidak ada beasiswa. Itu ranah Kementerian Pendidikan. Apalagi ini masuknya pendidikan nonformal. Palingan yang bisa kita lakukan, bantu memberikan softwarenya. Itu kan mahal," tukasnya.
(wbs)