Aplikasi SampahLink Jadi Solusi Tangani Sampah
A
A
A
JAKARTA - Membantu mengurangi tingkat polusi, meningkatkan kesadaran daur ulang sampah kering, hingga membantu kelompok masyarakat ekonomi lemah, seperti pemulung menjadi keinginan besar yang diwujudkan Moses Mayer (16), ketika mencetuskan ide membuat platform utama, situs www.sampahlink.com dan aplikasi mobile Sampahlink.
"Platform ini menciptakan link (penghubung) yang menghubungkan pihak yang memiliki sampah dengan para pemulung dan pengepul. Dengan demikian, terciptalah solusi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak," kata Moses dalam acara Karya Untuk Indonesia 'SampahLink' di Living World Alam Sutera The Garden, Tangerang, Banten.
Cowok kelahiran Jakarta 2002 itu menjelaskan, di platform tersebut pemilik sampah memiliki opsi untuk mendonasikan atau menjual sampahnya. Sehingga sampah kering, misalnya kertas, kaca, plastik serta sampah lainnya yang bisa didaur ulang dapat dikelola dengan baik. "Platform SampahLink ini bersifat gratis, tidak ada biaya apapun bagi penggunanya," kata pelajar SMA kelas 12 di Jakarta International School (JIS) itu.
Lebih lanjut Moses menjelaskan, SampahLink juga melakukan penggalangan dana untuk mendukung kegiatan dan program yang bertujuan menciptakan lingkungan dan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Misalnya, bekerja sama dengan perusahaan dan organisasi lainnya dalam penanganan sampah kering. "Saat ini kami sudah bekerja bekerja sama dengan beberapa hotel sebagai bagian dari CSR (corporate social responsibility) mereka," kata Moses.
Lalu bagaimana tercetus ide membuat Platform semacam itu? Peraih medali emas Olimpiade Sains Nasional (OSN) SMA bidang komputer informatika ini mulai menaruh minat pada penelitian (research) ketika mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian di bawah bimbingan Prof. Carl Yerger dari Davidson College-Amerika Serikat pada tahun 2017.
Moses menghasilkan karya penelitian yang meneliti bagaimana salah satu model dalam matematika, Game Theory, dapat digunakan dalam menangani permasalahan polusi di Indonesia. Penelitian tersebut, membawa Moses pada ide 'SampahLink'. "Saya mencetuskan ide aplikasi dan website SampahLink ini selain mengembangkan jiwa entrepreneurship saya, juga untuk menjalankan program sosial melalui SampahLink ini," ucapnya.
Aplikasi SampahLink ini direalisasikan Moses pada awal tahun 2018 lalu. Dalam pelaksanaannya, Moses juga turun langsung mensosialisasikan aplikasi SampahLink ke kalangan para pemulung dan pengepul yang dalam aplikasinya disebut 'SampahLink Troop' (pengumpul sampah).
Saat ini, SampahLink telah memiliki 150-an 'SampahLink Troop' yang tersebar di beberapa titik di Tangerang, Banten, Jakarta, dan di Pulau Bangka (Babel) . "Dengan adanya platform penghasil sampah bisa membuat akun ini (SampahLink), sampahnya mau didonasikan atau menjualnya. Tinggal pencet saja, lokasinya dimana, nanti kita jemput sampah yang bisa didaur ulang," terang Moses.
Sedangkan keuntungan didapat dari para pemulung dan pengepul sampah yang tergabung dalam 'SampahLink Troop' (pengumpul sampah) kata Moses, mereka bisa mendapatkan sampah lebih banyak dan bisa mereka jual. "Saya membuat SampahLink ini bukan mencari untung. Tapi intinya saya mau membantu para pemulung agar taraf hidupnya lebih baik," katanya.
Moses menambahkan, SampahLink juga menyediakan dana untuk pemulung dan pengepul sampah (SampahLink Troop) (pengumpul sampah) untuk mendapatkan kendaraan dan gerobak untuk membantu mereka mengangkut sampah yang mereka kumpulkan. "Dengan demikian kami juga berusaha meningkatkan kesejahteraan serta memberdayakan para pemulung yang bekerja sama dengan kami," kata Moses.
Sementara itu, Bojes 'AFI' yang turut memeriahkan sosialisi platform SampahLink mengaku sangat kagum apa yang diwujudkan Moses. "Saya nggak menyangka dia kepikiran aja buat aplikasi seperti ini. Apalagi usianya baru 16 tahun," katanya.
Apalagi kata Bojes, platform ini untuk membantu para pemulung agar bisa mendapatkan penghasilan lebih besar ketimbang selama ini berkeliling satu tempat ke tempat lain mencari sampah. "Dengan adanya aplikasi ini pemulung bisa langsung jemput bola istilah dari si pemilik sampah. Asli keren banget," katanya.
Diungkapkan musisi harpa Gabriella Gwen, menurut dia aplikasi patut diapresiasi. "Ini membuka jalan bagi masyarakat yang membutuhkan dengan cara menyediakan sarana atau wadah dan dukungan untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik," katanya.
"Platform ini menciptakan link (penghubung) yang menghubungkan pihak yang memiliki sampah dengan para pemulung dan pengepul. Dengan demikian, terciptalah solusi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak," kata Moses dalam acara Karya Untuk Indonesia 'SampahLink' di Living World Alam Sutera The Garden, Tangerang, Banten.
Cowok kelahiran Jakarta 2002 itu menjelaskan, di platform tersebut pemilik sampah memiliki opsi untuk mendonasikan atau menjual sampahnya. Sehingga sampah kering, misalnya kertas, kaca, plastik serta sampah lainnya yang bisa didaur ulang dapat dikelola dengan baik. "Platform SampahLink ini bersifat gratis, tidak ada biaya apapun bagi penggunanya," kata pelajar SMA kelas 12 di Jakarta International School (JIS) itu.
Lebih lanjut Moses menjelaskan, SampahLink juga melakukan penggalangan dana untuk mendukung kegiatan dan program yang bertujuan menciptakan lingkungan dan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Misalnya, bekerja sama dengan perusahaan dan organisasi lainnya dalam penanganan sampah kering. "Saat ini kami sudah bekerja bekerja sama dengan beberapa hotel sebagai bagian dari CSR (corporate social responsibility) mereka," kata Moses.
Lalu bagaimana tercetus ide membuat Platform semacam itu? Peraih medali emas Olimpiade Sains Nasional (OSN) SMA bidang komputer informatika ini mulai menaruh minat pada penelitian (research) ketika mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian di bawah bimbingan Prof. Carl Yerger dari Davidson College-Amerika Serikat pada tahun 2017.
Moses menghasilkan karya penelitian yang meneliti bagaimana salah satu model dalam matematika, Game Theory, dapat digunakan dalam menangani permasalahan polusi di Indonesia. Penelitian tersebut, membawa Moses pada ide 'SampahLink'. "Saya mencetuskan ide aplikasi dan website SampahLink ini selain mengembangkan jiwa entrepreneurship saya, juga untuk menjalankan program sosial melalui SampahLink ini," ucapnya.
Aplikasi SampahLink ini direalisasikan Moses pada awal tahun 2018 lalu. Dalam pelaksanaannya, Moses juga turun langsung mensosialisasikan aplikasi SampahLink ke kalangan para pemulung dan pengepul yang dalam aplikasinya disebut 'SampahLink Troop' (pengumpul sampah).
Saat ini, SampahLink telah memiliki 150-an 'SampahLink Troop' yang tersebar di beberapa titik di Tangerang, Banten, Jakarta, dan di Pulau Bangka (Babel) . "Dengan adanya platform penghasil sampah bisa membuat akun ini (SampahLink), sampahnya mau didonasikan atau menjualnya. Tinggal pencet saja, lokasinya dimana, nanti kita jemput sampah yang bisa didaur ulang," terang Moses.
Sedangkan keuntungan didapat dari para pemulung dan pengepul sampah yang tergabung dalam 'SampahLink Troop' (pengumpul sampah) kata Moses, mereka bisa mendapatkan sampah lebih banyak dan bisa mereka jual. "Saya membuat SampahLink ini bukan mencari untung. Tapi intinya saya mau membantu para pemulung agar taraf hidupnya lebih baik," katanya.
Moses menambahkan, SampahLink juga menyediakan dana untuk pemulung dan pengepul sampah (SampahLink Troop) (pengumpul sampah) untuk mendapatkan kendaraan dan gerobak untuk membantu mereka mengangkut sampah yang mereka kumpulkan. "Dengan demikian kami juga berusaha meningkatkan kesejahteraan serta memberdayakan para pemulung yang bekerja sama dengan kami," kata Moses.
Sementara itu, Bojes 'AFI' yang turut memeriahkan sosialisi platform SampahLink mengaku sangat kagum apa yang diwujudkan Moses. "Saya nggak menyangka dia kepikiran aja buat aplikasi seperti ini. Apalagi usianya baru 16 tahun," katanya.
Apalagi kata Bojes, platform ini untuk membantu para pemulung agar bisa mendapatkan penghasilan lebih besar ketimbang selama ini berkeliling satu tempat ke tempat lain mencari sampah. "Dengan adanya aplikasi ini pemulung bisa langsung jemput bola istilah dari si pemilik sampah. Asli keren banget," katanya.
Diungkapkan musisi harpa Gabriella Gwen, menurut dia aplikasi patut diapresiasi. "Ini membuka jalan bagi masyarakat yang membutuhkan dengan cara menyediakan sarana atau wadah dan dukungan untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik," katanya.
(akr)