Misi Antariksa Diluncurkan untuk Mengukur Air di Bumi

Minggu, 27 Mei 2018 - 15:30 WIB
Misi Antariksa Diluncurkan...
Misi Antariksa Diluncurkan untuk Mengukur Air di Bumi
A A A
MISI gabungan Amerika Serikat (AS) dan Jerman menuju orbit untuk mengukur air di bumi. Dua satelit Grace itu menggantikan sepasang satelit yang telah berhenti beroperasi tahun lalu.

Seperti pendahulu mereka, dua satelit itu akan mengelilingi Bumi dan mengamati variasi kecil dari tarikan gravitasi sebagai hasil pergerakan air dalam skala besar. Ini dapat menjadi sinyal tanah mengembang setelah hujan dalam waktu lama atau es meleleh dari kutub saat mencari dalam suhu lebih panas.

Satelit-satelit diluncurkan pada Selasa (22/5/2018) dengan roket SpaceX dari pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di California. Dibutuhkan waktu beberapa pekan untuk persiapan dan tes sebelum satelit itu dapat mulai mengumpulkan data.

Satelit pertama Gravity Recovery and Climate Experiment (Grace) yang beroperasi dari 2002 hingga 2017 dianggap sebagai terobosan untuk jenis informasi yang dapat dikumpulkan. Kemampuan itu pun sekarang dianggap sebagai prioritas utara Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Misi lanjutan itu melibatkan para pakar dari Eropa, terutama dari German Research Centre for Geosciences (GFZ).

Perusahaan angkasa terbesar Eropa, Airbus, juga merakit satelit-satelit di pabriknya di Friedrichshafen. Satelit yang dijuluki duo Grace itu akan memperoleh data dengan melakukan penjelajahan di orbit. Saat satelit pertama meluncur dan tertarik medan gravitasi Bumi, satelit kedua akan mengikuti dari jarak 220 km, mengukur perubahan jarak mereka hingga mikron terkecil atau seperseribu militer. "Ini sekitar sepersepuluh lebar rambut manusia dalam jarak antara Los Angeles dan San Diego," kata Profesor Frank Flechtner, manajer proyek Grace-FO di GFZ, pada BBC News.

Konsep Grace ini sangat penting dalam melihat perubahan yang terjadi dalam siklus hidrologi, misalnya pergerakan air dalam jumlah besar dari laut ke darat saat penguapan dan hujan. "Ada periode pada 2011 saat ketinggian permukaan laut turun dan bergerak pada arah yang lain secara singkat," papar peneliti proyek NASA Dr Frank Webb.

"Dari data Grace, kita dapat melihat di sana ada musim hujan lebat di Australia dan Amerika Selatan, serta setara dengan massa yang masuk ke penyimpanan di tanah. Ini juga dilepas kembali ke laut dan ketinggian permukaan laut bertambah," ungkap Webb.

Salah satu kontribusi besar dari misi Grace pertama adalah mengonfirmasi skala perubahan di kutub, untuk mengukur lapisan es dari tahun ke tahun. Satelit-satelit biasa membawa altimeter untuk mengukur perubahan bentuk Antartika dan Greenland, tapi Grace menyediakan informasi yang seluruhnya independen melalui pengukuran gravitasinya.

Antartika diketahui kehilangan sekitar 120 miliar ton es per tahun, adapun Greenland kehilangan es sekitar 280 miliar ton per tahun. KHilangnya massa dari lapisan es meningkatkan kontribusi pada naiknya ketinggian permukaan laut, meski kutub itu jauh, kehilangan massa ini akan memiliki dampak besar pada penjuru dunia," tutur Profesor Helen Fricker dari Scripps Institution of Oceanography.

Dia menambahkan, "Dengan peluncuran Grace-FO, kita dapat terus mendeteksi perubahan massa es, untuk menemukan seberapa banyak es yang hilang, dan mencari tahu apakah ada percepatan lain."

Satelit Grace sebelumnya menggunakan instrumen seukuran microwave untuk mengukur perbedaan jarak antara kedua satelit. Satelit baru membawa teknologi yang sama tapi sekarang memiliki sistem laser yang lebih baik. Alat ini akan memperbaiki tingkat presisi hingga 10 kali lipat. Misi Grace-FO menyedot dana hingga USD520 juta. Misi ini akan berjalan selama lima tahun.
(amm)
Berita Terkait
Berebut Superpower Sains
Berebut Superpower Sains
Jokowi Akui Infrastruktur...
Jokowi Akui Infrastruktur Kesehatan dan Pendidikan Buat Daya Saing Indonesia Lemah
Jaring Talenta Bidang...
Jaring Talenta Bidang Sains, Kemendikbud Gelar Kompetisi Sains Nasional 2020
Sains yang Nirmakna
Sains yang Nirmakna
Sains, Wabah dan Agama
Sains, Wabah dan Agama
Sains, Corona, dan Agama
Sains, Corona, dan Agama
Berita Terkini
Hypernet dan Huawei...
Hypernet dan Huawei Jalin Kemitraan Strategis untuk Pemberdayaan Digital UKM
3 jam yang lalu
Jawaban Kenapa Kucing...
Jawaban Kenapa Kucing Berwarna Oranye Punya Banyak Kelebihan Akhirnya Terungkap
5 jam yang lalu
Cumi-cumi Raksasa Dipertontonkan...
Cumi-cumi Raksasa Dipertontonkan Hidup-hidup untuk Pertama Kalinya
6 jam yang lalu
Ilmuwan Gunakan AI untuk...
Ilmuwan Gunakan AI untuk Bicara dengan Lumba-lumba
7 jam yang lalu
Daftar Kode Redeem FF...
Daftar Kode Redeem FF Free Fire Max Rabu 16 April 2025, Klaim Sekarang!
1 hari yang lalu
Ambisi Indonesia-Rusia...
Ambisi Indonesia-Rusia Bikin Internet Ngebut tapi Murah Meriah
1 hari yang lalu
Infografis
Beragam Manfaat Air...
Beragam Manfaat Air Rebusan Daun Kelor untuk Kesehatan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved