Adam Neumann, Nakhoda Perusahaan CO-Working Terbesar Dunia

Selasa, 20 Maret 2018 - 14:00 WIB
Adam Neumann, Nakhoda Perusahaan CO-Working Terbesar Dunia
Adam Neumann, Nakhoda Perusahaan CO-Working Terbesar Dunia
A A A
DIBESARKAN di lingkungan komunal di Israel, pendiri and CEO of WeWork Adam Neumann memiliki visi besar akan ruang kerja dan tinggal di masa depan. Idenya itu dia tuangkan di startup bernama WeWork yang kini memiliki valuasi pasar USD20 miliar Adam Neumann tidak selalu kaya seperti sekarang.

Pada 2006, dia mencoba peruntungan di dunia bisnis bersama temannya, yakni mendesain dan memproduksi baju bayi dengan pelindung pada bagian lututnya sehingga pakaian ini akan sangat nyaman dikenakan bayi ketika merangkak. Sayangnya, permintaan akan baju bayi tidak sebesar itu. Pasar tidak dapat menyerap produk tersebut dengan baik. Adam gagal.

Namun, kegagalan itu tidak membuatnya mudah menyerah. Ketika membangun bisnis pertamanya itu, dia menyewa ruang kantor di sebuah gedung di Brooklyn, New York. Di sana dia mendapati sejumlah ruang kantor dalam kondisi kosong tidak terpakai. Dari situlah muncul ide bisnis besar di kepalanya. Tepat ketika dia bertemu Miguel McKelvey, arsitek, keduanya memutuskan untuk bekerja sama.

Pada 2010, Adam dan Miguel akhirnya merilis bisnis WeWork yang bergerak di bidang usaha penyewaan ruangan untuk usaha kecil. Kemudian, WeWork berhasil menjadi sebuah perusahaan co-working terbesar di dunia saat ini. Kunci sukses WeWork menawarkan layanan di mana orang dapat bekerja sambil berinteraksi satu dengan lainnya. Mereka bisa menyewa sebuah ruangan di salah satu perusahaan mereka yang tersebar di puluhan titik lokasi di berbagai kota di seluruh dunia dengan sedikitnya hanya USD600 per bulannya.

Ada banyak sekali fasilitas yang didapat. Sebuah perkantoran terpadu di mana penyewanya dapat saling berinteraksi. Saat ini WeWork memiliki 200 gedung di seluruh dunia. Tahun lalu pendapatan startup asal New York tersebut mencapai USD900 juta yang didapat dari bisnis utama mereka menyewakan meja kantor dan kantor ke perusahaan kecil maupun besar. Semakin banyak berekspansi, biaya operasional berupa konstruksi dan menjalankan kantor justru semakin turun karena mendapatkan diskon beli dalam jumlah besar. "Inilah bisnis di mana skala menjadi penting," kata Neumann.

Dampak menyewa kantor di WeWork tentu saja efisiensi. Perusahaan hanya menyewa ruang yang disediakan WeWork. Perusahaan tersebutlah yang menjalankan operasional, interior, meja kursi, internet, makanan, dan fasilitas lainnya. Para penyewa membayar bulanan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Apa yang dilakukan WeWork acap dibanding-bandingkan dengan Uber dan Airbnb. Startup yang berusia 8 tahun itu kini sudah mendapatkan USD4,75 miliar pendanaan dari luar, tetapi tetap menjadi perusahaan privat. Saat ini WeWork telah memiliki lebih dari ribuan karyawan dan kantor yang tersebar di wilayah New York, San Fransisco, dan Los Angeles. Perusahaan ini berkembang dengan sangat pesat.

Selain WeWork, Adam juga mendirikan startup bernama WeLive. WeLive adalah startup yang bergerak di bidang co-living space. Co-living spaces di Indonesia mungkin dapat disebut sebagai rumah kos, tetapi orang-orang yang tinggal di dalamnya membuat sebuah komunitas sendiri. Bisnis WeLive ini belum sebesar WeWork. Namun, Adam Neumann optimistis, WeLive juga akan mengikuti kesuksesan WeWork.

WeWork tidak berhenti di Amerika. Mereka memperluas layanan hingga Asia Tenggara. Baru-baru ini perusahaan tersebut membuka jalan memasuki pasar Indonesia dengan mengakuisisi Spacemob, sebuah startup co-working space yang berbasis di Singapura.

WeWork bakal menginvestasikan USD500 juta (lebih dari Rp6,6 triliun) untuk mengembangkan pasar di Asia Tenggara dan Korea Selatan. Di Indonesia, pasar co-working space masih terbilang baru. Sudah banyak yang bermain, tetapi belum menjadi segmen yang menguntungkan.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7999 seconds (0.1#10.140)