Mahasiswa ITB Ciptakan Aplikasi untuk Cek Kondisi Jantung

Selasa, 27 Februari 2018 - 11:20 WIB
Mahasiswa ITB Ciptakan...
Mahasiswa ITB Ciptakan Aplikasi untuk Cek Kondisi Jantung
A A A
BANDUNG - Terobosan baru di bidang layanan kesehatan berhasil diciptakan oleh empat mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) berupa aplikasi kesehatan di Android atau IOS yang berfungsi mengecek kondisi jantung manusia.

Aplikasi tersebut mampu memberi report dan solusi atas bahaya kelainan pada jantung. Keempatnya menciptakan alat kesehatan yang banyak dinanti masyarakat yaitu aplikasi pendeteksi jantung. Perangkat itu menjadi penting karena selama ini penyakit jantung sulit terdeteksi.

“Kami yang terdiri dari empat orang mengembangkan device IOT kesehatan. Yaitu device yang mampu mendeteksi jantung, hasil dari olah data atas tubuh manusia. Melalui alat ini, bisa diketahui seperti apa kondisi jantung, sakit apa tidak, dan lainnya,” kata Royyan Abdullah D, anggota tim mahasiswa ITB, ketika ditemui pada Grand Final Telkom Hackathon di Bandung Digital Valley, Minggu (25/2) malam.

Aplikasi itu, lanjut dia, tak hanya memberikan informasi kelainan jantung, tetapi juga memberi solusi pengobatan yang bisa dilakukan pasien. Salah satunya merekomendasikan untuk segera melakukan cek medis pada dokter ahli.

Dia mengakui timnya yang masih kuliah semester enam ini memilih device kesehatan karena sektor ini belum banyak disentuh. Padahal, aplikasi berbasis kesehatan sangat dibu - tuhkan masyarakat. Masyarakat menginginkan ada perangkat yang mampu mendeteksi kondisi badan secara real time.

Menurut Royyan, aplikasi ini dapat terus-menerus memberi informasi tentang kondisi jantung melalui smartphone. Aplikasi tersebut terhubung dengan salah satu perangkat yang diikatkan pada tangan. Perangkat itu mirip jam tangan atau gelang.

“Produk yang kami kembangkan ini memang masih perlu pengembangan. Kami melihat, aplikasi kesehatan sangat potensial dijual di pasar Indonesia. Apalagi, harganya bisa jauh lebih murah dibanding aplikasi sejenis buatan luar negeri,” beber dia. Royyan menjelaskan, untuk membangun aplikasi tersebut, timnya tidak perlu biaya mahal. Untuk membuat prototipe, timnya hanya menghabiskan dana sekitar Rp200.000-500.000.

“Produk kami lebih efisien. Karena kami menggunakan modul tertentu,” imbuh dia. Sementara itu, EVP Divisi Business Service PT Telekomunikasi Indonesia Tri Gunadi mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pangsa pasar aplikasi yang masih terbuka.

Pengguna layanan internet diperkirakan akan terus bertambah. “Di Indonesia aplikasi sangat potensi dikembangkan. Karena lebih efisien dan daya jangkau yang lebih banyak. Selain itu, bisa mengurangi biaya operasional bisnis yang cukup signifikan,” kata Tri.

Kendati demikian, lanjut dia, untuk menggerakkan kalangan muda mampu menciptakan aplikasi, perlu dorongan dari semua pihak.

Terutama wadah yang bisa memfasilitasi mereka berkompetisi dan memperkenalkan produknya kepada masyarakat luas. “Saya kira dari sisi kualitas, produk mereka cukup bagus. Aplikasi yang mereka ciptakan bisa dikomersialkan kepada masyarakat umum. Itu terlihat dari beberapa aplikasi yang mereka buat saat mengikuti kompetisi ini,” katanya.

Pada ajang tahun ini sebanyak 383 tim tercatat mendaftar. Dari jumlah itu, hanya 20 tim yang dinyatakan lolos dan bisa ikut pada tahap selanjutnya. Beberapa aplikasi yang dibuat di antaranya terkait fintech, e-commerce, logistik, dan umum.

“Aplikasi yang bersifat umum paling banyak, ada 11 tim. Menariknya, dari sisi kualitas dan aspek teknik, sudah jauh lebih siap dibanding produk aplikasi yang dibuat pelaku biasa,” jelasnya. (Arif Budianto-Kota Bandung)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0611 seconds (0.1#10.140)