Jalani Passion sejak Masa Kanak-Kanak
A
A
A
BIDANG pertanian menjadi passion Muhammad Nanda Putra sejak kecil. Areal perkebunan dan para petani sudah dekat dengan dirinya. Bersama petani, Nanda bisa menemukan kecocokan untuk sekadar bercerita. "Nenek saya punya kebun. Saya sering sekali bermain di sana bersama petani. Tanggapan orang mengenai petani berbeda dengan apa yang saya rasakan," ungkapnya.
Mengambil pendidikan pertanian akhirnya dipilih oleh Nanda. Bisnis pertanian pun pernah dilakukannya. Tepatnya di bidang budi daya jamur yang dapat dijual langsung hasilnya. Itu dilakukan sewaktu ia kuliah. Rupanya Tanijoy-lah yang menjadi impian Nanda, meskipun konsep startup yang membantu para petani sudah di terapkan oleh banyak orang.
"Sudah ada startup dan pemberdayaan yang seperti saya, tapi saya tetap jalan karena memang ini passion saya. Pasarnya juga besar. Menurut saya, inilah solusi yang tepat untuk kondisi pertanian di Indonesia sekarang. Saya juga bakal mengembangkannya sesuai ide saya," tutur pria 26 tahun itu.
Ke depan, Tanijoy berencana membuat crowd funding untuk masyarakat perkotaan atau yang memiliki modal demi membantu para petani. Bantuan berupa lahan untuk digarap yang kelak akan mendapat hasil juga setelah petani panen. "Kami akan tawarkan kepada mereka yang punya uang dan tidak punya lahan, namun ingin berinvestasi di bidang pertanian," ujarnya.
Selain Nanda, Kukuh, dan Febrian sebagai pendiri Tanijoy, ada lagi seorang anggota tim mereka. Dia bertugas sebagai field manager yang mengawasi sekaligus membantu menertibkan para petani dalam pengelolaan lahan mereka. Nanda bercerita, field manager yang baru satu orang itu mengurusi lahan-lahan di Bogor. Namanya Alfian Riza.
"Dulu dia perawat. Pernah bekerja di BPJS, namun katanya kurang ber-impact. Akhirnya dia belajar lebih dalam mengenai pertanian karena memang pernah menjadi hobinya," ujar Nanda.
Ternyata di desa, Alfian lebih cepat diterima oleh masyarakat sekitar karena selain bertani, ia juga mampu mengobati warga yang sakit. "Jadi Alfian bisa bekam, kasih solusi obat kalau ada yang sakit. Makanya bisa bertani dan punya ilmu kesehatan itu memiliki nilai plus," sambungnya.
Nanda menyadari dirinya tidak sendirian dalam berjuang. Ada teman-teman lain yang juga melakukan perjuangan yang sama dengan cara mereka, termasuk meninggalkan pekerjaan demi bergabung bersama Tanijoy. "Bukan cuma soal pertanian atau keuangan, kami juga berbagi banyak hal dengan para petani. Beberapa petani ada yang tidak bisa baca-tulis, jadi kami latih mereka sedikit-sedikit supaya memudahkan kehidupan mereka ke depannya," tutup Nanda.
(Baca Juga: Kawal Petani Menggapai Kesejahteraan
Mengambil pendidikan pertanian akhirnya dipilih oleh Nanda. Bisnis pertanian pun pernah dilakukannya. Tepatnya di bidang budi daya jamur yang dapat dijual langsung hasilnya. Itu dilakukan sewaktu ia kuliah. Rupanya Tanijoy-lah yang menjadi impian Nanda, meskipun konsep startup yang membantu para petani sudah di terapkan oleh banyak orang.
"Sudah ada startup dan pemberdayaan yang seperti saya, tapi saya tetap jalan karena memang ini passion saya. Pasarnya juga besar. Menurut saya, inilah solusi yang tepat untuk kondisi pertanian di Indonesia sekarang. Saya juga bakal mengembangkannya sesuai ide saya," tutur pria 26 tahun itu.
Ke depan, Tanijoy berencana membuat crowd funding untuk masyarakat perkotaan atau yang memiliki modal demi membantu para petani. Bantuan berupa lahan untuk digarap yang kelak akan mendapat hasil juga setelah petani panen. "Kami akan tawarkan kepada mereka yang punya uang dan tidak punya lahan, namun ingin berinvestasi di bidang pertanian," ujarnya.
Selain Nanda, Kukuh, dan Febrian sebagai pendiri Tanijoy, ada lagi seorang anggota tim mereka. Dia bertugas sebagai field manager yang mengawasi sekaligus membantu menertibkan para petani dalam pengelolaan lahan mereka. Nanda bercerita, field manager yang baru satu orang itu mengurusi lahan-lahan di Bogor. Namanya Alfian Riza.
"Dulu dia perawat. Pernah bekerja di BPJS, namun katanya kurang ber-impact. Akhirnya dia belajar lebih dalam mengenai pertanian karena memang pernah menjadi hobinya," ujar Nanda.
Ternyata di desa, Alfian lebih cepat diterima oleh masyarakat sekitar karena selain bertani, ia juga mampu mengobati warga yang sakit. "Jadi Alfian bisa bekam, kasih solusi obat kalau ada yang sakit. Makanya bisa bertani dan punya ilmu kesehatan itu memiliki nilai plus," sambungnya.
Nanda menyadari dirinya tidak sendirian dalam berjuang. Ada teman-teman lain yang juga melakukan perjuangan yang sama dengan cara mereka, termasuk meninggalkan pekerjaan demi bergabung bersama Tanijoy. "Bukan cuma soal pertanian atau keuangan, kami juga berbagi banyak hal dengan para petani. Beberapa petani ada yang tidak bisa baca-tulis, jadi kami latih mereka sedikit-sedikit supaya memudahkan kehidupan mereka ke depannya," tutup Nanda.
(Baca Juga: Kawal Petani Menggapai Kesejahteraan
(amm)