Dunia Kian Terang di Malam Hari Ternyata Berbahaya Bagi Manusia dan Alam

Jum'at, 24 November 2017 - 06:05 WIB
Dunia Kian Terang di...
Dunia Kian Terang di Malam Hari Ternyata Berbahaya Bagi Manusia dan Alam
A A A
BERLIN - Tahukan Anda kalau kondisi malam dari tahun ke tahun sejak 2012 semakin terang? Padahal hal ini berbahaya bagi kondisi kesehatan manusia dan lingkungan alam.

Hal ini terungkap melalui sebuah studi baru yang diterbitkan oleh Science Advances di Jerman, Kamis (23/11/2017). Kumpulan periset yang dipimpin oleh Christopher Kyba di GFZ German Research Center for Geosciences menggelar penelitian menggunakan citra satelit dalam melacak perubahan pencahayaan malam buatan di luar ruangan di seluruh dunia.

Dari penelitian itu, mereka menemukan bahwa antara tahun 2012 dan 2016, jumlah area yang diterangi saat malam tumbuh sebesar 2,2% per tahun. Jumlah kecerahan dari area yang diterangi juga terus menerus meningkat 2,2% per tahun.

Jadi tidak hanya area yang diterangi di malam hari, area yang sudah terang juga semakin terang. "Kami kehilangan lebih banyak waktu di skala planet," kata editor jurnal Kip Kipges seperti dikutip endaget.
Dunia Kian Terang di Malam Hari Ternyata Berbahaya Bagi Manusia dan Alam

Beberapa daerah tinggal sebagian besar yang kondisinya sama dari tahun ke tahun. Namun banyak dari wilayah tersebut, termasuk di Italia, Belanda, Spanyol dan Amerika Serikat, sudah termasuk yang paling terang di awal penelitian. Yang jelas dalam penelitian terungkap bahwa pencahayaan meningkat di seluruh Amerika Selatan, Afrika, dan Asia.

"Angka-angka tersebut benar-benar mengejutkan, mengingat bahwa kita tahu menerangi lingkungan malam hari dapat memiliki dampak yang luas terhadap lingkungan dan kesehatan manusia," kata peneliti University of Exeter, Thomas Davies, yang tidak terlibat dalam studi tersebut.

"Cahaya buatan di malam hari adalah stressor yang sangat baru," kata Franz Holker, salah satu peneliti dalam proyek tersebut.

"Masalahnya adalah bahwa cahaya telah diperkenalkan di tempat, waktu dan intensitas di mana tidak terjadi secara alami dan banyak organisme, tidak ada kesempatan untuk beradaptasi dengan stressor baru ini."
(mim)
Berita Terkait
Berebut Superpower Sains
Berebut Superpower Sains
Jokowi Akui Infrastruktur...
Jokowi Akui Infrastruktur Kesehatan dan Pendidikan Buat Daya Saing Indonesia Lemah
Jaring Talenta Bidang...
Jaring Talenta Bidang Sains, Kemendikbud Gelar Kompetisi Sains Nasional 2020
Sains yang Nirmakna
Sains yang Nirmakna
Sains, Corona, dan Agama
Sains, Corona, dan Agama
Sains, Wabah dan Agama
Sains, Wabah dan Agama
Berita Terkini
Kemarau Basah Melanda...
Kemarau Basah Melanda Indonesia, Musim Kemarau Tetapi Hujan Deras
3 jam yang lalu
Arab Saudi Dilanda Panas...
Arab Saudi Dilanda Panas Ekstrem, Suhu di Jeddah Mencapai 47 Celcius
4 jam yang lalu
Google Veo 3, Video...
Google Veo 3, Video AI yang Sulit Dibedakan Palsu atau Asli Diluncurkan
6 jam yang lalu
Apple Berencana Luncurkan...
Apple Berencana Luncurkan Kacamata Pintar Tahun Depan
7 jam yang lalu
Mengapa Banyak Terjadi...
Mengapa Banyak Terjadi Gempa Bumi di Yunani? Ini Penjelasan Ilmiahnya
10 jam yang lalu
Melindungi Jejak Digital...
Melindungi Jejak Digital Anda: Panduan Mematikan Lokasi di iPhone
14 jam yang lalu
Infografis
Pesona dan Kharisma...
Pesona dan Kharisma 7 Ibu Negara Tercantik di Dunia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved