Akses Internet, Kebutuhan Vital Kaum Milenial
A
A
A
JAKARTA - Tepat pukul 12.15 WIB, sharing session bersama LinkedIn yang diadakan di salah satu hotel di kawasan Senayan pun selesai.
Satu per satu, pembicara turun dari stage yang disediakan panitia. Salah satunya adalah Vice President PT Go-Jek Indonesia Dayu Dara Permata, 27.“Sambil jalan saja ya Mas. Saya mau ke tempat lain,” ucap kelahiran 1989 ini kepada KORAN SINDO yang hendak mengajak ngobrol.
Kendati hampir dua jam menjadi pembicara, Dara-begitu biasa dipanggil— masih terlihat segar. Pakaian, celana, dan sepatu hitam membuatnya terlihat anggun. Dipermanis dengan jas perempuan berwarna merah. Sebagai generasi Y atau yang biasa disebut sebagai generasi milenial, Dara kerap memanfaatkan konektivitas data yang dimilikinya.
Mulai berselancar di berbagai web, mengunjungi akun sosial media miliknya, belanja online, menonton YouTube hingga mempergunakan layanan Gojek untuk membantu mobilitasnya. Bahkan, lulusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengakui 70% dari kebutuhannyadibelisecara online.
Rata-rata nilai rupiah yang dikeluarkan untuk belanja sangat bervariasi, bergantung pada banyak dan jenis barang yang dibelanjakan. “Saya pernah mencoba hampir semua e- commerce,” tuturnya. Apa yang membuat Dara memilih belanja online? Menurut pengakuan peraih gelar Pendidikan Eksekutif Studi Keberlanjutan (Executive Education of Sustainability Studies) di Swedish Institute Management Program ini, setidaknya ada tiga hal yang membuat dirinya membeli online.
“Discover atau pencarian barang mudah. Hemat waktu dan tenaga. Juga pembayaran cashless ,” katanya.
Research Analyst CLSA Indonesia Felicia Putri Tjiasaka, 22, mengaku setidaknya setiap bulannya bisa habis Rp100.000-150.000 untuk membeli paket data. Tidak terlalu besar karena hampir setiap aktivitasnya tersedia WiFi yang memungkinkan Felicia mematikan mode data seluler. Bagi lulusan President University pada 2016 ini, membuka internet sudah menjadi kebutuhan sehari-hari.
Setiap kali membuka internet melalui ponsel atau PC, Felicia bisa menghabiskan waktu antara 1-10 menit. Bisa jauh lebih banyak jika ada urusan pekerjaan yang membuat dirinya harus mencari berbagai informasi perkembangan pasar modal terkini. Terkadang jika sedang merumpi bareng rekan di mal ataupun tempat nongkrong lainnya, Felicia kerap mencari bahan obrolan di internet.
“Kadang suka kehabisan bahan pembicaraan. Akhirnya lihat-lihat di internet untuk mencari bahan,” ucap dia.
Tidak heran kalau perempuan yang suka membaca dan menulis ini menyamakan berselancar di media sosial sebagai pacar.
Alasannya banyak hal yang bisa dilakukan. Mulai memilih dan membeli pakaian yang disukai, hingga berbincang dengan rekan yang letaknya berjauhan. Hal itu bukannya tanpa alasan. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2016, sebanyak 24,4 juta atau 18,4% orang dari pengguna internet berusia 10-24 tahun. Selain itu, 32,3 juta atau 24,4% orang dari pengguna internet berusia 25-34 tahun. Sementara pada 2014, survei APJII memperlihatkan dari 88 juta pengguna internet 49% di antaranya berusia 18-25 tahun dan 33,8% di antaranya berusia 26-35 tahun.
Berdasarkan data tersebut bisa dilihat kalau generasi Y mendominasi penggunaan internet di Indonesia. Berubahnya gaya hidup generasi muda saat ini membawa berkah bagi industri e-commerce.
CEO Zalora Anthony Fung mengaku setiap tahunnya industri e-commerce semakin besar dan besar. Banyak orang beralih dari offline ke ritel online, terutama generasi milenium.
“Kami tahu milenium ingin proses cepat, instan, dan cepat dan kami dapat memberikan hal-hal penting saat mereka berbelanja di ZALORA,” tutur dia. Mode Korea dan gaya hidup olahraga adalah produk yang paling banyak dicari dan dijual di ZALORA.
Group Head Corporate Communications PT Indosat Ooredoo Tbk Deva Rachman mengatakan, generasi muda merupakan target segmen dan pasar utama Indosat Ooredoo, seiring dengan tren digital di mana pengguna ataupun pelaku dari industri digital saat ini didominasi kaum muda.
Selain kecepatan dan jaringan yang luas, hal lain yang memengaruhi generasi muda dalam memilih provider untuk melakukan aktivitas internet seperti chatting, posting, browsing, dan e-mail adalah selalu memberikan inovasi-inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (Hermansah)
Satu per satu, pembicara turun dari stage yang disediakan panitia. Salah satunya adalah Vice President PT Go-Jek Indonesia Dayu Dara Permata, 27.“Sambil jalan saja ya Mas. Saya mau ke tempat lain,” ucap kelahiran 1989 ini kepada KORAN SINDO yang hendak mengajak ngobrol.
Kendati hampir dua jam menjadi pembicara, Dara-begitu biasa dipanggil— masih terlihat segar. Pakaian, celana, dan sepatu hitam membuatnya terlihat anggun. Dipermanis dengan jas perempuan berwarna merah. Sebagai generasi Y atau yang biasa disebut sebagai generasi milenial, Dara kerap memanfaatkan konektivitas data yang dimilikinya.
Mulai berselancar di berbagai web, mengunjungi akun sosial media miliknya, belanja online, menonton YouTube hingga mempergunakan layanan Gojek untuk membantu mobilitasnya. Bahkan, lulusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengakui 70% dari kebutuhannyadibelisecara online.
Rata-rata nilai rupiah yang dikeluarkan untuk belanja sangat bervariasi, bergantung pada banyak dan jenis barang yang dibelanjakan. “Saya pernah mencoba hampir semua e- commerce,” tuturnya. Apa yang membuat Dara memilih belanja online? Menurut pengakuan peraih gelar Pendidikan Eksekutif Studi Keberlanjutan (Executive Education of Sustainability Studies) di Swedish Institute Management Program ini, setidaknya ada tiga hal yang membuat dirinya membeli online.
“Discover atau pencarian barang mudah. Hemat waktu dan tenaga. Juga pembayaran cashless ,” katanya.
Research Analyst CLSA Indonesia Felicia Putri Tjiasaka, 22, mengaku setidaknya setiap bulannya bisa habis Rp100.000-150.000 untuk membeli paket data. Tidak terlalu besar karena hampir setiap aktivitasnya tersedia WiFi yang memungkinkan Felicia mematikan mode data seluler. Bagi lulusan President University pada 2016 ini, membuka internet sudah menjadi kebutuhan sehari-hari.
Setiap kali membuka internet melalui ponsel atau PC, Felicia bisa menghabiskan waktu antara 1-10 menit. Bisa jauh lebih banyak jika ada urusan pekerjaan yang membuat dirinya harus mencari berbagai informasi perkembangan pasar modal terkini. Terkadang jika sedang merumpi bareng rekan di mal ataupun tempat nongkrong lainnya, Felicia kerap mencari bahan obrolan di internet.
“Kadang suka kehabisan bahan pembicaraan. Akhirnya lihat-lihat di internet untuk mencari bahan,” ucap dia.
Tidak heran kalau perempuan yang suka membaca dan menulis ini menyamakan berselancar di media sosial sebagai pacar.
Alasannya banyak hal yang bisa dilakukan. Mulai memilih dan membeli pakaian yang disukai, hingga berbincang dengan rekan yang letaknya berjauhan. Hal itu bukannya tanpa alasan. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2016, sebanyak 24,4 juta atau 18,4% orang dari pengguna internet berusia 10-24 tahun. Selain itu, 32,3 juta atau 24,4% orang dari pengguna internet berusia 25-34 tahun. Sementara pada 2014, survei APJII memperlihatkan dari 88 juta pengguna internet 49% di antaranya berusia 18-25 tahun dan 33,8% di antaranya berusia 26-35 tahun.
Berdasarkan data tersebut bisa dilihat kalau generasi Y mendominasi penggunaan internet di Indonesia. Berubahnya gaya hidup generasi muda saat ini membawa berkah bagi industri e-commerce.
CEO Zalora Anthony Fung mengaku setiap tahunnya industri e-commerce semakin besar dan besar. Banyak orang beralih dari offline ke ritel online, terutama generasi milenium.
“Kami tahu milenium ingin proses cepat, instan, dan cepat dan kami dapat memberikan hal-hal penting saat mereka berbelanja di ZALORA,” tutur dia. Mode Korea dan gaya hidup olahraga adalah produk yang paling banyak dicari dan dijual di ZALORA.
Group Head Corporate Communications PT Indosat Ooredoo Tbk Deva Rachman mengatakan, generasi muda merupakan target segmen dan pasar utama Indosat Ooredoo, seiring dengan tren digital di mana pengguna ataupun pelaku dari industri digital saat ini didominasi kaum muda.
Selain kecepatan dan jaringan yang luas, hal lain yang memengaruhi generasi muda dalam memilih provider untuk melakukan aktivitas internet seperti chatting, posting, browsing, dan e-mail adalah selalu memberikan inovasi-inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (Hermansah)
(nfl)